“Kamu kira saya ini youtuber prank apa?! Apa kamu lihat ada kameramen di sini?” balas Bryan geram.
Melihat Bryan yang sangat serius, pegawai toko tersebut akhirnya percaya dan mulai mengemasi semua produk yang Bryan minta. Setelahnya, berbagai rak dan etalase produk di toko itu pun tampak sepi, stok mereka mulai menipis.
“Totalnya 20 juta, Mas,” kata kasir.
Bryan pun mengeluarkan black card dari dompetnya dan menyerahkan ke kasir.
‘Wah, gila sih. Lucky banget yang jadi pacarnya Pak Bryan. Belanja make up aja sampai 20 juta gini. Sedangkan aku cuman 500 ribu paling banyak, itu pun habisnya dalam waktu enam bulan, Hmm, nasib gak punya doi gini amat. Menyedihkan,’ batin Natalia, mengadu nasib.
*
Sore ini, Bi Lastri, Sarah beserta satpam rumah sedang bersantai sambil ngerumpi di teras rumah Bryan.
Pip! Pip!
Klakson mobil dibunyikan berulang kali, karen
“Jika kamu benar-benar mencintainya, selalu berikan perhatian untuknya, meskipun hanya perhatian kecil. Selalu berkata lembut dan tidak menyakitkan. Selalu meluangkan waktumu untuknya, meskipun hanya sebatas memberi kabar. Pendam amarahmu, belajarlah mengalah. Hargai setiap perbedaan yang ada. Membantunya dengan suka rela untuk mengurangi pekerjaannya.”Itulah beberapa point yang Bryan baca dari buku yang baru saja ia beli. Bryan pun melanjutkan bacaannya pada point yang terakhir.“Jangan menyentuh wanitamu, kecuali ia mengizinkannya.”Bryan menarik napas kasar. “Huh. Ini poin terakhir susah banget. Mana bisa aku kalau gak nyentuh Nina seharian. Tapi tak apa lah, aku harus mencobanya dulu.”Bryan lalu menarik napas dalam-dalam dan memberi semangat untuk dirinya sendiri. “Semangat, Bryan! You can do it!”*Keesokan harinya, Bryan tau jika tugas Nina pagi ini yaitu membersihkan halaman rumah. Sebelum Nina mengerjakan
Tanpa berpikir panjang, Nina langsung menuju dapur dan membuat nasi goreng sesuai permintaan Bryan. Setelah beres, Nina pun bersiap-siap pergi ke kantor Bryan. Saat sudah tiba di halaman rumah, langkah Nina terhenti karena memikirkan sesuatu.“Apa aku mandi lagi ya?” gumam Nina yang tiba-tiba berubah pikiran. Ia melihat penampilannya sendiri yang sangat sederhana, saat ini ia hanya mengenakan rok plisket hitam polos dan juga hoodie big size tak bermotif untuk menutupi tubuh montoknya.Nina pun memutuskan untuk kembali masuk ke rumah dan mandi lagi. Ia lalu memilih pakaian yang lebih pantas dan lebih bagus dari yang ia gunakan sebelumnya. Entah mengapa, tiba-tiba Nina ingin tampil cantik dan menawan di depan Bryan. Padahal sebelumnya, ia tidak terlalu memedulikan penampilannya dan selalu berpakaian apa adanya di depan Bryan.Sudah 30 menit berlalu, tetapi Nina masih kebingungan untuk mengenakan setelan apa. ‘Aduh… pusing aku… bagus
Bryan menggeleng kecil. “Kamu selalu terlihat cantik, Nina. Kamu bahkan lebih cantik dari langit malam yang bertaburan bintang-bintang,” jawab Bryan lembut. Pria itu bahkan tidak mengalihkan pandangannya sedetik pun dari wajah Nina.Nina hampir saja dibuat terbang ke langit kala mendengar pujian dari Bryan. Tetapi ia kurang percaya sebab hampir semua orang di luar sana memandangnya aneh.“T-tapi kata mereka, penampilan saya ini norak banget. Soalnya terlalu berwarna. Dandanan saya juga menor.”“Jangan terlalu memikirkan kata orang-orang di luar sana. Mereka hanya iri dengan kecantikanmu, Nina. Kamu itu sama seperti pelangi, warna-warni tapi enak dipandang. Jika ada yang mengatakan bahwa kamu norak, mungkin mereka juga tidak suka melihat pelangi.”Nina hanya terdiam setelah mendengar kata-kata itu. Nina kembali memberi suapan ke mulut Bryan. Tapi mendadak tangannya tremor parah. Bryan bisa melihat dengan jelas betapa gem
Kini mereka telah sampai di pinggir jalan, Bryan memberhentikan taksi untuk Nina.“Pak sopir, tolong antarkan gadis cantik ini ke alamat xxx ya. Pastikan dia sampai dengan selamat,” ucap Bryan kemudian membukakan pintu mobil untuk Nina.Nina lantas masuk ke dalam mobil itu. Bryan kembali berbicara kepada sopir taksi tersebut. “Pak sopir, jika gadis ini ingin singgah ke suatu tempat, turuti saja kemauannya ya. Sebagai imbalannya, ini aku akan membayar Bapak lebih,” tutur Bryan kemudian mengeluarkan uang senilai 500 ribu dari dompetnya.Sopir taksi itu mengambil uang Bryan dengan senyum sumringah. “Siap, bosku. Aman!”Bryan kembali berbicara melalui jendela mobil sebelum mobil itu melaju pergi. “Nina, jangan lupa memberiku kabar jika kamu sudah tiba di rumah ya.”Nina hanya mengangguk kecil.Taksi itu pun melaju ke jalan raya, dari kejauhan Nina bisa melihat Bryan masih berdiri di tempatnya.“Suaminya cakep banget, Neng. Udah cakep, der
Melihat ekspresi Nina yang menggemaskan membuat Bryan terkekeh.“Tuan Bryan kok ketawa sih?” tanya Nina dengan raut wajah merengut.“Kamu itu lucu kalau lagi manyun begini.”“Hmm.”“Kamu juga kepengen ya?” tanya Bryan.Nina menggeleng pelan. Masih jual mahal.“Kalau kamu mau, masih ada kok di mobil.”Nina langsung mengangkat wajahnya dan menatap Bryan penuh binar. “Benarkah?”“Benar dong. Aku emang sengaja beli dua porsi. Kan niatnya buat kita makan berdua.”Nina seketika bahagia mendengar jawaban dari Bryan.“Ayo ke mobil. Ambil makananmu.”“Makasih ya, Tuan. Saya masuk duluan ya,” ucap Nina bersorak bahagia. Gadis itu lalu masuk ke dalam rumah setelah mendapatkan apa yang ia mau. Ia pun menikmati makanannya sendirian di dalam kamar.*Pukul 01.00, larut malam…Nina belum
Nina mendadak salah tingkah. Ia menoleh ke belakang dengan mata yang membelalak. “Eh? T-Tuan Bryan? Sejak kapan Tuan ada di sini?”“Sejak lima menit yang lalu. Sedari tadi aku memperhatikanmu membongkar isi lemariku. Memangnya kamu sedang mencari apa di lemariku, Nina?”Nina menggeleng cepat. “T-tidak. S-saya tidak nyari apa-apa kok, Tuan.”“Oh begitu. Baiklah. Tapi kamu beresin lagi ya isi lemariku,” jawab Bryan dengan santainya.Nina mengangguk pelan. Ia lalu memperhatikan susunan pakaian Bryan yang telah acak-acakan saat ini. Semuanya karena ulahnya. Dengan kesadaran diri, Nina pun melipat ulang semua pakaian yang ia bongkar tadi dan menyusunnya lagi dengan rapi. Sedangkan Bryan memilih untuk mandi sekarang.Tidak lama kemudian, Bryan telah keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk pendek yang melilit di tubuhnya. Buliran air masih berjatuhan dari tubuhnya. Handuk itu hanya menutupi bagian b
Akhirnya Nina telah tiba di kantor Bryan. Tanpa basa-basi, Nina segera menuju ruang kerja Bryan. Kali ini Nina tidak lagi mengenakan pakaian yang terlalu berwarna. Dia juga hanya mengenakan riasan tipis di wajahnya sehingga dirinya tidak lagi mendapatkan tatapan aneh dari orang-orang yang berlalu-lalang di sana.Tok Tok Tok“Masuk!” sahut Bryan dari dalam ruangan.Nina langsung membuka pintu. Ia melihat Bryan sangat fokus menatap tabletnya.“Tuan Bryan, ini saya bawakan makanannya,” ujar Nina yang kemudian langsung duduk di sofa. Namun lelaki itu masih diam dan terlihat sibuk membuat sebuah diagram kerja lewat tabletnya.Nina duduk menunggu Bryan hingga berbicara. Hingga sepuluh menit kemudian barulah Bryan mematikan tabletnya dan meregangkan otot-ototnya yang kaku.Sambil membawa tabletnya, Bryan berdiri dan berjalan menuju Nina. “Maaf ya. Aku tidak bermaksud cuek, tapi ada kerjaan yang belum beres. Mana aku pu
Bryan yang tadinya fokus membaca lembaran demi lembaran isi proposal itu, seketika sadar ketika Nina sudah tak lagi duduk tepat di sampingnya. Atensi Bryan buyar. Ia melihat wajah Nina yang semakin murung. Kepala gadis itu pun kini tertunduk.“Melissa, kamu pindah sana! Duduk di sofa depan saja!” titah Bryan. Suaranya semakin meninggi. Bryan tidak mau lagi menerima penolakan. Perintahnya itu harus segera dituruti.“Kamu pindah sekarang juga, atau mau saya pecat?” ancam Bryan serius. Menatap tajam pada sang sekretaris.Melissa mendengus kesal. Suka tidak suka, Melissa pun menurut. Ia mengalah dan pindah ke sofa yang ada di hadapannya itu. Kini giliran Melissa yang menatap tajam ke arah Nina. Tak kalah tajamnya dari tatapan mata Bryan barusan. ‘Dasar gadis kampung! Bisa-bisanya Bryan membentakku hanya karena gadis sepertimu! Huh! Ini gak bisa dibiarin begitu saja! Awas saja kau gadis kampung! Akan aku buat Bryan tergila-gila denganku.
Dua bulan kemudian, kini usia kandungan Nina sudah menginjak sembilan bulan. Mereka baru saja pulang dari rumah sakit setelah mengontrol kehamilannya. Kata dokter, kira-kira dua minggu lagi Nina akan melahirkan kedua bayinya.Dan saat ini Nina sedang melihat-lihat kamar bayi untuk kedua calon buah hatinya itu. Nina berjalan mengelilingi kamar bayi yang didominasi warna pink. Nina semenjak tau kedua bayinya berjenis kelamin perempuan, langsung berbelanja perlengkapan bayi untuk bayi perempuan, mulai dari baju, kaos kaki, kupluk dan lainnya. Saat berbelanja, Nina ditemani oleh ibunya, karena saat itu Bryan sedang ada urusan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan.“Kenapa kamu berbelanja sebanyak ini, Nak? Beli bajunya beberapa pasang saja. Jangan terlalu boros!” imbuh Aliyah memberi saran kala itu.“Bayinya kan ada dua, Bu. Kalau beli sedikit, mana cukup.”“Baju bayi Brianna dulu kamu simpan di mana? Itu kan bisa kamu gunakan kembali untuk bayimu nanti, Nak
Waktu terus berjalan hingga tak terasa kehamilan Nina telah memasuki usia 7 bulan. Hari ini rumah Bryan dan Nina terlihat ramai dipenuhi oleh para tamu undangan. Kedua pasangan itu mengadakan syukuran atas kehamilan Nina yang sudah berusia 7 bulan.Acara itu Nina serahkan sepenuhnya kepada Even Organizer sehingga dia tidak perlu repot mengurus segala pernak-pernik acara itu.Nina tampil cantik dengan balutan kaftan berwarna baby pink. Dia sengaja memilih warna baby pink karena menurut hasil USG, kedua bayinya berjenis kelamin perempuan. Sedangkan untuk riasan rambutnya, disanggul yang menampilkan leher jenjangnya yang putih dan mulus. Riasan wajahnya tipis tapi elegan yang membuat Nina semakin mempesona. Sedangkan Bryan mengenakan kemeja batik dengan motif dan warna yang senada, begitu pula dengan Brianna yang juga memakai kaftan yang persis dengan ibunya.Bryan menatap istrinya yang tampil cantik hari ini. Hari di mana dia menjadi sorotan di acara tujuh bulanan
Setelah obat sudah ada di tangan Bryan, pria itu menghampiri istrinya yang sedang duduk manis di kursi tunggu.“Yuk kita pulang sekarang!” ajak Bryan.Bryan lalu menggandeng tangan istrinya menuju lobi rumah sakit. Sesekali dia mengecup kepala Nina dengan lembut. Hal itu tentu saja menjadi perhatian orang yang melintas dan berpapasan dengan mereka. Nina berusaha melepaskan diri dari suaminya. Nina merasa malu karena Bryan berlaku mesra di depan umum. Namun usahanya sia-sia karena lengan kiri Bryan segera memeluk pinggang Nina. Hal itu justru membuat mereka tampak semakin mesra, sehingga banyak pasang mata mengulum senyum ketika bertemu pandang dengan mereka. Sebagiannya lagi ada yang tampak iri hati melihat kemesraan pasangan suami istri itu.“Mas, kamu bikin malu saja ihh.”“Kenapa malu? Aku memeluk istriku sendiri, bukan istri orang lain,” elak Bryan. Dia menatap istrinya kemudian mengerlingkan sebelah mata pada Nina.
Hari demi hari terlewati. Tak terasa kini kandungan Nina sudah masuk pada usia 10 minggu. Bryan kembali membawa istrinya ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.“Ibu Nina Anatasya, silakan masuk,” panggil suster di depan pintu ruang prakter dokter kandungan.Nina bangkit dari kursi dan melangkah ke arah pintu ruang praktek tersebut, diikuti oleh Bryan. Nina melakukan pemeriksaan tensi darah terlebih dahulu oleh suster tersebut sebelum bertemu dengan dokter kandungan itu.“Tensinya normal ya, Bu. Silakan bertemu dengan dokter.”“Baik, Sus.” Nina lalu melangkah menghampiri sang dokter.Dokter kandungan itu tersenyum ramah kala Nina sudah duduk di kursi, di depan meja kerjanya.“Ada yang bisa dibantu?” tanya dokter.“Saya ingin kontrol kehamilan, Dok. Sekalian ingin melakukan pemeriksaan USG. Saya dan suami saya ingin tau, apakah janin saya baik-baik saja.”
Hari ini, Nina sudah siap dengan pakaian casual dilengkapi jaket kulit warna hitam. Rambutnya diikat seperti ekor kuda. Membuat penampilannya semakin cantik dan segar. Dia berjalan menuju halaman rumah untuk menemui Bryan yang sudah menunggunya di sana. Sesampainya di halaman rumah, Nina tertegun melihat penampilan Bryan yang tampak seperti aktor hollywood yang tampan dan gagah.Sama seperti istrinya, Bryan juga mengenakan pakaian casual dan jaket warna hitam. Suaminya itu tengah duduk di atas motor gede yang baru saja dia beli.Senyum mengembang terbit dari bibir Bryan kala melihat istrinya sudah sampai di teras rumah.“Bagaimana dengan Brianna? Aman gak kalau kita tinggal? Kita akan lama nanti, karena aku akan mengajak kamu keliling kota Jakarta.”“Brianna sedang tidur, Mas. Aku menitipkan dia sama Mbak Siti. Jadi kamu tenang saja. Semuanya pasti aman terkendali.”“Oke. Sekarang kamu pakai ini. Setelah itu kita berangkat.” Bryan menyerahkan helm full face yang sudah dia siapkan untu
“Ya aku membelinya di restoran.”“Terus kenapa harganya bisa semahal mobil sport?” tanya Nina bingung.“K-karena tadi uangku kurang dan aku meminjamnya pada Jonas. Lalu aku memberikan mobilku kepada Jonas sebagai bentuk pelunasan utang.”“Astaga, Mas. Apa itu tidak terlalu berlebihan? Kenapa semudah itu kamu memberikan mobil kepada karyawanmu?”“Mobilku kan masih banyak, sayang.”“Itu di Indonesia, Mas. Tapi di sini, hanya itu mobil kamu. Masa harus dikirim lagi sih dari Jakarta? Atau kamu mau membeli baru? Boros dong.”“Udahlah, sayang. Jangan dipikirin. Kamu habiskan saja gulai kambingnya biar aku gak kecewa karena telah mengorbankan mobilku untuk beliin kamu gulai kambing ini.”Akhirnya mereka menghabiskan gulai kambing itu berdua dan saling menyuapi secara bergantian. Suatu hal yang sering mereka lakukan dari awal kenal dan hal sekecil itu mampu membuat suasana menjadi lebih berkesan dan romantis.“Terima kasih ya, Mas. Hamil kali ini terasa beda. Karena ada kamu yang bakalan menem
“Selamat! Istri Anda hamil, Pak,” ucap dokter kandungan yang kini memeriksa Nina.Melalui USG yang dilakukan, walau janin Nina masih kecil, tapi hasil gambar yang ditangkap di layar cukup membuktikan bahwa saat ini Nina tengah hamil lagi.“Apa istri saya mengandung bayi kembar, Dok?”“Saya belum bisa memastikan, Pak. Karena kehamilan istri Bapak masih berusia 4 minggu. Sulit untuk dideteksi. Bapak dan ibu bisa kembali lagi untuk melakukan pemeriksaan USG di usia kehamilan 10 minggu untuk memastikan apakah benar ada janin kembar atau tidak,” jawab dokter.Bryan menganggukkan kepalanya, tanda paham. “Oh begitu ya. Baiklah.”“Dok, kami di Sydney ini hanya sementara. Mungkin dalam minggu ini kami akan kembali ke Jakarta. Apa kondisi istri saya yang hamil ini, aman untuk bepergian naik pesawat dalam waktu yang lama?” tanya Bryan lagi. “Oh ya, kami menggunakan pesawat pribadi,” timpa
Melihat raut wajah Nina yang kebingungan, Jonas pun kembali berbicara sembari memasang senyum tipisnya. “Silakan berbicara bahasa Indonesia saja, Nyonya. Kebetulan saya menguasai bahasa Indonesia juga.”Nina menghela napas lega. “Baguslah. Saya hari ini ingin jalan-jalan, bisakah kamu rekomendasikan tempat menarik yang bisa kami kunjungi hari ini?”“Tentu. Saya akan mengantar dan memandu Nyonya ke tempat wisata yang menarik di kota ini. Mari kita berangkat sekarang. Pertama saya akan mengantar Anda untuk mengunjungi Museum dan Galeri Australia. Lalu Anda bisa ke Taronga Zoo Sydney. Kemudian Anda juga bisa mengunjungi pasar budaya Sydney, di sana Anda bisa berbelanja produk buatan suku Aborigin.” Jonas menjelaskan sambil berjalan menuju area parkir tempat mobilnya berada.“Oh, baiklah. Saya mau mengunjungi tempat yang kamu maksud. Lalu kalau saya mau berbelanja bahan makanan sehari-hari, apa bisa di pasar yang kamu sebutk
“Hari ini aku akan meeting dengan pegawaiku di kantor. Jadi aku tidak bisa ikut makan siang bersamamu. Kamu makan siang sama Mbak Siti saja ya. Mungkin besok kesibukanku sudah berkurang. Rencananya besok aku akan mengajak kamu berkunjung ke kantor. Aku ingin memperkenalkanmu kepada rekan kerjaku. Mereka sangat penasaran dengan sosok Nina Anatasya, istri dari Bryan Lawrence.” Bryan berkata sambil mencium bibir istrinya.“Kalau begitu, hari ini aku jalan-jalan bertiga ya, Mas. Aku mau jalan-jalan sekalian makan siang di luar. Setelah makan siang, rencananya aku akan belanja bahan makanan untuk kita makan malam nanti.” Nina berkata sambil menatap kagum pada suaminya yang sudah berpenampilan rapi.“Oke. Nanti aku akan menyuruh Jonas untuk mengantar kamu ke tempat yang akan kamu kunjungi hari ini.”“Iya, Mas. Terima kasih.”Setelah itu mereka keluar dari kamar untuk sarapan bersama. Mereka sarapan bersama B