Ciittt ….
Davin memberhentikan mobilnya, di sebuah lorong kecil di antara dua bangunan. Kemudian,
“Tuan dan nona, kita sudah sampai di tempat tujuan kita,” kata Davin, sambil menoleh kearah Samuel, Joe dan Angel.
Angel yang tengah beradu mulut dengan Samuel, dan Joe yang tengah berusaha melerai mereka berdua, seketika terdiam. Mendengar itu, mereka bertiga serentak menatap sebuah rumah yang sangat besar nan mewah, tepat di seberang mereka. Lalu,
“Itu Hotel milik siapa, Vin?” tanya Angel pada Davin.
“Hotel? Yang mana, nona?” tanya balin Davin.
“Itu tuh, yang di seberang jalan itu, loh …,” jawab Angel, sambil menunjuk kearah rumah mewah itu.
“Eh, itu bukan Hotel, nona. Itu adalah rumah,” kata Davin.
“Rumah? Gila! Besar banget rumah nya … kalau dibandingkan dengan rumah saya, wah … ini sih besar banget,” kata Angel sambil menggeleng
“Kamu sedang apa berada disini, Jor!” sentak Angel dengan sedikit berbisik pada Jordi.“Saya tadi melihat anda berjalan tergesa-gesa menuju garasi, nona. Kemudian, anda mengeluarkan mobil, dan langsung pergi. Saya pikir, ada sesuatu yang telah terjadi pada anda. Yah sudah, saya berinisiatif untuk mengikuti anda, siapa tahu anda membutuhkan bantuan saya nanti.” Jawab Jordi dengan santai.“Aduh, tidak perlu, Jor … sudah lah, kamu pulang saja. Yah sudah, saya masuk dulu ke dalam.”Setelah itu, Angel meninggalkan Jordi yang masih berada di dalam mobil, berlari masuk ke dalam W Mall.***“Duh, kemana pergi nya mereka bertiga, ya? Issshhh … gara-gara Jordi, aku jadi kehilangan mereka.” kata Angel kesal pada Jordi.Angel menoleh ke segala arah, mencari keberadaan Davin, Joe, dan Samuel. Namun, mereka bertiga tidak terlihat dimana pun. Bahkan, sedikit batang hidung mereka pun tak kelihata
“Permisi, pak … apakah kalian melihat seorang gadis setinggi saya, berambut kira-kira sepinggang berwarna kuning kecoklatan, cantik, bertubuh ramping, lewat di sekitaran tempat ini?” tanya Jordi pada dua pria itu.“Tidak, kami tidak melihatnya. Ah, bagaimana kalau kita mencarinya bersama, kebetulan kami juga sedang mencari … Aduh!”Tiba-tiba, teman dari pria itu menginjak kakinya. Pria itu menoleh sambil menatap wajah temannya itu, dengan sedikit menggoyang-goyangkan kakinya yang sakit. Terlihat kalau temannya sedang memberi kode untuk menyuruhnya diam, pria itu kembali bersikap dingin.“Maaf, anda berdua sedang mencari … siapa, tuan?” tanya Jordi.“Tidak, kami tidak melihatnya.” kata Pria itu.“Hmm … yah sudah, kalau begitu saya permisi dulu ya, tuan. Kalau sekiranya tuan-tuan sekalian melihat gadis itu, tolong beritahu saya, ya …,” kata
“Eh!!!”“Eh!!!”“Eh!!!”Teriak Angel, Joe dan Samuel, dengan serentak. Angel langsung menhampiri Jordi karena panik, melihat Jordi sampai tiba-tiba terduduk ke lantai dengan wajahnya yang sangat pucat.“Saya tidak apa-apa, nona … saya hanya tidak habis pikir, tanpa sadar saya hampir saja bunuh diri karena kesalahan saya. Bahkan, saya juga hampir saja menyerahkan anda kepada mereka. Wah, gila …,” kata Jordi, sedikit menggelengkan kepala dengan kedua matanya yang tak berkedip.“Wah, kamu parah sih, Ngel … Jordi sampai lemas begitu, loh,” kata Samuel, mencoba menakut-nakuti Angel.“Eh, kok Aku, Sam … yang ku katakan tadi, memang sesuai dengan apa yang sedang terjadi, kok …,” kata Angel, dengan raut wajah sedikit terkejut.“Hehe … tidak kok, tuan. Ini bukan salahnya nona Angel. Ini sepenuhnya salah saya, tuan &hell
“Semua sama persis?” tanya Angel pada Davin.“Iya, nona … lorong dan di ujung lorongnya, semuanya sama persis. Tidak ada perbedaan dari ketiga lorong itu,” jawab Davin.“Duh, bagaimana, ya ….”Angel terdiam sejenak, sambil mencoba untuk mengingat kejadian, ketika dia bersama dengan William tempo hari. Angel menyandarkan punggungnya ke dinding lorong itu, sambil terus berpikir. Tiba-tiba,“Eh!?”Boom!Angel merasakan, punggungnya menyentuh sebuah benda seperti tombol. Seketika, ujung jalan yang terblokir itu, tiba-tiba saja meledak. Gumpalan asap, mengepul seketika. Kemudian, perlahan gumpalan asap itu, perlahan menipis.“Nona, anda tidak apa-apa?”“Ngel! Kamu tidak apa-apa?”“Nona Angel, anda baik-baik saja, ‘kan?”Joe, Samuel dan Jordi, langsung menghampiri Angel dengan sangat panik, setelah melihat ledakan itu
Ponsel berbunyi beberapa saat. Lalu, seorang pria menjawab panggilan itu.“Halo …,”“Ha-halo, tuan … ma-maaf sebelumnya, ta-target berhasil lolos …,”Brakk!!!“Bodoh! Kenapa bisa lolos!” sentak pria itu sambil memukul meja di dekatnya.“Sa-saya juga tidak tahu, tuan …,”“Saya tidak tahu bagaimana caranya, yang pasti kalian harus mendapatkan gadis itu!”“Ba-baik, tuan ….”Percakapan selesai.***Supermarket, 17:00 sore ….“Eh, Fan, kira-kira kita pulang naik apa, ya?” tanya Chelsea pada Fanny, sambil mengemas barang-barang sebelum pulang.“Naik taksi lah, Chel … memangnya kenapa?” tanya balik Fanny, menunggu Chelsea yang tengah mengemas barang.“Ya, siapa tahu ada jemputan gratis lagi begitu, hahaha …,” jawab Chelsea.“J
Ciiittt!Jeglek!Cassey tiba di rumah Angel dan langsung berlari masuk ke dalam. Setibanya di dalam rumah, tampak Angel tengah tiduran sendirian di sofa sambil bermain ponsel. Joe dan Samuel duduk di depan televisi di ruang keluarga dan Davin meminjam kamarnya Angel untuk beristirahat. Lalu,Brakk!“Ngel! Angel!!!” teriak Cassey, membanting pintu dan langsung berlari masuk.“Eh, ada apa Cass?!”Angel langsung berdiri dan berlari menghampiri Cassey. Joe dan Samuel yang tengah asik menonton televisi, juga berlari menghampiri Cassey yang tiba-tiba membanting pintu dan berteriak memanggil nama Angel. Davin yang tadi sedang tertidur pulas, langsung terbangun dan langsung melompat dari lantai tiga, menghampiri Cassey saking terkejutnya mendengar teriakan Cassey. Jadi, itu hanya bercanda. Davin, masih tertidur pulas di kamarnya Angel dan tidak melompat dari lantai tiga.“Ada apa, Cass?! Mengapa kamu terlihat pan
Rumah Angel, 19:00 malam. Joe, Samuel dan Cassey, berkumpul di ruang tamu, duduk di sofa menunggu Angel selesai mandi. Mereka berunding tentang bagaimana cara menyelamatkan Fanny dan Chelsea, yang di culik oleh orang tak dikenal. “Cass, terakhir kali kamu bertemu dengan Fanny dan Chelsea dimana dan kapan?” tanya Samuel, sambil memegang pena dan sebuah buku, bersiap untuk mencatat segala informasi yang diketahui oleh Cassey. “Sore tadi setelah selesai bekerja, di depan toko supermarket mereka. Aku melihat …,” “Sebentar, Cass …,” potong Samuel.Kemudian, Samuel menuliskan kata-kata Cassey ke dalam sebuah buku. “Oke. Lalu, se-ingat kamu, siapa saja yang berada disana bersama dengan Fanny dan Chelsea?” tanya Samuel. “Saat itu, aku melihat sebuah mobil SUV berwarna hitam berhenti tepat di depan
Mobil SUV, pukul 20:00 malam. Chelsea dan Fanny, masih berada di dalam mobil dengan posisi tangan terikat. Kemudian, Chelsea tiba-tiba terbangun karena hentakan dari mobil itu melewati sebuah pembatas jalan yang melintang di jalan. “Hmm … Aku dimana …,” kata Chelsea, sambil menoleh ke sekeliling. “Wah, kamu sudah bangun, ya … maaf, karena pembatas jalan tadi, kamu jadi terbangun, hehe …,” kata pria itu. “Oh, ternyata kamu … eh, lepaskan tangaku dong, Aku ingin menggaruk punggungku, nih … duh!” kata Chelsea, sambil mengangkat tangannya, mencoba untuk meraih punggungnya. “Lepaskan tanganmu? Lalu, setelah saya melepaskan tangan kamu, kamu akan membuka pintu mobil dan melarikan diri, begitu? Hahaha … saya tidak sebodoh itu, nona …,” kata pria itu. “Bagaimana ca
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri