“Ngel, kamu ingin membeli ponsel itu?” tanya James.
“Tidak … aku membelikannya untukmu, James.” jawab Angel dengan santai.
“Eh? Serius, Ngel?”
“Iya ….”
“Ngel ….” kata Fanny, sambil melambaikan tangannya kearah Angel.
Melihat itu, Angel langsung berjalan menghampiri Fanny, diikuti oleh James.
“Iya, Fan? Bagaimana? Kamu sudah menemukan ponsel yang bagus?” tanya Angel.
“Ini, Ngel … menurut kamu, ini bagus atau tidak?” tanya Fanny, sambil menunjuk kearah ponsel, yang tersusun rapih di dalam lemari kaca.
“Bagus, Fan! Bagus banget malah … kamu mau yang itu?”
Fanny menganggukkan kepalanya, sambil tersenyum kepada Angel.
“Emm … permisi …” kata Angel, sambil melambaikan tangannya, kearah penjual ponsel itu.
Melihat itu, penjual ponsel itu langsung bergegas mengh
Keesokan paginya, Angel dan teman-temannya berangkat ke kampus, dan sesampainya disana ….“Jadi, pria muda yang kita tabrak wakti itu, adalah Adiknya Fanny, Ngel?” tanya Chelsea pada Angel, sambil berjalan menuju kelas.“Iya, Chel. Dunia ini sempit, ya …,” jawab Angel.“Wah, tahu gitu sekalian saja kita tangkap tuh si Adiknya Fanny, lalu kita bawa dia pulang,” kata Chelsea.“Iya, yang jadi masalahnya itu, kita ‘kan tidak tahu, kalau dia adalah Adiknya Fanny. Iya, kan?” tanya Angel.“Iya sih, Ngel ….” Chelsea mengakhiri percakapan.Kemudian, Angel dan teman-temannya tiba di depan kelas, dan masuk ke dalam. Bersamaan dengan itu, seorang pria berpakaian rapih dengan kacamata yang terpasang di wajahnya, tiba di kelas, dan kemudian duduk di kursi dosen. Angel dan teman-temannya, yang baru saja duduk sambil meletakkan tas mereka, tiba-tiba,“Davin!&
Memastikan semuanya sudah masuk ke dalam mobil, Davin langsung menginjak pedal gas mobilnya, dan pergi meninggalkan kampus. Kemudian, di tengah perjalanan,“Joe, Sam, bagaimana ceritanya kalian bisa ada disini, bersama dengan orang aneh itu?” tanya Angel memandang sinis kearah Davin.“Hahaha …, sebenarnya, Davin ini adalah teman saya, semasa kecil dulu, nona,” jawab Joe.“Loh, tapi mengapa kamu mengatakan kalau kamu tidak mengenalnya, bahkan kamu sempat mengatakan kalau mendengar namanya saja tidak pernah. Bagaimana?” tanya Angel.“Jadi begini, nona Angel, saya dan Joe memang sudah lama tidak bertemu, semenjak saya pindah ke luar negeri saat saya masih berusia tujuh tahun. Nah, Joe dan saya, sudah bermain bersama saat masih berusia 4 tahun. Setelah saya pindah ke luar negeri, kami tidak pernah bertemu lagi. Wajar saja kalau Joe melupakan saya, dan saya juga sempat begitu, nona …,” kata Davin me
Ciittt ….Davin memberhentikan mobilnya, di sebuah lorong kecil di antara dua bangunan. Kemudian,“Tuan dan nona, kita sudah sampai di tempat tujuan kita,” kata Davin, sambil menoleh kearah Samuel, Joe dan Angel.Angel yang tengah beradu mulut dengan Samuel, dan Joe yang tengah berusaha melerai mereka berdua, seketika terdiam. Mendengar itu, mereka bertiga serentak menatap sebuah rumah yang sangat besar nan mewah, tepat di seberang mereka. Lalu,“Itu Hotel milik siapa, Vin?” tanya Angel pada Davin.“Hotel? Yang mana, nona?” tanya balin Davin.“Itu tuh, yang di seberang jalan itu, loh …,” jawab Angel, sambil menunjuk kearah rumah mewah itu.“Eh, itu bukan Hotel, nona. Itu adalah rumah,” kata Davin.“Rumah? Gila! Besar banget rumah nya … kalau dibandingkan dengan rumah saya, wah … ini sih besar banget,” kata Angel sambil menggeleng
“Kamu sedang apa berada disini, Jor!” sentak Angel dengan sedikit berbisik pada Jordi.“Saya tadi melihat anda berjalan tergesa-gesa menuju garasi, nona. Kemudian, anda mengeluarkan mobil, dan langsung pergi. Saya pikir, ada sesuatu yang telah terjadi pada anda. Yah sudah, saya berinisiatif untuk mengikuti anda, siapa tahu anda membutuhkan bantuan saya nanti.” Jawab Jordi dengan santai.“Aduh, tidak perlu, Jor … sudah lah, kamu pulang saja. Yah sudah, saya masuk dulu ke dalam.”Setelah itu, Angel meninggalkan Jordi yang masih berada di dalam mobil, berlari masuk ke dalam W Mall.***“Duh, kemana pergi nya mereka bertiga, ya? Issshhh … gara-gara Jordi, aku jadi kehilangan mereka.” kata Angel kesal pada Jordi.Angel menoleh ke segala arah, mencari keberadaan Davin, Joe, dan Samuel. Namun, mereka bertiga tidak terlihat dimana pun. Bahkan, sedikit batang hidung mereka pun tak kelihata
“Permisi, pak … apakah kalian melihat seorang gadis setinggi saya, berambut kira-kira sepinggang berwarna kuning kecoklatan, cantik, bertubuh ramping, lewat di sekitaran tempat ini?” tanya Jordi pada dua pria itu.“Tidak, kami tidak melihatnya. Ah, bagaimana kalau kita mencarinya bersama, kebetulan kami juga sedang mencari … Aduh!”Tiba-tiba, teman dari pria itu menginjak kakinya. Pria itu menoleh sambil menatap wajah temannya itu, dengan sedikit menggoyang-goyangkan kakinya yang sakit. Terlihat kalau temannya sedang memberi kode untuk menyuruhnya diam, pria itu kembali bersikap dingin.“Maaf, anda berdua sedang mencari … siapa, tuan?” tanya Jordi.“Tidak, kami tidak melihatnya.” kata Pria itu.“Hmm … yah sudah, kalau begitu saya permisi dulu ya, tuan. Kalau sekiranya tuan-tuan sekalian melihat gadis itu, tolong beritahu saya, ya …,” kata
“Eh!!!”“Eh!!!”“Eh!!!”Teriak Angel, Joe dan Samuel, dengan serentak. Angel langsung menhampiri Jordi karena panik, melihat Jordi sampai tiba-tiba terduduk ke lantai dengan wajahnya yang sangat pucat.“Saya tidak apa-apa, nona … saya hanya tidak habis pikir, tanpa sadar saya hampir saja bunuh diri karena kesalahan saya. Bahkan, saya juga hampir saja menyerahkan anda kepada mereka. Wah, gila …,” kata Jordi, sedikit menggelengkan kepala dengan kedua matanya yang tak berkedip.“Wah, kamu parah sih, Ngel … Jordi sampai lemas begitu, loh,” kata Samuel, mencoba menakut-nakuti Angel.“Eh, kok Aku, Sam … yang ku katakan tadi, memang sesuai dengan apa yang sedang terjadi, kok …,” kata Angel, dengan raut wajah sedikit terkejut.“Hehe … tidak kok, tuan. Ini bukan salahnya nona Angel. Ini sepenuhnya salah saya, tuan &hell
“Semua sama persis?” tanya Angel pada Davin.“Iya, nona … lorong dan di ujung lorongnya, semuanya sama persis. Tidak ada perbedaan dari ketiga lorong itu,” jawab Davin.“Duh, bagaimana, ya ….”Angel terdiam sejenak, sambil mencoba untuk mengingat kejadian, ketika dia bersama dengan William tempo hari. Angel menyandarkan punggungnya ke dinding lorong itu, sambil terus berpikir. Tiba-tiba,“Eh!?”Boom!Angel merasakan, punggungnya menyentuh sebuah benda seperti tombol. Seketika, ujung jalan yang terblokir itu, tiba-tiba saja meledak. Gumpalan asap, mengepul seketika. Kemudian, perlahan gumpalan asap itu, perlahan menipis.“Nona, anda tidak apa-apa?”“Ngel! Kamu tidak apa-apa?”“Nona Angel, anda baik-baik saja, ‘kan?”Joe, Samuel dan Jordi, langsung menghampiri Angel dengan sangat panik, setelah melihat ledakan itu
Ponsel berbunyi beberapa saat. Lalu, seorang pria menjawab panggilan itu.“Halo …,”“Ha-halo, tuan … ma-maaf sebelumnya, ta-target berhasil lolos …,”Brakk!!!“Bodoh! Kenapa bisa lolos!” sentak pria itu sambil memukul meja di dekatnya.“Sa-saya juga tidak tahu, tuan …,”“Saya tidak tahu bagaimana caranya, yang pasti kalian harus mendapatkan gadis itu!”“Ba-baik, tuan ….”Percakapan selesai.***Supermarket, 17:00 sore ….“Eh, Fan, kira-kira kita pulang naik apa, ya?” tanya Chelsea pada Fanny, sambil mengemas barang-barang sebelum pulang.“Naik taksi lah, Chel … memangnya kenapa?” tanya balik Fanny, menunggu Chelsea yang tengah mengemas barang.“Ya, siapa tahu ada jemputan gratis lagi begitu, hahaha …,” jawab Chelsea.“J