"Hai, apa kabar?"
"Kau lihat, aku baik-baik saja kan? Kenapa harus bertanya?""Hahaha, baiklah. Syukurlah kalau kau baik-baik saja. Kau hamil berapa bulan?" Tanyanya dengan ramah, tapi itu membuat Flora jengah, dia muak dengan semua yang ada di dalam diri wanita yang kini tengah tersenyum ke arahnya. Tidak cukupkah dia menghancurkan rumah tangganya dengan Arifin? Lalu sekarang dia datang kembali dan berusaha merebut suaminya? Gila, benar-benar gilaaa!"Tidak usah terlalu akrab denganku, kita tidak seakrab itu." Ucap Flora dengan senyum sinisnya."Ohh iya, aku lupa. Kau kesini sendiri?""Kau berharap apa? Bertemu suamiku?" Balik tanya Flora dengan nada suara yang terdengar ketus."Kalau aku mau, aku tinggal datang saja ke kantornya seperti kemarin." Jawabnya dengan senyum manis yang membuat Flora gemas, ingin sekali dia melemparkan tasnya itu ke wajah wanita sok akrab plus tidak tahu malu ini. Siapa lagi kalau bukan Arina.Flora terdiam, dia terlalu cemburu buta hingga melupakan kalau di ruangan Abian ada cctv. Kenapa dia bisa sampai melupakan hal itu? Apakah ini salah kehamilannya lagi yang membuat moodnya memburuk dengan kesalahan sekecil apapun? Meskipun ini adalah masalah yang sangat besar dan menimbulkan banyak kesalah pahaman, tapi tetap saja wanita tidak pernah salah, jangan lupakan itu. Jadi disini, Abian yang salah, titik tidak pakai koma."Flo, aku tidak berhak ikut campur urusan rumah tangga kalian karena aku orang asing, tapi aku tahu kalau hubungan kalian sedang tidak baik-baik saja karena hal ini, kan?" Tanya Arina dan dari ekspresi wajah yang di perlihatkan Flora, Arina tahu kalau memang jawaban atas pertanyaannya itu adalah iya."Sekali lagi aku minta maaf karena kesalah pahaman ini terjadi karena aku, tapi kamu harus percaya pada Abian.""Kenapa?""Aku dan Abi mengenal cukup lama, bahkan saat aku menjadi selingkuhan Arifin, dia pernah menceritakan s
"Sayang, Mas pulang.." Ucap Abian yang baru saja pulang. Dengan sebuket bunga mawar di tangannya dan juga beberapa bingkisan yang dia bawa, terlihat kerepotan saat membawanya.Flora keluar dari dapur dan melihat kedatangan suaminya. Dia mendekat dan tanpa banyak bicara lagi, dia langsung memeluk sang suami."Eehh, kenapa sayang?" Tanya Abian, dia tersenyum ketika merasakan istrinya memeluk dengan erat."Gak boleh kalo aku pengen peluk?""Bukan begitu, sayangku. Tapi Mas kira kamu masih marah.""Aku gak marah kok, Mas." Jawab wanita itu sambil tersenyum."Hmm, lihat nih apa yang mas bawa buah kamu." Abian menunjukkan ada banyak paperbag yang dia bawa."Beli apa aja kamu?""Makanan sama bunga, buat istriku yang cantik dan manis." Puji Abian sambil memegang dagu istrinya dengan gemas."Ini buat kamu bunganya.""Bukan sogokan?""Ngapain di sogok, katanya gak marah. Jadi buat apa di sogok?"
"Sayang.." Panggil Abian sambil tersenyum, dia menjemput sang ibu dan membawanya ke rumah sesuai dengan ucapannya kemarin."Iya, Mas.""Lho, kamu lagi apa?" Tanya pria itu ketika melihat pakaian Flora terlihat kotor terkena tepung."Hehe, bikin bolu. Niatnya sih buat Ibu, tapi ibunya keburu datang." Flora cengengesan membuat Ranti yang melihat tingkah menantunya itu menggelengkan kepalanya."Gak usah repot-repot, sayang. Ibu bukan orang lain yang harus kamu suguhi makanan kalau datang.""Gapapa, Flora lagi pengen bikin bolu aja kok, jadi sekalian." Jawab wanita itu. Ranti mendekat dan mengusap perut buncit wanita itu dengan lembut."Jangan kecapean, Flo. Ingat kamu lagi hamil besar.""Iya, Bu. Aku juga tidak memporsir diri, beres-beres kan Mas Abi nyewa pembantu, jadi aku gak kerja apa-apa kecuali makan, tidur terus main ponsel. Makanya badan aku makin melar aja sekarang." Ucap Flora yang membuat Ranti tersenyum.
Setelah menyelesaikan makannya, Flora pun memilih untuk mendudukan tubuhnya, bersantai di sofa ruang tamu yang di atas meja terlihat banyak sekali cemilan yang biasa Flora cemil ketika dia sedang menonton drama.Abian duduk di samping sang istri lalu mengusap perut buncitnya dari samping dan seolah mengerti kalau yang mengusapnya itu adalah sang ayah, si kembar langsung bergerak-gerak."Jagoan papa langsung gerak, kangen Papa gak?" Tanya nya sambil mendekatkan wajahnya di perut Flora."Kangen, papanya sibuk terus!" Bukan bayinya yang menjawab, tapi Flora dengan menirukan suara anak kecil."Yaudah, besok Papa libur kok. Adek bayi mau kemana?" Tanya pria itu lagi."Di rumah aja mau mukbang.""Hahaha, baiklah."Abian mengusap lembut puncak kepala istrinya lalu mengecupnya, dia pun merebahkan kepalanya di pangkuan sang istri, bermanja dengan Flora selalu membuat moodnya membaik. Bahkan tubuhnya yang terasa sangat lelah pun s
"Keluarga pasien?" Tanya perawat itu sambil celingukan, mendengar hal itu Abian langsung beranjak dari duduknya dan mendekat ke arah perawat yang tengah mencari anggota keluarga pasien."Saya suaminya, Sus.""Istri anda mengalami pendarahan, ini biasa terjadi karena salah makan. Sepertinya pasien memakan makanan yang mengandung zat tertentu hingga membuatnya kontraksi palsu dan memicu pendarahan." Ucapnya sambil membuka sarung tangannya."Tapi istri saya tidak memakan apapun kecuali makanan sehat.""Memakan apa saja?""Buah, sayur, ikan terkadang juga dia memakan daging.""Buah apa?""Belakangan ini istri saya rutin memakan buah peach.""Anda tidak tahu kalau buah peach itu dilarang untuk ibu hamil? Memang rasanya enak, tapi perlu ada ketahui kalau senyawa dalam buah itu bisa memicu kontraksi palsu dan pendarahan jika di konsumsi dalam jumlah banyak.""Astaga, saya tidak tahu hal itu, sus.""Ja
"Ibu kemana?" Tanya Flora. Seingatnya, tadi dia melihat ibu mertuanya ikut ke rumah sakit, tapi sekarang dia tidak ada di ruangan ini. Kemana wanita itu pergi?"Ibu pulang dulu, ambil pakaian ganti.""Ohh, yaudah.""Mas keluar dulu beli makanan, kamu mau makan apa, sayang?""Sup daging, Mas. Jangan lupa minta jeruknya sekalian biar lebih seger." Jawab Wanita itu, belakangan ini dia memang lebih suka makan makanan yang berkuah segar."Yaudah, Mas keluar dulu. Kalau ada apa-apa, langsung telepon Mas yaa." Ucap Abian sambil mengusap rambut istrinya dengan gemas."Iya, Mas. Jangan lama ya perginya.""Iya, sayang. Cuma ke depan kok, gak lama." Jawab pria itu. Dia pun pergi meninggalkan istrinya di ruangan, sendirian. Tapi beberapa menit kemudian, pintu ruangan itu terbuka dan menunjukkan Santi yang datang bersama sang suami, Robi."Flo..""Eehh, Mbak Santi.." Sapa Flora sambil tersenyum manis."Gima
"Sayang.." Panggil Abian pada istrinya. Hari ini, keadaan wanita itu sudah menjadi lebih baik jadi Flora sudah bisa pulang."Iya, Mas. Kenapa?""Mas mau pergi dulu sebentar, kamu sama Ibu dulu ya." Ucap Abian sambil mengusap puncak kepala sang istri dengan lembut. Dia juga melabuhkan kecupan mesra di keningnya."Mau kemana, Mas? Kan masih libur." Tanya wanita itu, pasalnya ini masih weekend."Mas ada urusan, sayang. Mas perginya sama Robi kok.""Yaudah, hati-hati di jalannya ya." Ucap wanita itu dan Abian mengusap puncak kepala istrinya. Dia berlutut menyamakan posisinya dengan perut istrinya."Jangan nakal ya sama Mama, Papa pergi dulu ada urusan. Nanti Papa pulang bawain oleh-oleh, adek mau apa?" Tanya Abian sambil mengecupi perut buncit istrinya."Mau martabak, Mas.""Siap, istriku. Nanti Mas bawain, gak bakalan lama kok." Jawab pria itu. Dia beranjak lalu pergi meninggalkan sang istri bersama ibunya di ruang
Pria itu menatap Bram dengan rahang yang mengetat, terlihat jelas kalau pria itu tengah marah."Apa yang kau lakukan pada Winda?" Tanya Abian dengan suara rendah yang menakutkan. Bahkan bulu kuduk Robi meremang seketika ketika mendengarnya. Dia kira, suara Abian yang melengking keras ketika berteriak adalah yang paling menakutkan, tapi ternyata suara rendahnya jauh lebih menakutkan. Robi mengusap tengkuknya yang tiba-tiba saja merinding."Aku tidak melakukan apapun. Dia yang datang menyerahkan diri.""Persetaaan! Bajingaan! Katakan, apa yang sudah kau lakukan pada Winda? Katakan jujur atau aku akan membunuhmu, Bramantyo!""Sudah aku tegaskan, aku tidak melakukan apapun tanpa dia setujui." Jawabnya kekeuh, tapi Abian tahu kalau pria itu berbohong. Kebohongannya terlihat dari sorot matanya."Jawab jujur atau kau mati di tanganku, Bram!""Katakan sejujurnya, jangan tunggu Abian murka. Kau jelas tahu seperti apa mantan adik iparmu in