“Hah? Aku malahan baru mendengar nama Davin, Cass … Tapi, emm …”
“Halo, guys … kalian baru, pulang? Naik apa?” kata Angel, sambil menuruni tangga.
“Ngel, kamu kenal dengan seorang pria, bernama Davin D Morgan?” tanya Chelsea.
“Davin? Emm … ngga, tu. Memangnya kenapa, Chel?” tanya balik Angel.
“Jadi, tadi kami di jemput oleh seorang pria, bernama Davin D Morgan, menggunakan mobil SUV hitam. Dia mengatakan, kalau dia itu, bekerja di bawah naungan kamu.” kata Cassey.
“Bekerja di bawah naunganku? Lah, memangnya aku seorang Komandan perang? Atau seorang Presiden, begitu? Hahaha … ada-ada saja. Tidak, aku tidak kenal dengan orang itu. Coba kalian tanya Joe, deh, biasanya ‘kan, dia tahu banyak tentang informasi, orang-orang yang ada di kota ini.” kata Angel, sambil menunjuk kearah Joe.
“Eh? Saya tidak tahu, nona … saya juga
“Ngel, kamu ingin membeli ponsel itu?” tanya James.“Tidak … aku membelikannya untukmu, James.” jawab Angel dengan santai.“Eh? Serius, Ngel?”“Iya ….”“Ngel ….” kata Fanny, sambil melambaikan tangannya kearah Angel.Melihat itu, Angel langsung berjalan menghampiri Fanny, diikuti oleh James.“Iya, Fan? Bagaimana? Kamu sudah menemukan ponsel yang bagus?” tanya Angel.“Ini, Ngel … menurut kamu, ini bagus atau tidak?” tanya Fanny, sambil menunjuk kearah ponsel, yang tersusun rapih di dalam lemari kaca.“Bagus, Fan! Bagus banget malah … kamu mau yang itu?”Fanny menganggukkan kepalanya, sambil tersenyum kepada Angel.“Emm … permisi …” kata Angel, sambil melambaikan tangannya, kearah penjual ponsel itu.Melihat itu, penjual ponsel itu langsung bergegas mengh
Keesokan paginya, Angel dan teman-temannya berangkat ke kampus, dan sesampainya disana ….“Jadi, pria muda yang kita tabrak wakti itu, adalah Adiknya Fanny, Ngel?” tanya Chelsea pada Angel, sambil berjalan menuju kelas.“Iya, Chel. Dunia ini sempit, ya …,” jawab Angel.“Wah, tahu gitu sekalian saja kita tangkap tuh si Adiknya Fanny, lalu kita bawa dia pulang,” kata Chelsea.“Iya, yang jadi masalahnya itu, kita ‘kan tidak tahu, kalau dia adalah Adiknya Fanny. Iya, kan?” tanya Angel.“Iya sih, Ngel ….” Chelsea mengakhiri percakapan.Kemudian, Angel dan teman-temannya tiba di depan kelas, dan masuk ke dalam. Bersamaan dengan itu, seorang pria berpakaian rapih dengan kacamata yang terpasang di wajahnya, tiba di kelas, dan kemudian duduk di kursi dosen. Angel dan teman-temannya, yang baru saja duduk sambil meletakkan tas mereka, tiba-tiba,“Davin!&
Memastikan semuanya sudah masuk ke dalam mobil, Davin langsung menginjak pedal gas mobilnya, dan pergi meninggalkan kampus. Kemudian, di tengah perjalanan,“Joe, Sam, bagaimana ceritanya kalian bisa ada disini, bersama dengan orang aneh itu?” tanya Angel memandang sinis kearah Davin.“Hahaha …, sebenarnya, Davin ini adalah teman saya, semasa kecil dulu, nona,” jawab Joe.“Loh, tapi mengapa kamu mengatakan kalau kamu tidak mengenalnya, bahkan kamu sempat mengatakan kalau mendengar namanya saja tidak pernah. Bagaimana?” tanya Angel.“Jadi begini, nona Angel, saya dan Joe memang sudah lama tidak bertemu, semenjak saya pindah ke luar negeri saat saya masih berusia tujuh tahun. Nah, Joe dan saya, sudah bermain bersama saat masih berusia 4 tahun. Setelah saya pindah ke luar negeri, kami tidak pernah bertemu lagi. Wajar saja kalau Joe melupakan saya, dan saya juga sempat begitu, nona …,” kata Davin me
Ciittt ….Davin memberhentikan mobilnya, di sebuah lorong kecil di antara dua bangunan. Kemudian,“Tuan dan nona, kita sudah sampai di tempat tujuan kita,” kata Davin, sambil menoleh kearah Samuel, Joe dan Angel.Angel yang tengah beradu mulut dengan Samuel, dan Joe yang tengah berusaha melerai mereka berdua, seketika terdiam. Mendengar itu, mereka bertiga serentak menatap sebuah rumah yang sangat besar nan mewah, tepat di seberang mereka. Lalu,“Itu Hotel milik siapa, Vin?” tanya Angel pada Davin.“Hotel? Yang mana, nona?” tanya balin Davin.“Itu tuh, yang di seberang jalan itu, loh …,” jawab Angel, sambil menunjuk kearah rumah mewah itu.“Eh, itu bukan Hotel, nona. Itu adalah rumah,” kata Davin.“Rumah? Gila! Besar banget rumah nya … kalau dibandingkan dengan rumah saya, wah … ini sih besar banget,” kata Angel sambil menggeleng
“Kamu sedang apa berada disini, Jor!” sentak Angel dengan sedikit berbisik pada Jordi.“Saya tadi melihat anda berjalan tergesa-gesa menuju garasi, nona. Kemudian, anda mengeluarkan mobil, dan langsung pergi. Saya pikir, ada sesuatu yang telah terjadi pada anda. Yah sudah, saya berinisiatif untuk mengikuti anda, siapa tahu anda membutuhkan bantuan saya nanti.” Jawab Jordi dengan santai.“Aduh, tidak perlu, Jor … sudah lah, kamu pulang saja. Yah sudah, saya masuk dulu ke dalam.”Setelah itu, Angel meninggalkan Jordi yang masih berada di dalam mobil, berlari masuk ke dalam W Mall.***“Duh, kemana pergi nya mereka bertiga, ya? Issshhh … gara-gara Jordi, aku jadi kehilangan mereka.” kata Angel kesal pada Jordi.Angel menoleh ke segala arah, mencari keberadaan Davin, Joe, dan Samuel. Namun, mereka bertiga tidak terlihat dimana pun. Bahkan, sedikit batang hidung mereka pun tak kelihata
“Permisi, pak … apakah kalian melihat seorang gadis setinggi saya, berambut kira-kira sepinggang berwarna kuning kecoklatan, cantik, bertubuh ramping, lewat di sekitaran tempat ini?” tanya Jordi pada dua pria itu.“Tidak, kami tidak melihatnya. Ah, bagaimana kalau kita mencarinya bersama, kebetulan kami juga sedang mencari … Aduh!”Tiba-tiba, teman dari pria itu menginjak kakinya. Pria itu menoleh sambil menatap wajah temannya itu, dengan sedikit menggoyang-goyangkan kakinya yang sakit. Terlihat kalau temannya sedang memberi kode untuk menyuruhnya diam, pria itu kembali bersikap dingin.“Maaf, anda berdua sedang mencari … siapa, tuan?” tanya Jordi.“Tidak, kami tidak melihatnya.” kata Pria itu.“Hmm … yah sudah, kalau begitu saya permisi dulu ya, tuan. Kalau sekiranya tuan-tuan sekalian melihat gadis itu, tolong beritahu saya, ya …,” kata
“Eh!!!”“Eh!!!”“Eh!!!”Teriak Angel, Joe dan Samuel, dengan serentak. Angel langsung menhampiri Jordi karena panik, melihat Jordi sampai tiba-tiba terduduk ke lantai dengan wajahnya yang sangat pucat.“Saya tidak apa-apa, nona … saya hanya tidak habis pikir, tanpa sadar saya hampir saja bunuh diri karena kesalahan saya. Bahkan, saya juga hampir saja menyerahkan anda kepada mereka. Wah, gila …,” kata Jordi, sedikit menggelengkan kepala dengan kedua matanya yang tak berkedip.“Wah, kamu parah sih, Ngel … Jordi sampai lemas begitu, loh,” kata Samuel, mencoba menakut-nakuti Angel.“Eh, kok Aku, Sam … yang ku katakan tadi, memang sesuai dengan apa yang sedang terjadi, kok …,” kata Angel, dengan raut wajah sedikit terkejut.“Hehe … tidak kok, tuan. Ini bukan salahnya nona Angel. Ini sepenuhnya salah saya, tuan &hell
“Semua sama persis?” tanya Angel pada Davin.“Iya, nona … lorong dan di ujung lorongnya, semuanya sama persis. Tidak ada perbedaan dari ketiga lorong itu,” jawab Davin.“Duh, bagaimana, ya ….”Angel terdiam sejenak, sambil mencoba untuk mengingat kejadian, ketika dia bersama dengan William tempo hari. Angel menyandarkan punggungnya ke dinding lorong itu, sambil terus berpikir. Tiba-tiba,“Eh!?”Boom!Angel merasakan, punggungnya menyentuh sebuah benda seperti tombol. Seketika, ujung jalan yang terblokir itu, tiba-tiba saja meledak. Gumpalan asap, mengepul seketika. Kemudian, perlahan gumpalan asap itu, perlahan menipis.“Nona, anda tidak apa-apa?”“Ngel! Kamu tidak apa-apa?”“Nona Angel, anda baik-baik saja, ‘kan?”Joe, Samuel dan Jordi, langsung menghampiri Angel dengan sangat panik, setelah melihat ledakan itu
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri