"Oh, ya. Karena tahun ini adalah ulang tahun ke tujuh belas kalian. Apa kalian ingin mengadakan pesta yang meriah dan mengundang semua teman-teman kalian?" tanya Abian, memberikan usul yang bagus pada si kembar yang dua minggu lagi akan berulang tahun. Tidak terasa juga sudah dua minggu si kembar bersekolah seperti biasanya.
Hanin yang mendengar ucapan daddynya langsung mengangguk antusias. "Mau, Dad! Hanin mau pesta yang meriah karena malam itu Hanin ingin jadi princess, hehe." Anak gadis Abian itu nyengir lebar."Bagus! Daddy setuju," jawab Abian cepat. "Kalau kamu gimana, Nan?" Dia menoleh pada di sulung yang mengajari Hendra menghapal perkalian sepuluh.Hanan melirik Hanin yang terlihat bahagia dengan rencana itu, tentu saja Hanan tidak mau membuat kebahagiaan adiknya itu mendadak hilang. "Aku ikut aja, Dad. Kalau itu kemauan Hanin, Hanan tidak masalah," jawabnya."Baiklah! Mulai besok Daddy dan Mommy akan mengurus semuanya." Abian tersenyum s"Ini bekal Zahra. Jangan lupa dihabiskan, ya? Dan, jangan sesekali jajan di luar," pesan Marion sambil memasukkan kota bekal berwarna merah muda itu ke dalam tas putrinya.Zahra yang sibuk menghabiskan susunya pun hanya bisa mengangguk saja. Keduanya berjalan keluar bersama-sama. Pagi ini Zahra terlihat bahagia sekali."Papi beneran anterian Zahra hari ini, kan?" tanyanya sekali lagi saat mereka tiba di teras rumah."Iya, sayang."Zahra memekik senang. "Yes! Sekalian nanti kenalan sama teman satu meja ku, ya, Pi? Dia penasaran sama Papi karena selama ini aku sering ngomong ke dia kalau Papi ku ini sangat tampan," ujarnya dengan senyum lebarnya.Marion tertawa pelan. "Emang Papi setampan itu?" tanyanya.Zahra langsung mengangguk cepat. "Iya! Bagiku Papi yang paling tertampan di dunia ini setelah setelah Hanan.""Siapa Hanan?" Marion langsung bertanya dengan sudut hati yang tak senang karena sekarang ada bisa menandingi ke
Marion masuk ke dalam mobilnya dan melirik asistennya yang duduk di kursi depan samping sopir. "Kau kenal dua anak tadi?" tanyanya pada asisten pribadinya itu. Rakit mengangguk pelan. "Saya sudah mencari tahu identitas mereka tadi saat Tuan masih berinteraksi dengan mereka. Hanin Zareena Dirgantara dan Hanan Aditya Dirgantara, mereka anak kembar dari pasangan Abian Dirgantara dan Flora Fernandez. Saya rasa Tuan tidak perlu khawatir kalau Nona muda berteman dengan mereka, karena keluarga Dirgantara selama ini sangat di kenal baik oleh public. Begitu juga Tuan Abian, dia adalah pebisnis bersih sudah pasti mendidik anaknya dengan tegas dan benar," jelas pria yang masih melajang di umurnya yang sudah masuk ke 35 tahun. Marion mengangguk paham setelah mendengar penjelasan asistennya itu. "Apa selama ini kita pernah bekerja sama dengan perusahaan Dirgantara?" tanyanya. Saking banyak bekerja sama dengan berbagai perusahaan, Marion lupa siapa saja rekan bisnisn
Hari yang sangat di tunggu-tunggu Hanin akhirnya tiba. Ulang tahunnya dan Hanan. Hanin sudah menyebar undangannya ke semua teman kelasnya dan anak Angkatan kelas sebelas lainnya tiga hari yang lalu. Acara dilaksanakan malam hari. Halaman samping rumah Hanin yang terdapat kolam renang dan juga gazebo yang tak jauh dari sana, kini sudah di sulap begitu cantik. Ada panggung kecil di akan dijadikan tempat khusus untuk si kembar memotong kue nantinya.Sejak maghrib usai, Hanin sudah di rias oleh MUA kenalan mommynya. Hanin meminta make up yang simple saja, tapi dia akan terlihat elegan dan cantik. Hanin tidak mau memakai mahkota, rasanya seperti anak kecil, tapi tetap saja malam ini dia akan menjadi seorang princess. Hanin tersenyum lebar kala melihat wajahnya begitu cantik setelah di rias oleh MUA. Rasanya dia sedikit tak mengenali dirinya karena selama ini Hanin jarang sekali merias dirinya. Ke sekolah pun hanya memakai pelembab bibir saja dan bedak seadany
Balik lagi ke acara ulang tahun si kembar. Saat ini Hanin, Hanan dan kedua orang tuanya berdiri di atas panggung. Di depan mereka sudah ada kue ulang tahun bertingkat dua dengan lilin angkat satu dan tujuh. Hanin dan Hanan langsung meniup lilin itu setelah menyanyikan lagu ulang tahun. Riuh tepuk tangan pun terdengar setelah lilin berhasil di tiup."Yeay!" Hanin bersorak pelan."Nah, sekarang tugas si kembar tinggal potong kuenya." Suara moderator kembali terdengar. Hanin langsung mengambil pisau plastik yang tersedia di atas meja. Menoleh pada Hanan yang kini bergerak maju dan memegang tangannya yang saat itu juga sedang memegang pisau plastik. Keduanya pun sama-sama memotong kue tersebut."Sekarang si kembar mau kasih suapan pertamanya ke siapa, nih? Mommy atau Daddy?" tanya sang moderator.Hanin dan Hanan saling kode sejenak. Dan, setelah itu sama-sama mengambil sendok kecil. Hanin berjalan mendekati Daddynya dan memberikan suapan pertamanya pa
"Ini ada apa?"Hanan berdeham pelan. "Tadi dia nggak sengaja nginjek gaunnya terus gue tolong biar dia nggak jatoh," jelasnya.Mata Hanin memicing tajam meski mendengar penjelasan dari kembarannya itu. Hanin Menatapi Zahra penuh selidik membuat Zahra kikuk sendiri. "I-iya, Nin. Tadi aku mau jatoh, tapi untung aja kembaranmu nolong aku. Kalau enggak, aku udah malu karena jatoh di depan orang ramai," timpalnya.Barulah Hanin percaya, matanya tak memicing lagi kini menatap Hanan. "Di panggil Daddy, Nan. Tante Hana baru datang sama keluarganya," tutur gadis itu.Hanan mengangguk pelan. "Ya, udah ayo kita ke sana!"Seperginya si kembar. Zahra buru-buru memegang jantungnya yang tadi sempat berdetak tak karuan kala Hanan menolongnya. "Kayak ya aku kena serangan jantung kecil, deh," gumamnya dengan polos.Sementara itu. Si kembar di peluk secara gantian oleh tante mereka. "Ya, ampun kalian sudah besar aja. Tuh, Anya mau kasih kado untuk
"Papi!"Zahra baru saja pulang dari pesta ulang tahun Hanin. Mengangkat sedikit bagian gaunnya ke atas agar memudahkannya berlari untuk menghampiri papinya yang berada dalam ruang kerjanya."Hey, Nona kecil." Marion merentangkan kedua tangannya untuk menyambut kepulangan putrinya. "Bagaimana pesta ya?" tanyanya kemudian setelah Zahra masuk ke dalam pelukannya.Zahra mendongak menatap papinya. "Seru sekali, Pi!" balasnya menggebu-gebu. "Zahra jadi mau adain pesta di ulang tahun sweet seventeen Zahra nanti. Biar bisa foto bareng sama Mami kayak dilakukan Hanin sama kembarannya. Terus nyuapi Papi sama Mami kue ulang tahun. Zahra mau begitu, Pi." Zahra mengeratkan pelukannya dengan papinya, kemudian menyandarkan kepalanya di bidang dada sang papi.Sedangkan Marion terdiam dengan bibirnya terkatup rapat kala mendengar pemintaan sederhana putrinya itu."Zahra bosan, Pi. Kalau tiap tahun rayain ulang tahun sama Papi dan Bibi pelayan. Tanpa kehad
Mata Marion mengerjap lemah. Sekarang dia dilema, antara memenuhi keinginan putrinya atau keinginan istrinya ini. Marion dalam keadaan yang sulit untuk memilih. "Chia, tidak adakah meski hanya sedikit di hatimu, rasa sayang terhadap putri kita? Dia adalah buah cinta kita," ujar Marion.Chiara langssung mendelik tak suka. "Dia bukan buah cinta kita! Kau yang menginginkan kehadirannya sampai-sampai memperkosa ku malam itu, kemudian kau yang memohon padaku bahkan berlutut di bawah kakiku demi mempertahankan anak itu ketika masih dalam kandunganku. Apa kau lupa itu?" tanya Chiara dengan napas memburu. Emosinya sudah tersulut pagi-pagi begini.Marion mendesah pelan. "Aku tahu itu," lirihnya. Rasanya ingin menangis di depan wanita ini. Tapi, rasanya tidak akan berguna. Hati Chiara sudah sekeras batu setelah kematian suaminya dulu. Dan, itu terjadi karena kesalahan yang dibuat oleh Marion. Kesalahan yang sebenarnya tak disengaja sekali. Pada akhirnya semua ini adalah takd
"Inilah akibatnya jadi anak bandel," cibir Hanin yang sudah lengkap dengan seragam sekolahnya. Menatap Hendra yang kini pasrah sembari memegang pipi kanannya yang masih mendenyut sekali. "Padahal malam tadi udah di larang, jangan banyak makan kue cokelat," sahut Hanan, menggeleng miris. "Ini karma dari anak yang keras kepala kayak dia, Nan," timbal Hanin, bersedekap dada memperhatikan Hendra yang menerima obat dari mommynya dan langsung menelan obat itu tanpa kendala setelah meneguk air banyak-banyak. "Hiks, Hendra mau tidur," lirih anak bungsu dari Abian itu. Flora mengangguk pelan, lalu menuntun Hendra berbaring. "Ya, sudah. Tidur aja, hari ini libur dulu sekolanya. Nanti Mommy ijin sama wali kelas mu," jawabnya. Seperti yang kalian tebak. Pagi ini Hendra kembali sakit gigi setelah malam tadi banyak makan cokelat. Sebenarnya sejak tengah malam tadi Hendra merasakan sakit giginya itu. Tapi, dia tahan karena