Sejak bangun tidur tadi Flora sudah hendak membersihkan tubuhnya. Tentu saja dia akan membantu si kembar yang akan bersekolah seperti biasanya hari ini. Cukup 4 hari saja dia tidak membantu mengurus si kembar.
"Mas, aku mau mandi lho. Nanti siapa yang bantu si kembar? Aku juga belum masak sarapan," keluh Flora, sebab dia masih saja ditahan Abian agar tidak ke mana-mana. Hari ini juga Abian mulai masuk bekerja.Abian hanya bergumam pelan dan mengeratkan pelukannya pada Flora. Membuat Flora mendengkus pelan, manjanya suaminya ini sudah melebihi Hanin saja. Bahkan Hanan sudah lama tidak bermanja padanya."Mas!" Flora menatap suaminya yang sibuk menyembunyikan wajah di ceruk lehernya. Kembali mengecup lehernya itu berulang kali seperti tidak bosan saja. Dalam hati Flora mendumel, Abian mau ya apa, sih? Apa tidak cukup bulan madu selama 4 hari kemarin?"Sebentar lagi," jawab Abian akhirnya. Dia tetap saja di posisi semula. Flora pun menunggu, sebab sudBeberapa menit terlewati. Flora tersenyum senang melihat hasil masakannya sudah jadi. Nasi goreng dengan telur mata sapi sebagai temannya, tak hanya itu, Flora juga menggorengkan sosis dan bakso sebagai tambahan. Dia juga menyiapkan roti panggang untuk Abian, pagi ini katanya mau sarapan sama roti saja serta susu agar gaya makanannya sehat. Padahal dulu tiap pagi Abian suka sekali minum kopi."Mommy!" Hanin sudah datang dengan rambut panjangnya yang rapi di sisir Abian. Ternyata suaminya itu bisa juga diandalkan membuat Flora tersenyum lega."Kenapa sayang? Ini Mommy sudah selesai masak kok. Hanin mau sarapan?" tanya Flora beruntun, karena putrinya itu menyusulnya ke dapur. Padahal hasil masakannya tadi sudah di tata Bibi Siwi ke atas meja makan.Hanin menggeleng pelan. "Itu, Mom. Kasihan sama Oma, Oma nangis Mom," ujar Hanin memberitahu. Flora seketika panik."Oma kenapa?" tanyanya kemudian tapi Hanin malah menggeleng. Segera Flora mencari kebera
Siang harinya. Flora membawa serantang makan siang untuk Abian. Sedangkan si kembar pulang agak sore karena ada les tambahan hari ini. Abian sudah mendaftarkan si kembar les sejak dua hari yang lalu. Agar keduanya lebih giat belajar lagi, tapi Abian tidak terlalu menegaskan si kembar. Kalau mereka lelah les, mereka boleh libur. Dia takut anak-anak tertekan akan hal itu.Flora tiba tepat waktu. Dia juga sudah mengabari Abian kalau dia akan ke kantor dan mereka berjanji akan makan siang bersama. Tak lupa juga Flora mengirimkan makan siang untuk si kembar dan sudah di antarkan oleh Bibi Siwi bersama Pak Rusdi.Baru saja Flora menapakkan kakinya di lobi kantor Abian. Tapi, sialnya dia malah bertemu dengan sang mantan suami, siapa lagi kalau bukan Arifin. Flora kaget tentunya, malah dia malas berteguran. Flora terkesan menghindar, tapi tidak dengan Arifin. Lelaki itu menghadangnya."Flora ." Lirih Arifin, nada suara terdengar frustrasi sekali."Apa?" t
Flora pasrah saja ketika tangannya di tarik Abian. Tidak kuat, itu hanya tarikan seperti biasa saja. Tapi, Flora dilanda takut karena Abian tak membuka suaranya sama sekali sampai mereka tiba di ruang kerja suaminya itu.Abian membawanya masuk ke dalam kamar mandi, menghidupkan keran wastafel. Dan, Flora sedikit menganga melihat Abian mencuci tangannya di mana bekas pegangan Arifin tadi.Maksud suaminya apa coba?"Jejak mantan itu harus segera di hapus. Kalau nggak mau kena rabies nanti," ucap Abian datar. Flora kembali bingung, apa suaminya ini marah padanya.Flora tidak menolak tangannya di cuci Abian dengan sabun cukup lama. Dia terus menatap wajah suaminya dari samping."Mas ...." Lirihnya."Bentar dulu! Aku lagi fokus bersihin tangan mu," jawab Abian tanpa menoleh ke arahnya sama sekali. Flora panik, biasanya Abian akan menatap wajahnya saat berbicara."Ka-kamu marah sama aku, ya?" cicit Flora. Sekarang tangannya su
"Begitu syulit lupakan Rehan. Apalagi Rehan baik ...."Hanan hanya bisa menatap kembarannya itu lelah. Sejak kemarin di sekolah, adiknya itu selalu menyanyikan lagu itu yang dia dapat dari teman sekelas mereka. Bukan apa, Hanan hanya bosan mendengarnya di tambah suara cempreng Hanin yang menyanyikan itu."Berisik!""Begitu syulit ." Bukan mendengarkan protesan Hanan. Hanin makin menjadi nyanyinya, sambil terus mewarnai buku gambarnya. Tidak memedulikan Hanan sama sekali yang kini berdecak pelan."Hanin berisik!" geram Hanan. Butuh stok kesabaran lagi untuk berhadapan dengan kembarannya yang selalu mengesalkan.Hanin hanya melirik Hanan sekilas. "Lupakan Rehan, apalagi Rehan baik." Malah dia lanjut bernyanyi.Sudah kepalang kesal dengan adiknya itu, Hanan pun menarik ujung rambut Hanin membuat adiknya itu memekik kencang padahal Hanan menariknya tidak terlalu kuat."Kau kenapa, sih?" kesal Hanin. "Orang juga lagi nyanyi,
Sejak pagi tadi Flora terlihat beda dari biasanya, terlihat tidak bersemangat. Juga terkadang menunjukkan sedikit rasa jengkelnya karena ulah si kembar yang tidak tenang ketika sarapan. Maka itu Abian menenangkan kedua anaknya agar tidak kena marah oleh Flora. Dia juga akan menanyakan kenapa perubahan mood Flora ini terjadi.Pernikahan mereka sudah berjalan berapa tahun. Ada rasa tidak sabar di sudut hati Abian untuk mendengar kabar kehamilan Flora agar bisa memberikan adik untuk si kembar. Tapi, sekarang dia ingin mengetahui kenapa pagi ini Flora terlihat berbeda? Bahkan terang-terangan menunjukkan rasa kesalnya pada si kembar. Setelah mengantar si kembar ke sekolah dan memberikan pengertian pada dua anaknya itu ketika Hanin mengeluh karena mamanya begitu berbeda. Tidak bersemangat tiap pagi.Abian langsung memutar balik mobilnya setelah memastikan si kembar masuk ke dalam sekolah. Dia tidak langsung pergi ke kantor, melainkan pulang ke rumah untuk berbicara denga
Beberapa bulan kemudian...Flora baru saja memberikan kejutan pada Abian berupa sebuah testpack yang menunjukkan kalau Flora sedang mengandung."Kita harus ke Dokter sayang, agar tahu bagaimana kondisinya." Abian menatap Flora penuh cinta.Flora pun mengangguk setuju. "Ayo mas."Malam harinya, Abian dan Flora sengaja mengundang Roby , Santi, Kalandra dan juga Hana untuk makam malam bersama, tak lupa dengan Ranti. Sore tadi mereka sudah pergi ke dokter dan syukurnya kandungan Flora baik-baik saja. Mungkin akan mengalami mual dan semacamnya, seperti yang di alami ibu hamil muda di luaran sana.Abian dan Flora pun langsung mengumumkan kabar bahagia itu. Mereka semua yang hadir pada saat itu tentu turut bahagia. Begitu juga si kembar yang berebutan menerka-nerka apa jenis kelamin calon adik mereka nantinya."Adik cewek!" tekan Hanin saat beradu argument pada Hanan."Adik cowok!" balas Hanan tidak mau kalah.Melihat
Seperti pagi biasanya, Flora bangun ketika rasa mual menghampirinya. Maka itu Flora buru-buru ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya, padahal hanya air saja yang keluar. Tapi, dia berulang kali muntah. Hal ini sudah pernah dia rasakan ketika hamil si kembar dulu.Abian pun terbangun ketika mendengar suara muntah-muntahnya, dengan sigap menghampiri Flora dan memijat tengkuk Flora pelan-pelan. Lihatlah, Abian begitu siaga padanya."Masih mual lagi?" tanya Abian. Ketika mendapatkan gelengan lemah dari Flora. Abian pun dengan sigap menggendong Flora dan merebahkannya ke atas ranjang. Flora mengeluh pusing pada Abian, tapi herannya Flora malah menangis tidak jelas."Hei, kenapa nangis?" Abian mengusap kening Flora yang berkeringat. "Pusing yah? Apa perlu aku panggilkan dokter?" tanya Abian beruntun. Dia tidak tega melihat Flora seperti ini. Memang dia yang mau Flora hamil lagi, tapi tidak menyangka kalau Flora akan mengalami hal separah ini. Kalau bisa m
Tak!"Itu fotonya," ujar seorang Lelaki pada orang bayarannya. Menatap dua lelaki yang berbadan kekar di depannya ini."Hanya dua anak kecil?" Salah satu pria itu bertanya kemudian tersenyum remeh. "Ini tugas yang gampang," lanjutnya.Lelaki itu mengangguk sambi bersedekap. "Tapi, kalian jangan menganggap mereka hanya anak kecil. Mereka ini sangat cerdas, jangan sampai kalian dikelabui oleh mereka," pesannya."Gampang, mah. Pak Bos tinggal percayakan ini sama kita.""Baiklah. Kalau begitu, mereka berdua harus ada di ruangan ini besok. Kalian paham?" Lelaki itu berujar lagi."Paham Pak Bos." Dua pria tadi langsung berdiri. Mengambil sebuah amplop yang berisikan uang muka untuk tugas mereka. Pokoknya jangan lupa bayaran kami lagi setelah kerjaan kita selesai," sambungnya."Kalian tenang saja." Lelaki itu mengangkat dagunya tinggi-tinggi.Setelah dua pria berbadan kekar tadi keluar. Lelaki tadi pun tertawa pelan. "