Share

85. Ngantuk Banget

Penulis: Mkarmila
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-12 10:31:10

Aldo memandangi ponselnya sampai layarnya mengelap. Sudah beberapa menit yang lalu, pesan ia kirimkan kepada Nia namun, ketika pesan tersebut sudah terbaca terlihat dari tanda centang dua yang berwarna biru, wanita itu belum mengirimkan balasan. Tidak kaget juga mengingat sudah satu mingguan wanita yang berstatus istri orang itu tidak pernah membalasnya.

“Apa kamu sengaja menghidariku, Ghania Athari?” gumamnya. “Oke, kalau ini memang mau kamu. Sekeras apapun kamu menghindari sekeras itu pula aku akan berjuang mendapatkanmu, tidak peduli dengan status kamu seorang istri.”

Aldo tersenyum licik mendadak tersimpan rencana di dalam otaknya. Sudah lama ia menginginkan wanita itu dan ketika ketemu statusnya bukan lagi single melainkan istri orang. Tidak main-main, suami adalah seorang Rektor di salah satu kampus terkenal di kota tempat tinggal mereka.

Saat sedang memikirkan rencananya, ponselnya mendadak menyala tanda ada pesan masuk. Tidak menunggu lama, ia pikir pesan itu balasan dari Tari
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   86. Talak

    Nia mengerjapkan matanya sembari memegangi kepalanya yang terasa sedikit pusing. Lalu netranya terhenti pada dinding, ada foto seorang pria yang ia kenali. Jantungnya seolah berhenti berdetak ketika menoleh ke samping, disuguhkan pemandangan tubuh kekar seorang pria dengan bertelanjang dada.Nia refleks menutup mulutnya agar tidak menjerit. Otaknya masih belum sanggup berpikir dengan baik saat ini. Namun yang ingin dia lakukan adalah keluar dari kamar ini dengan cepat.“Kenapa aku bisa tidur di kamar ini dan bagaimana bisa pria itu membawanya ke apartemennya. Harusnya ia mengantarku pulang saja bukan seperti ini. Ah ...!” Nia mengeram tertahan agar pria ini tidak terbangun.Nia beranjak dari tempat tidur dan menyambar tas keluar dari kamar. Tetapi maniknya menatap tajam ketika jam sudah menunjukkan pukul enam. Dia binggung sendiri ini jam enam pagi atau petang, untuk memastikan dia segera keluar dari unit ini.“Mas!”Nia sontak menahan napas. Berdiri membeku di depan pintu yang terbuk

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-13
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   87. Hamil

    “Selamat, anda akan menjadi seorang Ayah karena istri anda sedang mengandung lima minggu.”Aldo menganga tidak percaya dengan ucapan sang Dokter, wanita berjas putih itu mengatakan kalau Nia sedang hamil, setelah melalui pemeriksaan panjang.Setelah Nia hilang kesadarannya beberapa menit yang lalu, Aldo membawanya ke rumah sakit dan seorang suster membantunya. Karena Aldo harus mengurus pendaftarannya dulu makanya pria itu tidak tahu suster tersebut membawanya ke mana. Tahu-tahu dia di suruh masuk ruangan Dokter dan diberitahu info tersebut.Sekarang ia tidak tahu harus senang atau sedih, mengetahui Nia akan memiliki anak dari mantan suami yang beberapa saat yang lalu menceraikannya sepihak. Harusnya Nia hanya akan melahirkan anaknya saja bukan dari mantan suaminya itu.“Jadi tolong jaga kandungan istri anda baik-baik ya?” ucapan Dokter tersebut menyadarkan lamunan Aldo. Bagaimanapun Dokter tersebut tidak tahu kalau dia bukan suami Nia jadi yang harus ia lakukan saat ini adalah berpur

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-14
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   88. Sasaran Kemarahan

    Akhirnya setelah melalui perdebatan panjang, Aldo bersedia untuk membawa Nia ke hotel. Tentunya ia akan sendirian di kamar tersebut. Nia ingin menenangkan dirinya sejenak dari semua permasalahan yang baru saja menimpanya.Sejak mengetahui kalau ada nyawa di rahimnya Nia sudah bertekad untuk melupakan pria itu. Ia akan berusaha membesarkan anak itu dengan kasih sayang dan perhatian yang banyak sehingga tidak akan berpengaruh kalau tanpa kehadiran Bara di sampingnya. Toh, pria itu juga sudah jijik dengannya jadi buat apa mengharapkan orang yang sudah membuang kita.Dan untuk Aldo, Nia hanya menganggap ucapan pria itu tadi hanya sebagai candaan saja. Untuk sekarang ia tidak ingin memikirkan pernikahan lagi karena fokusnya untuk anak yang ada di dalam kandungannya kini.“Yakin akan bermalam di sini?” tanya Aldo yang entah sudah yang keberapa kalinya. Pria itu tidak tega kalau harus membiarkan Nia sendirian dengan kondisi hancur seperti itu meskipun kehancuran itu karena ulahnya sendiri.“

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-17
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   89. Check Out

    “Mbok, tolong bereskan semua pakaian Nia dan semua barang-barang miliknya karena saya tidak mau melihat ada barang dia di rumah saya!” ucap Bara pada sambungan telepon pada Mbok Ijah, ART di rumah Bara.“Ba-baik, Tuan!” balas Mbok Ijah gugup. Meski ia ingin sekali memburu tanya pada sang Tuannya itu, untuk menanyakan alasannya dari semua ini. Tetapi mengingat hubungan keduanya tidaklah sedekat itu hingga mampu melakukan keinginan itu.“Ya, sudah kerjakan sekarang,” putus Bara kemudian. “Dua jam lagi, Alif akan datang dan mengambil barang-barang itu.”“Baik, Tuan,” balas Mbok lagi. Memangnya Mbok bisa berkata apa selain itu. Argh ... ART itu mengeram tertahan karena tidak bisa mengeluarkan pendapatnya.Dari awal bertemu Nia, wanita tua itu sudah menyukai gadis ceria seperti Nia meski sedikit polos kala itu. Namun, memang sejak awal sang Tuan Mudanya itu selalu bersikap kurang baik pada wanita yang sekarang menjadi istrinya itu. Mbok Ijah lah saksi hidup yang tahu perjalanan kehidupan m

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-18
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   90. Bertemu Tina

    “Nia ...!” seru gadis cantik sambil merentangkan kedua tangannya agar Nia dapat menghampiri dan memeluknya.Dan yang dilakukan Nia adalah berhambur dalam dekapan itu, memeluknya erat dan menyandarkan dagunya pada bahu sang sahabat. Tina, gadis cantik yang menjadi sahabat Nia itu harus pindah kampus karena keinginan kedua orang tuanya. Dan hal itu yang membuat terputusnya hubungan kedua orang itu.“Aku kangen banget sama kamu, Tin!” desis Nia tanpa mau melepas pelukan tersebut. Detik selanjutnya tangisnya pecah dan Tina sampai terharu ternyata kangen sang sahabat sampai diiringin tangisan padahal tangisan Nia itu karena beban berat dalam hidupnya.“Sudah, gak usah nangis begitu,” olok Tina mengurai pelukan dan memandangi wajah cantik seraya menghapus jejak airmata Nia. Gadis itu masih memperlakukan Nia seperti temannya sebayanya meski telah berstatus seorang istri. “Btw, Pak Bara gak ikut?” tanyanya lagi setelah celingukan mencari sosok Rektornya dahulu.Tanpa bersuara, Nia hanya menge

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-19
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   91. Menghabiskan Waktu

    "Oke, biarkan aku cerita yang sebenarnya sama Pak Bara!" putus Tina setelah mendengar cerita lengkapnya dari Nia.Nia mengeleng lemah tidak bersemangat. "Gak perlu, toh dia sudah mengucapkan talak padaku.""Tapi, Nia. Kalian kan masih bisa rujuk. Ingat ada nyawa lain di sini yang butuh pengakuan dari Ayahnya!" Tina mengusap pelan permukaan perut Nia setelah tahu kalau sahabatnya ini sedang hamil."Mas Bara, jijik sama aku, Tina! Tolong jangan paksa aku untuk kembali padanya. Aku akan membesarkan anak ini sendiri dan aku gak butuh dia."Tina bisa melihat manik Nia mulai berembun, wajahnya juga dipenuh dengan kesedihan, amarah dan kecewa.Tidak sanggup melihat sang sahabat bersedih, Tina langsung merengkuh tubuh bergetar Nia sembari mengusap punggungnya untuk menenangkannya. "Iya, iya. Aku tahu kekecewaan kamu. Sekarang aku cuman bisa berkata, kamu yang sabar ya!"Bibir Nia terlalu keluh untuk bisa menjawabnya. Namun, Tina bisa merasakan kalau sahabatnya itu menjawab dengan anggukan kep

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-24
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   92. Apapun Alasannya

    “Nia, koq gak ngabarin dulu kalau mau pulang?”Belum juga menjawab pertanyaan sang Bunda, Nia sudah berhambur ke pelukannya dan menumpahkan tangisnya di sana. Wajah kebinggungan dari seorang wanita yang telah melahirkannya itu tampak jelas, bagaimana tidak mendadak melihat sang putri datang-datang langsung menangis.“Sayang, ada apa?” tanyanya namun, Nia masih bertahan tidak melepaskan pelukan wanita tersebut.Pandangan Maria pun beralih pada seorang gadis yang sedang berdiri di belakang sang putri.“Nak Tina, ada apa ini?”Tina tentu tidak mau menjawab pertanyaan itu. Ia ingin biarlah Nia sendiri yang menjelaskan karena takutnya nanti salah bicara, malah memperkeruh masalah. Pada akhirnya ia mengabaikan pertanyaan itu.“Nia, apa gak sebaiknya masuk dulu!” desis Tina pada Nia sembari mengusap punggung sang sahabat dengan lembut.Wanita bernama Maria itu sontak mengurai pelukan lalu menatap Tina dengan perasaan bersalah karena tidak tanggap menyuruh sang putri masuk ke dalam rumah.“Ah

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-29
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   93. Keputusan Nia

    “Kurang ajar!” maki Yusuf setelah mendengar cerita Nia. “Biar Ayah yang datangi suami kamu itu, dia harus bertanggung jawab untuk anak yang kamu kandung!”Nia langsung menahan langkah Yusuf sembari memeluk lengan sang Ayah. Ia sudah tidak ingin berurusan dengan Bara lagi. Semua sudah berakhir dan ia juga akan mengakhiri cintanya untuk pria itu. “Jangan lakukan itu, Yah! Aku tidak ingin memberitahukannya kalau hamil anaknya. Ini anakku dan sampai kapanpun Mas Bara tidak berhak atas anak ini karena aku yang akan membesarkan tanpa dirinya,” putus Nia dengan wajah frustasi. Tidak mudah menjalani kehidupan sebagai single parent, tapi ia akan berjuang untuk itu.“Kamu yakin, bisa menjalani semua itu tanpa dirinya?” tanya Yusuf yang geram juga dengan sikap Nia yang begitu mudahnya melepaskan lelaki berengsek seperti Bara itu.“Yakin!” jawab Nia dengan tegas tanpa keraguan sedikitpun. “Aku akan buktikan kalau aku dan anaknya bisa bahagia meski tanpa dirinya, Yah!” Yusuf bisa melihat senyum

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-31

Bab terbaru

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   146. Bhalendra Al Ghifari

    Pyar!Aldo berlari kencang ketika suara benda jatuh seperti pecahan kaca terdengar pada indera pendengarannya ketika ia baru saja masuk ke dalam kamar. Pikirnya sesuatu telah terjadi pada istri dan anaknya.“Hun …!”Tina menoleh pada suara seseorang yang memanggilnya dengan lembut.“Mas, kamu koq sudah pulang?”Mengabaikan ucapan sang istri, Aldo mendekat dengan wajah panik. Kemudian menatap sekitarnya dan mendapati sang anak sedang tertidur pulas di atas tempat tidurnya. Tetapi mendapati pigura foto istrinya dengan sahabatnya ada di lantai. Dari situ Aldo paham kalau yang jatuh tadi pigura tersebut.“Kamu kenapa?” tanya Aldo setelah menatap sekilas wajah wanita masa lalunya yang sudah tidak ada lagi di hatinya sekarang.Tina tidak paham ucapan Aldo sampai ia melihat manik Aldo yang melirik pigura tersebut.“Oh, tadi aku gak sengaja menjatuhkannya,” jawab Tina. “Ah, maaf ya, kamu khawatir ya?” Wanita itu beranjak berdiri dan hendak memungguti pecahan kaca tersebut.Aldo menahan tangan

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   145. Kontraksi Palsu

    “Sayang,” sapaan itu masuk berbarengan dengan pintu kamar terbuka dan menampilkan sesosok pria yang selalu Nia rindukan. Siapa lagi kalau bukan Bara, sang suami.Setelah beraktifitas seharian di rumah sakit, ia selalu bersiap untuk pulang ke rumah lebih cepat untuk menemui istri tercintanya.Ya, Nia telah membuat keputusan untuk berhenti bekerja. Nia ingin fokus menjadi ibu rumah tangga daan mengurus bayinya sendiri. Menjadi kebanggaan tersendiri ketika ia bisa mengurus keluarganya sendiri bukan ditangan seorang ART.Toh, uang Bara masih sanggup membiayai hidupnya dengan anak-anak mereka. Jadi untk maasalah keuangan Nia yakin sejauh ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan.“Mas …!”Nia merentangkan kedua tangannya, bersiap memeluk suaminya itu. Tanpa ragu pria itu merangkak naik dan ikut berbaring di sebelah Nia. Memeluk wanita itu dari samping dan melabuhkan kecupan-kecupan di keningnya.Sekarang usia kandungan Nia sudah mendekati HPL.“Kenapa gak bangun, hmm?” tanya Bara setelah meng

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   144. Bye, Papa

    “Gak kerja?”Nia mendengus sambil menatap kesal pada sang suami ketika pria itu keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggangnya. Berjalan menuju tempat tidur untuk mendekati istrinya yang duduk bersandar di tepi tempat tidur.Kalau bukan karena kejujuran Bara kemarin mungkin Nia akan dengan senang hati berangkat kerja hari ini. Tetapi saat ini sepertinya ia belum bisa berhadapan langsung dengan penghuni rumah sakit yang pastinya akan memberondong dengan banyak pertanyaan.“Kalau saja kamu gak bil-”Ucapan Nia terhenti karena Bara mencuri kecupan pada bibir wanita itu. “Semalam sudah dibahas jadi gak perlu diulang lagi!”Semalam memang membahas tentang bagaimana Nia akan menjawab seputar hubungannya dengan Bara dan mereka berdua setuju dengan keputusan yang dibuat, cuman Nia merasa tidak yakin dengan itu.“Mas!” hardik Nia sambil memukul keras dada sang suami karena Bara kembali mencuri ciuman saat Nia akan melempar sanggahan. “Kamu tuh, bisa diem gak? Jangan sentuh-sentu

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   143. Menjaga Miliknya

    “Dokter Bara, Suster Nia pingsan di cafetaria. Saya binggung harus memberitahu siapa, mungkin Dokter bisa membantu saya karena dulu kan Suster Nia adalah asisten, Dokter.”Bara tersentak kaget mendengar serentetan kata dari salah seorang suster yang bertugas di poli UGD.“Koq bisa?” Pria itu beranjak berdiri dari meja kerjanya kemudian menghampiri Suster tersebut. Sekarang Bara sudah tidak lagi bertugas di poli UGD karena ia sudah pindah ke poli Jantung sesuai dengan spesialisnya, sedangkan Nia masih tetap menghuni poli UGD. “Sekarang masih di cafetaria?”Belum juga mendapat jawaban Dokter spesialis Jantung itu berjalan lebih dulu namun langkahnya terhenti ketika Suster tersebut menyebutkan tempat yang lain dari yang tadi.“Sekarang sudah di UGD, Dok.”Bara pada akhirnya memutar haluan untuk menuju poli UGD, karena poli tersebut berbeda arah dengan jalan yang sudah dilalui tadi.Sampai di poli UGD.Bara langsung masuk begitu saja sembari bertanya pada Dokter yang ada di sana. “Dimana

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   142. Perlakuan Manis

    “Mas, Tina sudah melahirkan. Aku boleh jeguk kan?”Satu pertanyaan Nia berhasil mengusik konsentrasi sang suami. Pria itu sedang serius menatap layar laptop untuk membaca riwayat kesehatan pasien-pasiennya yang hendak dioperasi.“Tanya dulu apa suaminya itu ada atau tidak! Aku gak mau kamu ketemu dengan pria itu.”Bara memang sudah antipati dengan yang namanya Aldo. Ia hanya sedang menjaga miliknya agar tetap berada di batasnya.Nia mendesis kesal, suaminya itu kalau sudah cemburu seperti itu membuatnya tidak bebas. Tetapi paham juga kekhawatiran Bara. Beruntung Bara tidak tahu kalau Aldo saat itu pernah mengatakan kalau masih mencintainya. Kalau tahu, mungkin pria itu sudah melarang sepenuhnya berhubungan dengan Tina.“Ish … terus kalau Aldo di rumah suruh pergi gitu?”“Sekarang sudah di rumah?” tanya Bara memastikan.“Eh, gak tahu ya. Tina cuman bilang kalau dia sudah melahirkan, bayinya perempuan, cantik kayak dirinya,” sahut Nia tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel. “Ben

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   141. Bantu Aku

    Enam bulan kemudian.Tepat pukul satu siang, Tina melahirkan anak pertamanya. Bayi berjenis kelamin perempuan itu tampak cantik sekali, perpaduan wajah Tina dan Aldo. Suara tangisnya terdengar keras sekali di ruangan persalinan. Wajah Aldo juga terlihat lega setelah menemani sang istri yang masih lemas itu.Aldo mengambil alih untuk mengumandangkan adzan di telinga putri kecilnya itu. Rasa haru dan takjub menyelimuti pria itu. Tidak menyangka ada anak yang akan memanggilnya dengan sebutan Papa di hidupnya.Beberapa menit berlalu. Pria itu menyandarkan bayi mungilnya di dada dan ia dapat merasakan hangat nafas bayi tersebut. Selama ini ia hanya mengenal Bima saja dan ketika melihat putrinya ini Aldo lebih sangat bahagia.Sedangkan, Tina sendiri hanya melihat dengan bibir yang sedikit tertarik antara bahagia dan sedih. Bahagia karena anaknya sudah lahir ke dunia, sedih karena belum ada perubahan yang lebih baik, hubungannya dengan sang suami.Meski cinta belum hadir di hati suaminya itu

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   140. Memintanya Lagi

    “Wah, cucu Oma sudah pulang ya? Gimana acaranya seru gak?”Suara Maria sudah terdengar ketika Bara membuka pintu dengan mengendong Bima yang sudah tertidur pulas. Kebetulan hari ini akhir Minggu dan waktunya berlibur ke rumah Maria.“Eh, Bima tidur ya?” Maria melanjutkan bertanya.“Iya, Bun,” jawab Bara singkat. Suasana hatinya masih buruk sejak melihat Aldo mengenggam tangan istrinya. “Maaf, Bunda. Bima boleh tidur sama Bunda gak?”Tanpa bertanyapun, Maria setuju saja. Lagian dengan adanya Bima dia jadi tidak sendirian tidurnya.“Boleh dong, ya sudah cepat bawa ke kamar Bunda!” pinta Maria pada Bara.Kaki panjang Bara melangkah menuju kamar sang mertua. Tidak lama Nia datang dan melihat Bara yang berjalan tidak ke kamar mereka.“Lho, Bima mau dibawa ke mana, Mas?” teriaknya. Namun, Bara tidak peduli pertanyaan wanita itu. Sedangkan Maria yang sudah berjalan di depan Bara tidak mendengar ucapan putrinya itu.Kesal, lagi-lagi Bara melakukan tindakan tanpa memberitahukannya. Nia berjala

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   139. Sekali Kamu Melangkah

    “Om Ayah!”Teriakan bocah yang mengema itu membuat Aldo tersentak kaget. Bukannya tidak suka tapi ia tidak akan menyangka kalau dipertemukan lagi dengan Bima setelah semua masalah diantara dirinya dengan Nia. Bima, bocah yang ia sayangi dan sudah dia anggap seperti anak kandungnya sendiri.Manik Aldo menyiratkan kebahagiaan. Pria itu seketika berjongkok dan merentangkan kedua tangannya ke samping agar bocah tersebut masuk ke dalam dekapannya. Benar saja, begitu melihat yang dilakukan Aldo, Bima langsung berlari kemudian membenamkan wajahnya di leher Aldo. Seolah mereka tidak bertemu puluhan tahun.“Aku kangen sama Om Ayah!” celetuk Bima yang membuat Aldo makin teriris hatinya.Aldo membisu, tidak menjawab ucapan Bima. Membiarkan indera penciumannya untuk beberapa saat menikmati aroma minyak telon yang ada di tubuh Bima.“Kata Mama, aku sudah gak boleh ganggu Om Ayah lagi! Karena Om Ayah mau punya adik bayi.”Aldo semakin menekan tubuhnya pada tubuh Bima. Detak jantungnya berpacu lebi

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   138. Tatapan Penyesalan

    Di ruangan Bara.Baik Nia dan Bara terkesiap menatap isi amplop coklat pemberian Dokter Kalandra.“Mas, sepupu kamu itu ternyata diluarnya saja yang galak ya tapi dalamnya … tidak diragukan lagi,” puji Nia sambil terkikik, masih sulit mempercayai sikap Dokter Kalandra.“Dalamnya?” Bara mengulangi ucapan istrinya itu sambil menatap curiga. “Memang kamu sudah tahu dalamnya dia seperti apa, hah?”“Yee … malah sewot ini orang! Maksud aku itu kan secara yang terlihat diluar itu dia adalah pria galak, buktinya marahin OG tadi seperti punya salah besar banget padahal kan cuman terlambat saja. Itupun beberapa menit saja. Tetapi koq dia bisa-bisanya ngasih kado seperti ini. Sehingga aku mikirnya dia itu pria yang perhatian gitu lho!” Nia menjelaskan dengan panjang lebar agar Bara mengerti maksudnya.Bukannya tidak paham, Bara hanya sedikit tidak suka kata dalamnya yang diucapkan Nia seolah wanita itu tahu seperti apa sosok sang sepupu.“Iya, aku sudah tahu maksudmu!” balas Bara santai. Pria it

DMCA.com Protection Status