Home / Romansa / Pembantu Rasa Nyonya / Bab 459. Ingat?

Share

Bab 459. Ingat?

Author: Astika Buana
last update Last Updated: 2023-03-31 20:52:37

Sekarang kami benar-benar jatuh cinta, Kisah kami berjalan di rel yang benar. Restu orang tua sudah menyertai, memperlancar langkah kami berdua.

Tidak puas dengan kirim pesan, aku melakukan panggilan video call. Wajah kekasihku yang cantik terlihat dilayar ponsel, menunjukkan keceriaan walaupun masih ada bekas matanya yang sembab.

"Aku kangen," ucapku langsung. Hati ini seakan lepas dan bebas mengungkapkan apa yang ada di hati ini.

"Aku juga. Tidak hanya kangen. Tetapi sangat kangen," sahutnya sambil menunjukkan senyuman.

Dari layar ponsel, kami saling berpandangan, Karena kami tidak menemukan kata yang tepat yang melukiskan kebahagiaan ini.

"Rima."

"Hmm."

"Ada yang belum aku ucapkan kepadamu."

"Apa?" tanyanya sambil tersenyum.

"I love you," ucapku dengan menunjukkan senyuman.

Di layar aku melihat senyumnya tersipu. Pipinya yang putih memerah. Kalau aku di dekatnya, pasti dia sudah dalam dekapanku. Aku tersenyum, mengingat hangat tubuhnya masih terekam diingatan.

Kami berbincang lama
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 460. Terpicu Kembali

    Tidak biasanya Papa Bram seperti ini. Beberapa kali dia datang mengunjungiku di Denpasar dengan keadaan yang sama. Memang kadang aku mendapati Papa yang terlihat resah. Namun, jawabannya sama."Papa tidak apa-apa, Wisnu. Papa baik-baik saja. Mungkin karena capek dan sudah tidak sekuat dulu." Sebenarnya aku tidak percaya, terlebih kebiasaan Pap merokok kambuh lagi. Berkali-kali aku ingatkan, tetapi dia menjawab iya dan melanjutkan aktifitasnya. Dulu aku sangat bangga melihat Papa Bram. Tampilan maskulin dengan kulit agak gelap. Apalagi saat kami menghabiskan dengan memancing, dia juga menyelipkan rokok yang mengepul di sudut bibirnya. Keren.Namun, jangan ditanya kalau ada Mama, Papa Bram akan segera membuangnya sebelum Mama mendapatinya.Aku menilik kembali pesan yang dikirim Papa Bram.[Wisnu. Bantu Papa sedikit] Pesan pertama yang diikuti pesan lainnya. Tercantum nominal yang tidak bisa dikatakan sedikit.[Projek yang Papa tangani akan ada pembayaran diakhir bulan ini. Pasti Papa

    Last Updated : 2023-03-31
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 461. Surat Cinta

    "Ma. aku memilih Rangga atau Kevin?" Pertanyaan Amelia yang membuatku tertawa. Dia yang memutuskan dengan seseorang, kenapa bertanya pada orang lain?"Kak Amelia bingung?""Hu-um, Ma. Akhir-akhir ini Rangga menyebalkan," ucapnya dengan bibir mengerucut."Kenapa?""Kan ada fotonya Amel dengan Kevin, eh, Rangga marah-marah. Padahal Amel tidak pernah melarang Rangga ini dan itu. Dia foto atau jalan dengan temannya yang cewek, Amel tidak protes. Kenapa dia malah protes. Marah-marah lagi," ucapnya sambil mendengus kesal.Baru beberapa hari yang lalu dipusingkan dengan hubungan Wisnu dan Rima, sekarang Amelia menyusul. Kalau Wisnu hanya menyakinkan kesungguhan hatinya. Ini malah lebih parah, Amelia bingung memilih yang mana."Ini pertanda Rangga merasa Kevin adalah ancaman. Kamu akan memilih dekat dengan Kevin daripada dengannya. Memang Kak Amel suka siapa? Rangga atau Kevin?"Wajahnya dia dongakkan, bola mata berputar dan jari telunjuk mengetuk-ketuk dagu. Kebiasaan dia saat berpikir."Seb

    Last Updated : 2023-03-31
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 462. Tidak Terima

    Selalu begini. Setiap ada yang tidak diterima di otakku, dengan sendirinya pikiran ini bergulir. Semakin tidak menemukan jawabannya, semakin liar asumsi yang dilahirkan. Aku melirik jam dinding kembali. Sudah lebih dari empat jam Wisnu pergi, tetapi tidak kunjung kembali. Amelia saja terpaksa pergi lagi, karena sudah tiba jadwal kuliah "Kok belum pulang, ya? Amel kan mau kuliah. Kak Wisnu beli alat tulisnya ke Mars, Ma? ," ucapnya sambil tertawaDia sudah makan minum, bahkan membahas surat cinta, demi menunggu Wisnu, tapi yang dinanti tidak kunjung datang. "Mungkin, Kak. Ke tokonya Elon Musk," sahutku menanggapi banyolannya. "Ya udah, Ma. Amel ke kampus saja. Tapi nanti sore pulang dan tidur di rumah. See you, Mama," serunya sambil salim dan mencium pipiku. Sekarang tertinggal aku yang berkutat dengan pikiran yang belum ada jawabannya. Biasanya, apapun tentang Wisnu aku mengetahuinya. Ini seperti ada yang disembunyikan. Apa ini ada hubungannya dengan Rima? Hati ini was-was seket

    Last Updated : 2023-04-03
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 463.  Sama-Sama Lega

    Uang memang adalah standar pengukur nilai yang sah. Akan tetapi, apakah nilai seseorang berdasarkan uang? Termasuk aku di mata Papa Bram.Aku sebenarnya penasaran. Bagaimana Papa Bram menilaiku seandainya menolak permintaannya meminjamkan uang. Apakah dia masih membanggakan aku? Atau, justru mengutukku sebagai anak yang tidak tahu diri?Biarlah. Itu sekadar uang yang bisa dicari. Yang terpenting, aku masih dibanggakan oleh Papa Bram. Tidak peduli karena apa alasannya, lebih baik aku menutup mata.“Wisnu! Sini!” Suara Papi Kusuma, memaksaku untuk mendongak. Papi melambaikan tangan, memintaku untuk segera menghampirinya di roof top. Gegas, aku menapaki tangga dengan setengah berlari.“Kamu dari mana? Mama dan Amelia mencari kamu sedari tadi,” tanya Papi Suma kemudian terdiam dan memberi tatapan menyelidik kepadaku.“Katanya Mama kamu pergi ke toko buku? Kok tidak ada belanjaannya?”Duh! Seketika aku ingat apa yang aku jadikan alasan menutupi kepergianku ke bank. Tadi antriannya panjang,

    Last Updated : 2023-04-04
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 464.  Adu Kepintaran

    Adu kepintaran jangan dengan wanita, apalagi menantang soal ketelitian. Laki-laki tidak bakal akan menang. Walaupun menangpun, hanya karena kerelaan lawan dengan menunjukkan kepintaran pura-pura kalah. “Jadi sebenarnya kemana saja, Kak Wisnu?” Tatapan menyelidik Mama membuatku begidik. Isi kepala yang biasanya encer, membeku seketika. Aku tidak tahu harus menjawab apa. “Ran. Wisnu tadi ke bank,” sahut Papi Suma membuatku terbelalak. Duh! Kenapa Papi justru berkata jujur? “Kenapa harus ke bank? Bukankah semua serba online?” tanya Mama tanpa mengalihkan padangan dariku. Sekilas aku melihat Papi Kusuma berkedip memberi tanda. Namun tanda apa? Sekarang aku sudah tertangkap basah. Tinggal memberikan alasan yang mana, mengirim pinjaman untuk Papa Bram atau kepada teman yang anonim? “Ya bagaimana tidak ke bank, Ran. Kalau untuk membuat ATM baru. Wisnu tadi malam bilang kalau ATMnya salah pin dan tertelan di mesin atm,” seru Papi membuatku lega seketika. “Harusnya kamu mengatakan saja k

    Last Updated : 2023-04-05
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 465.  Kawatir Itu Wajar

    Suasana rumah ini kembali sepi, hanya terdengar sesekali kicauan burung liar yang berterbangan disela pohon palem di taman belakang. Bahkan mata ini mendapati sarang di sela dahan pohon itu. Pantas saja sedari tadi Anind berceloteh, “Bulung! Bulung?” Ternyata yang dimaksud ini.Tadi aku sempat bercanda dengan Denish dan Anind, sekarang mereka harus ke kamar untuk istirahat siang. Kedua adikku ini semakin pintar dan lucu.“Kak Inu tidak apa-apa, kan, ditinggal Eis dan Adek?” tanya Denish dengan menunjukkan tatapan iba. Adiknya yang di sampingnya ikut-ikutan sambil mengangguk.Gemas!Ingin aku cubit pipi mereka yang gembul dan aku ‘unyel-unyel’. Memeluk tubuh yang mungil pasti terasa hangat. Pantas saja banyak pasangan muda yang ingin segera dianugerahi anak, ternyata anak kecil sungguh membahagiakan. Mereka meninggalkan aku setelah bergantian memeluk dan menciumku. Aroma anak kecil sungguh menenangkan.Hmm…. Seandainya aku nanti menikah dengan Rima, anakku akan mirip siapa, ya? Aku at

    Last Updated : 2023-04-06
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 466.  Penyemangat

    “Kita bukan kuda penarik kereta, yang harus menggunakan kaca mata satu arah saat melaju di jalanan!” seru Papi Kusuma sambil tergelak. Kemudian meneguk air putih dan setelahnya mencondongkan tubuh ke arahku sambil berbisik, “Kita kuda pejantan tangguh!”Aku ikut tertawa, walaupun tidak mengerti sepenuhnya, apa yang dilontarkan Papi. Apa maksudnya kuda penarik kereta dan kuda pejantan? Ilustrasi yang bikin ketawa saja.“Kamu sudah memiliki goal, kan? Tidak perlu kamu menghindari sesuatu yang seharusnya menjadi pemacu.”“Tidak menghindar dari Rima?” tanyaku memastikan.“Betul!” sahut Papi sambil mengacungkan ibu jari.“Wis, ingat yang Papi bilang kapan hari? Mempunyai kekasih itu pastikan tidak merugi, tetapi justru sebagai pemacu semangat. Memang dalam berhubungan tidak merujuk pada untung dan rugi. Tetapi alangkah baiknya, hubungan itu saling memberikan semangat. Saling menguatkan dan menajamkan.”“Maksud Papi, aku boleh menemui Rima sebelum berangkat ke ibu kota?”“Kenapa harus tidak

    Last Updated : 2023-04-07
  • Pembantu Rasa Nyonya    Bab 467. Kesaktian Referensi

    “Eh, Nak Wisnu. Ayo silakan masuk,” ucap Pak Santoso Lee menyambut kedatanganku. Dia yang sedang duduk santai di teras, yang membukakan pintu untukku. Aku melihatnya dari kisi-kisi pintu gerbang.Benar-benar memunjukkan kekuatan referensi.Referensi tidak hanya diperlukan saat melamar pekerjaan. Ternyata melamar jadi calon menantu pun ini dipentingkan. Kalau referensi kerja adalah rekomendasi atau rujukan yang diberikan oleh pihak yang mengetahui kualitas. Begitu juga sebagai calon menantu.Entah apa yang dikatakan Papi Kusuma kepada Papinya Rima. Pastinya menunjukkan kalau aku layak menjadi pendamping Rima. Semoga saja ini bukan hanya karena nama besar Kusuma Adijaya.Wajah yang di kali pertama pertemuan terlihat kaku, sekarang menyambutku dengan senyuman lebar. Tidak ada bekas senyuman sinis yang pernah menhujam diriku. Sesaat langkah ini ragu mengingat segala ucapan lelaki tua ini. Akan tetapi tepukan tangannya di lengan ini menunjukkan kerelaan seratus persen menerima kedatanganku

    Last Updated : 2023-04-08

Latest chapter

  • Pembantu Rasa Nyonya   Extra Part

    POV Nyonya Besar "Jeng Sastro, bajuku gimana? Ini kok kayaknya miring, ya? Aku kok tidak pede." Ibunya Rani itu menoleh dan tersenyum, kemudian menunjukkan jempol tangannya. "Sudah bagus." Huft! Ibu dan anak memang sama, selalu santai kalau masalah penampilan. Aku kan harus perfekto dalam segala hal. La kalau difoto wartawan, terus dicetak sejuta exsemplar terus bajuku miring, saksakan rambutku mencong, kan tidak asyik. Aku melambaikan tangan ke Anita, memberi kode untuk membawa cermin ke kecil ke arahku. Dia ini memang sekretarisku yang jempolan. Sigap di segala suasana. Dia mendekat, kemudian menghadap ke arahku dengan cermin diletakkan di perutnya. Ini triknya, supaya orang lain tidak melihat aku lagi cek penampilan. Sekarang itu banyak nitizen yang usil. Orang ngupil difoto, bibirnya lagi mencong dijepret, terus diviralkan dan itu justru membanggakan. Menggumbar aib orang. Zaman sekarang itu konsep pikiran orang kok melenceng jauh, ya. "Sudah cetar?" tanyaku memastikan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 616. Ending

    Acara sudah tiba. Memang sangaja kami mengambil waktu pagi hari. Selain ini menyegarkan, ini juga tidak mengganggu kedua balitaku. Denish dan Anind. Pagi-pagi team perias sudah sampai. Satu persatu kami dirias, terlebih aku dikhususkan. “Jangan berlebihan make-upnya. Saya ingin natural dan terlihat segar.” “Siap, Nyonya Rani.” Claudia sibuk sana-sini memastikan team yang dia bawa bekerja dengan benar. Dia juga menfokuskan kepada diriku. “Artisnya sekarang ya Bu Rani dan Tuan Kusuma. Jadi harus maksimal,” ucapnya sambil membenahi gaun yang aku pakai. Gaun yang aku gunakan terlihat elegan. Berwarna putih tulang dengan aksen rajutan woll yang menunjukkan kehangatan. Yang membuatku puas, dia menyelipkan permata berkilau di sela-sela rajutan. Ini yang membuat terlihat mewah. Aku mengenakan kerudung warna hitam, dengan aksen senada di bagaian belakang. Keseluruhan, aku sangat puas. Jangan ditanya Mas Suma penampilannya seperti apa, dia seperti pangeran yang baru keluar dari istana. Ku

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 615. Anak-Anak

    Ingin aku mengabaikan apa isi kepalaku, tetapi bisikan-bisikan semakin riuh di kedua telinga ini. Kecurigaan mencuat begitu saja. Bisa saja mereka ada hubungan kembali. Cinta bersemi kembali dengan mantan. Cerita itu sering ada di sekitar kita. Semakin aku memusatkan pikiran untuk tidur, semakin nyaring tuduhan gila yang berjubal di kepala ini. Huft! Aku duduk tegak dan beranjak untuk minum air putih. Mungkin dengan ini, bisa membuatku tenang. Tapi, aku tetap gelisah. Daripada penasaran, lebih baik aku mengintip ada yang dilakukan Mas Suma di ruangan sebelah. Dengan berjingkat, aku keluar dari pintu belakang dan menuju ruang baca. Lamat-lamat terdengar suara Mas Suma. Sip! Dia load speaker. Suara teman dia bicara terdengar juga. Jadi aku bisa tahu apa yang dikatakan Dewi. Tunggu sebentar! Kenapa suaranya bukan perempuan? Tetapi terdengar seperti laki-laki. “Aku tidak mau tahu. Kamu harus melakukan itu untukku,” ucap Mas Suma. Kemudian terdengar suara lelaki satunya. “Tapi, Tu

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 614. Pesan Menyebalkan

    Bab 615.Aku bingung. Sungguh-sungguh bingung. Di depanku terhampar pilihan kain yang cantik-cantik. Dari pilihan bahan sampai pilihan warna. Mana yang aku pilih?“Ini untuk tahun ke berapa, Bu Rani?” tanya Claudia“Baru ke tujuh. Sebenarnya saya juga belum ingin merayakan. Tapi tahu kan, kalau Tuan Kusuma mempunyai niat?” Wanita cantik tersenyum sambil mengangguk. Dia pasti lebih mengerti bangaimana keluarga Adijaya sebenarnya. Termasuk Nyonya Besar.Pertanyaan Claudia memantik ide di kepalaku. Woll itu kan berwarna putih, jadi …. Sip!“Aku pilih warna putih. Nuansa putih yang dipadukan dengan bahan woll,” ucapku dengan mata menjelajah. Claudia bergerak sigap. Dia menyingkirkan semua selain berwarna putih. Ini membuatku mudah.Tangan Claudia mulai bergerak lincah menggambar apa yang aku inginkan. Bukan keinginan bentuknya, tetapi keinginanku pada pernikahan ini. Yang membuatku suka, dia merancang baju dengan filosofi di dalamnya. Semua ada artinya.“Keluarga besar menggunakan pilihan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 613. Persiapan

    “Berhasil?” tanya Maharani menyambutku.“Desi?”“Iya.”“Sangat-sangat berhasil. Dia juga titip salam untuk dirimu yang sudah memberikan ide ini,” ucapku sambil merangkul istriku.Kami masuk ke dalam rumah yang terasa lengang. Rima sudah kembali, begitu juga Amelia kembali ke apartemennya.“Anind dan Denish?”“Sudah tidur. Ini sudah malam,” ucapnya sambil menunjuk jam dinding yang menunjuk angka sembilan.“Wisnu masih lembur?”“Iya. Biarkan dia lagi semangat-semangatnya,” ucap Maharani melangkah mengikutiku.Aku langsung ke kamar mandi. Membersihkan badan dengan menggunakan air hangat. Badanku segar kembali.“Wisnu sudah mendatangkan teman-temannya. Jadi dia tidak merasa muda sendiri. Tapi Wisnu cepet adaptasi, lo. Aku juga memberikan team yang terbaik. Siapa nama teman-temannya? Aku kok tidak ingat. Padahal aku belum terlalu tua.”Ucapanku memantik tawa Maharani. Dia menyodorkan piayama tidur untuk aku kenakan.“Mereka itu teman-teman dekatnya Wisnu. Ada Lisa yang diletakkan di admini

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 612. Desi Pegawai Teladan

    Orang single tidak akan mati karena jomlo, tetapi banyak orang tersiksa karena hidup dengan orang yang salah. Itu yang dikatakan Tiok kepadaku. Dia sudah menentukan pilihan, dan aku tidak akan mempertanyakannya lagi. Katanya, surat cerai dalam masa pengurusan dan tinggal menunggu surat resmi dari pengadilan agama. Sekarang, permasalahan Tiok sudah selesai. Dia tinggal pemulihan saja.****Rezeki itu tidak melulu berupa materi. Adanya keluarga, itu rezeki. Begitu juga sahabat yang kita miliki. Ada lagi yang aku syukuri tidak henti-henti, karyawan yang setia. Seperti Desi, pegawai teladan.“Desi. Berapa lama kamu kerja di sini?”Aku bertanya saat dia memberiku setumpuk laporan yang harus aku tanda tangani. Dia sudah memilahnya. Ada yang tinggal tanda tangan, ada yang harus aku periksa dulu, dan ada yang urgent. Cara kerjanya bagus, membuat pekerjaanku semakin mudah. Aku seperti orang lumpuh kalau sekretarisku ini tidak masuk.Dia tersenyum.“Dari mulai fresh graduate sampai sekarang.”

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 611. Izin Kita

    Hati itu milik kita. Berada dalam tubuh kita sendiri, dan kitalah yang harus melindunginya dari apapun. Sedangkan kesenangan, kesedihan, itu adalah rasa yang ditimbulkan dari luar.Jadi, hati kita merasa sedih atau senang, tergantung dari izin kita. Apakah kita menerima atau mengabaikan hal yang menyebabkan rasa itu.*Aku dan Mas Suma tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Pak Tiok. Di luar nalar dan di luar jangkauan pikiranku. Kenapa ada orang yang tega mengorbankan hati orang lain demi kebahagiannya.“Jadi suami Kalila itu sudah menjatuhkan talak tiga?” tanya Mas Suma.Pak Tiok tertawa miris. “Iya. Karenanya mereka membutuhkan aku supaya bisa menikah lagi.“Gila!” seru Mas Suma geram.Akupun demikian. Tanganku terkepal keras merasa tidak terima dengan perlakuan mereka. Terutama si wanita. Bisa-bisanya memperlakukan itu kepada orang yang menolongnya.Masih ingat aku bagaimana dia menangis karena korban penganiayaan si mantan suami. Dia sampai masuk ke rumah sakit dan yang m

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 610. Pendengar

    Sampai di rumah, aku benar-benar capek jiwa raga. Kepaku dibebani dengan pikiran tentang Pak Tiok. Bisa-bisanya ada orang seperti dia yang terus-menerus mengalami kegagalan dalam percintaan.Wajah rupawan, perawakan juga seperti foto model, karir pun tidak diragukan lagi. Namun, kenapa bisa dia mengalami hal seperti ini?“Mama istirahat saja dulu. Belanjaannya, biar Rima minta bantuan Bik Inah,” ucapnya sambil membawa belanjaan ke arah dapur. Rumah masih lengang. Mas Suma dan Wisnu pasti belum pulang. Begitu juga Amelia.Aku mengangguk menerima anjuran gadis itu. Dia tahu apa yang aku pikirkan. Sepanjang jalan aku mengomel dan membicarakan tetang Pak Tiok. Bagaimana perjalanan kisah mereka sampai menikah. Bagaimana Pak Tiok melindungi Kalika yang mendapat perlakukan tidak baik dari mantan suami.Sempat Rima tadi menyeletuk.“Laki-laki itu jangan-jangan mantannya Mbak tadi.”“Mama tidak tahu benar, Rima. Saat dia datang mengacau pernikahan, dia dalam keadaan mabok dengan penampilan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 609. Mengagetkan

    Kembali dari galeri, aku dan Rima tidak langsung pulang. Kami singgah di mall.“Tidak usah, Ma.”“Kenapa? Mama ingin membelikan kamu baju. Kepingin saja,” ucapku bersikukuh. Akhirnya kekasih Wisnu ini membelokkan mobil ke mall yang ternama di kota ini.“Kita kemana, Ma?” ucapnya berlari mensejajariku. Dia pasti heran, aku berjalan ke arah kebalikan dari tempat yang menjual pakaian.“Kita ke butik langganan kami. Aku akan mengukur kamu untuk data mereka,” jawabku terus berjalan. Sebenarnya bisa parkir di depan butik Claudia, tapi itu membuatku jauh dari tempat belanjaan yang menjadi tujuan utama.Pegawai yang berjaga langsung membukakan pintu, mereka tersenyum dengan tangan menangkup di depan. “Selamat datang, Nyonya Maharani.”Aku mengangguk, Rima yang di belakangku langsung mensejajari.“Hai, Bu Rani. Lama tidak kesini!” seru Claudia kemudian mengalihkan pandangan ke arah Rima.“Kenalkan ini Rima, calon mantu,” ucapku kemudian mendekat, “calonnya Wisnu.”Claudia langsung mengarahkan

DMCA.com Protection Status