Laura tak punya banyak waktu untuk meratapi kesedihannya atas gugatan perceraian yang telah ditandatanganinya di bawah ancaman Adam Ashford. Di bawah komando langsung Madam Dorothy, Laura harus melaksanakan pekerjaan abadinya sebagai pelayan Adam Ashford di pulau pribadinya ini. Tak ada waktu untuk mengeluh, tiada tempat untuk mengadu. Mau tak mau, suka tak suka, Laura harus menjalaninya seperti budak. “Laura! Apa kau tuli, Madam Dorothy memanggilmu!” seru seorang pelayan seraya mencekal tangan Laura dan menyeretnya ke dalam. “Laura, mereka adalah orang-orang yang kejam dan tak segan-segan menghukum meskipun kau hamil, jangan sampai kau melakukan kesalahan,” kata pelayan yang usianya tak jauh berbeda dengan Laura. “Kita manusia biasa, bagaimana mungkin tak boleh melakukan kesalahan,” protes Laura sia-sia karena tak akan ada yang peduli. Semua pelayan di sana sibuk menjaga dirinya masing-masing dari kekeliruan. Laura berjalan menuju ruangan Madam Dorothy seraya memegangi pinggang
Suasana di ruangan itu terhenti sejenak, seperti waktu berhenti bergerak ketika Laura dengan tegas membentak Adam Ashford. Pandangan semua orang tertuju padanya, mulai dari para pelayan yang berdiri di sekeliling, hingga penjaga yang berjaga-jaga di sudut ruangan. Ada kejutan, cemas, dan ketidakpercayaan dalam setiap tatapan yang terpancar.Marcella, yang sebelumnya sempat bicara dengan Laura, menggigit bibirnya dan menutup mulutnya dengan tangan. Bahkan dia, yang lebih senior dalam menghadapi Adam, merasa kaget oleh tindakannya ini. Dia tahu betapa berbahayanya melawan atau membentak Adam Ashford. Laura telah melanggar batas yang selama ini dianggap tak terlampaui.Pelayan lain mengucapkan kata-kata dalam bisikan, "Tidak ada yang pernah berani bicara seperti itu kepada Tuan Ashford sebelumnya," bisik salah satu pelayan perempuan sambil mendelik tak percaya.Sementara itu, Adam Ashford menatap Laura dengan sorot mata yang penuh amarah dan terkejut. Tatapannya yang tajam seolah-olah in
Bimo duduk gelisah di kamar calon bayinya. Pandangan matanya kosong, terfokus pada langit-langit kamar yang terlihat seperti tempat pelarian dari kenyataan yang sedang dia hadapi. Getaran kegelisahan merambat dalam dirinya. Dia merenung tentang segala yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Laura, tiba-tiba berubah menjadi orang asing baginya. Dia merasakan keresahan yang mendalam, meratapi ketidakmengertian atas perubahan mendadak dalam hubungan mereka. Kenapa Laura tiba-tiba sulit dihubungi? Mengapa dia seolah-olah menjauh padahal mereka sebentar lagi akan menjadi orangtua? Kepala Bimo dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang tak berujung. Matanya menatap ponselnya. Dia menggenggamnya erat-erat, berharap akan ada pesan dari Laura yang menjelaskan segala kerumitan ini. Namun, pesan itu tidak ada. Teleponnya tetap sunyi, tak ada pesan atau panggilan lagi dari Laura. Dia teringat suara Laura melalui telepon, kata-kata yang menyayat hatinya. "Aku hanya ingin bercerai, Om. Kita berpisa
Adam terpaku sejenak, matanya masih memandang lantai yang basah. Kepalanya tiba-tiba pusing, dan dia merasa kewalahan oleh situasi yang tak terduga ini. Pria itu menggigit bibir dengan wajah pucat. Laura tak pernah melihatnya dalam keadaan seperti ini sebelumnya. Setelah beberapa detik yang terasa seperti berabad-abad, Adam akhirnya bergerak. Dia meraih ponselnya dengan cepat dan mulai menekan beberapa tombol. “Dokter, cepat ke villa utama, ke ruanganku, ada pelayanku yang akan melahirkan sekarang juga!” katanya. Dia kemudian menoleh kepada Laura setelah menutup teleponnya. “Sudah kupanggilkan dokter. Bisa kau tahan sebentar?” ujarnya terdengar kalut dan bingung. Laura merasa lega atas reaksi Adam yang tak terduga ini. Syukurlah pria itu tak menyeretnya keluar kamar detik ini juga. Laura merasa kesakitan dan lemah, tetapi ada sedikit harapan di tengah kekacauan ini. “Aaaah!” rintihnya sambil memegangi perutnya yang terus-terusan berkontraksi. “Duduklah! Kenapa kau berdiri saja?” Ada
Di ruangan villa yang berada di sebuah pulau pribadinya, Adam merasa gelisah mendengar tangisan bayi Laura yang tak henti-henti. Tatapannya yang biasanya tajam dan dingin kini penuh dengan kecemasan dan kegelisahan. Setiap tangisan bayi itu seakan menusuk hatinya dan membuatnya merasa tidak tenang."Apa mungkin dia lapar? Jika kondisi Laura tak memungkinkan penyediaan ASI untuk sementara waktu, cepat carikan donatur ASI buat bayi ini daripada dia harus mengkonsumsi susu formula," ucap Adam dalam nada cemas kepada Madam Dorothy, kepala pelayannya yang selalu siap membantu.Madam Dorothy bisa merasakan kegelisahan Adam, dia ingin menenangkan sang tuan dengan berkata, "Saya akan segera menghubungi dokter dan menanyakan tentang kebutuhan air susu untuk bayi ini, Tuan."Adam mengangguk. Tangannya menggosok pelipisnya dengan frustrasi. Dia tidak tahan melihat bayi itu menangis dan merasa tak berdaya dalam situasi ini. Semua kekerasan dan keangkuhan yang selama ini dia tunjukkan tampak mengh
Barbara merasa dilema dalam dirinya. Meskipun awalnya dia berusaha untuk mengabaikan kabar dan rumor tentang pasien wanita di ruang perawatan VVIP yang kabarnya terkait dengan Adam Ashford, rasa penasaran yang tak terbendung terus mengganggu pikirannya. Dia mencoba membenamkan diri dalam profesinya sebagai dokter bedah di rumah sakit itu, tetapi gambaran wajah Adam dan perempuan misterius itu terus berputar-putar di dalam pikirannya."Kenapa aku harus peduli?" gumam Barbara pada dirinya sendiri, mencoba meyakinkan diri bahwa ini bukan urusannya. "Ini urusan Adam, aku tak perlu ikut campur."Namun, entah mengapa, dia tak bisa menghilangkan rasa penasaran yang mendorongnya untuk mencari tahu lebih banyak. Setiap kali dia menghadapi pasien lain, pikirannya tak bisa lepas dari kemungkinan bahwa ada seseorang di dalam ruangan VVIP sana yang memiliki hubungan spesial dengan Adam.Mungkin karena masa lalu yang pernah dia jalani bersama Adam Ashford, ada perasaan dalam dirinya yang belum pern
“Tuan Ashford! Di mana hati nuranimu?” Laura menjerit frustrasi. Laura tak perlu berpikir dua kali untuk menolak tawaran gila Adam Ashford. Kehadiran bayinya adalah prioritas utamanya, dan dia ingin memastikan bayi itu tumbuh dengan bahagia dan sehat, bersama dirinya. Ide untuk memberikan hak asuh kepada pria sekejam Adam Ashford tak akan pernah dia ambil hanya untuk kemerdekaan dirinya.Adam malah tertawa dengan sorot mata yang memancarkan ketidakpedulian. “Jadi, kau lebih suka menjadi tahananku, Laura?” “Aku bahkan tak mengerti kenapa harus menjadi tahananmu, Tuan Ashford! Aku bukan pembunuh Brian! Aku tak pernah memaksanya mencintaiku, bahkan aku sudah tegas menolaknya. Aku juga tak pernah mendorongnya pergi ke Kosta Rica agar dia terbunuh di sana. Tapi kenapa kau melimpahkan kemarahanmu padaku? Ini tidak adil, Tuan Ashford! Kematiannya bukan salahku. Kenapa tak kau salahkan saja Tuhan dan malaikat maut yang sudah mengambil nyawanya!” jerit Laura begitu marah. Laura menangis. Me
Bimo tersentak mendengar jeritan Laura yang menggema keras di belakangnya. Dia mendelik kaget melihat sosok Laura yang menjerit sambil menangis di ambang pintu kamarnya. Seketika Bimo memucat. Dia tak mengira Laura betul-betul kembali pada saat ini, dia memaki keadaan yang membuat segalanya menjadi semakin buruk. “Laura!” Bimo berdiri, meraih celana boxernya yang teronggok di tepi ranjang dan buru-buru memakainya. Sedangkan Aya menutupi tubuhnya dengan selimut, sebab bajunya tercecer di sana, di bawah kaki Laura, wajah Aya pucat pasi dipergoki langsung oleh Laura dalam keadaan memalukan seperti ini. “Laura, bagaimana kabarmu?” Bimo menatap Laura dengan berbagai perasaan yang bercampur aduk dalam dirinya : kaget, senang, rindu, malu, was-was, takut. Dilihatnya perut Laura sudah tak buncit lagi. Laura sudah melahirkan? “Laura. Anak kita … mana, Sayang?” tanya Bimo sambil mengulurkan tangan, ingin memeluk Laura. Dia sangat merindukan Laura, wanita yang belum lama ini telah menjadi ma
Adam Ashford menikahi Laura dengan identitas barunya sebagai Keanu Royce. Hanya Laura dan Sam yang tahu bahwa Keanu Royce adalah Adam Ashford. Mereka menyimpan rahasia itu seumur hidup mereka. Demi melindungi rahasia itu, Laura memutuskan keluar dari lingkaran pertemanannya dengan para sosialita. Semakin sedikit teman yang mengenalnya, akan semakin aman bagi mereka. Laura tak mau terhubung dengan media sosial. Ia ingin hidupnya terlindungi dari mata publik dan jagat internet yang selalu penuh dengan gosip. Dia ingin melindungi sosok suaminya yang baru dari orang-orang yang mungkin memiliki niat jahat. Tak ada yang boleh tahu bahwa Adam masih hidup dalam sosok Keanu Royce. Karena itulah dia hanya mendaftarkan pernikahan resminya dengan Keanu Royce, tanpa perayaan pesta. Lagipula setiap malam bersama Adam adalah pesta baginya, suaminya itu menyentuhnya dengan penuh cinta dan mempersembahkan kepuasan yang tak tertandingi. Mereka berdua hidup bahagia dalam kedamaian dan kebahagiaan mer
Laura lega setelah bicara dengan Nicholas. Anak itu akhirnya melupakan permintaan hadiah ulang tahunnya berupa ‘daddy’. Sebagai gantinya, Laura mengajaknya pergi jalan-jalan ke taman safari. Nick senang sekali menikmati pemandangan satwa liar dari dalam mobil. Ditambah Keanu yang menjelaskannya tentang banyak hal tentang satwa-satwa itu. Nicholas semakin terpukau akan pengetahuan Keanu yang luas tentang dunia hewan.Sementara Laura yang berada di kursi belakang tersenyum melihat antusiasme Nicholas dan kesabaran Keanu dalam memaparkan wawasan tentang dunia satwa kepada Nicholas. Dalam hati Laura mengakui bahwa Keanu memiliki jiwa kebapakan yang sangat dibutuhkan putranya. Bukan hanya Nicholas, Laura juga merasa membutuhkan Keanu. Sejak kedatangan pria itu dalam hidupnya, hari-harinya mulai terasa berbeda. Ada satu ruang kosong di hatinya yang pelan-pelan mulai diisi oleh Keanu. Namun di sisi lain, Laura masih belum siap untuk melengserkan Adam Ashford yang selama ini bertahta dalam h
Ulang tahun Nicholas yang kelima menjadi sebuah perayaan yang berkesan. Meskipun pesta tersebut hanya dihadiri oleh teman-teman sekolah Nicholas, Laura telah merancang segalanya dengan sempurna. Rumahnya yang mewah dan luas menyediakan latar belakang yang indah untuk perayaan ini, tetapi Laura dan Nicholas tetap menjalankannya dengan kerendahan hati.Tamunya tiba dengan senyum penuh kekaguman saat mereka memasuki rumah besar Laura. Mereka melihat sentuhan berkelas dalam setiap sudut rumah Laura yang luas dan mewah. Dan Laura telah mendekor sebuah ruangan dengan dekorasi sederhana namun elegan. Souvenir yang disiapkan Laura untuk para tamu adalah barang-barang bermerk terkenal dan mahal, membuat semua orang terkesan, bahkan kado mereka untuk Nicholas saja tak semewah dan semahal ini. Tetapi mereka tahu, bahwa bagi Nicholas dan juga Laura, kehadiran mereka terasa lebih penting daripada kado apapun yang mereka bawa.Nicholas begitu bahagia, matanya berbinar-binar ketika ia menerima kado
Sambil bergandengan tangan, Laura dan Adam memasuki night club eksklusif dengan sinar lampu berkilauan yang memantulkan warna-warni ke seluruh lantai dansa. Musik berdentum keras menggema di seluruh ruangan, dan orang-orang berdandan glamor berdansa di lantai. Laura merasakan sensasi kebebasan yang luar biasa begitu ia melangkahkan kakinya ke dalam klub ini. Dia merasa begitu hidup, begitu bahagia, dan dia tak sabar untuk menari bebas seperti semasa mudanya dulu.Adam berdiri di sampingnya dengan sikap waspada yang tidak tergoyahkan. Dia berjanji untuk menjaga Laura malam ini, dan dia tak akan melupakan tugasnya. Laura tersenyum pada Adam dan menariknya ke tengah lantai dansa yang penuh dengan kerumunan.Segera setelah mereka tiba di lantai dansa, Laura mulai bergerak dengan bebas dan bersemangat. Laura mengekspresikan dirinya melalui gerakan tubuhnya yang meliuk indah mengikuti irama musik. Sementara itu, Adam berdiri di depannya dengan mata tajam yang memantau setiap gerakan di sek
“Laura, kenalkan ini sepupuku, namanya Nathan,” kata mamanya Carlos ketika Laura muncul di ruang tamu, menemui Mama Carlos yang sudah janjian dengannya untuk datang menjemput. Laura bersalaman dengan Nathan yang mengulurkan tangan padanya sambil tersenyum ramah. “Laura.” “Nathan.” Mama Carlos tersenyum memandangi keduanya secara bergantian. Dia berharap Laura akan tertarik dengan sepupunya yang tampan dan juga seorang artis terkenal asal Jakarta ini. “Sopirku sedang tidak enak badan dan Nathan dengan baik hati mau mengantar kita malam ini. Kebetulan dia baru menyelesaikan jadwal syuting filmnya di Bali dan dia tadi sedang mampir ke rumahku. Ayo, kau sudah siap, kan? Wah. Kau cantik sekali, Laura! Kau seperti masih gadis saja, tak ada yang menyangka kalau kau sudah menjadi seorang ibu,” puji Mama Carlos sambil melirik Nathan yang sedang memandang Laura dengan sorot kagum. Adam menyaksikan hal itu dari ruang tamu, rahangnya menggertak keras menahan marah dan cemburu. Rasanya dia in
Laura tercekat dan menggigit bibirnya.. Mendengar kata-kata Keanu, dia merasa buruk sekali sebagai ibu yang tak bisa menggali lebih dalam sisi psikologis putranya sendiri. Air mata Laura menggenang, merasa bersalah kepada Nick karena lebih mengkhawatirkan luka fisik Gabriel daripada luka batin yang dialami Nick hari ini.Melihat Laura menangis, Adam mengepalkan tangannya, menahan dirinya untuk tidak memeluk Laura detik itu juga. Dia tahu, bukan hal mudah bagi Laura untuk menjadi orang tua tunggal bagi anak lelaki yang aktif dan reaktif seperti Nicholas. “Bu Laura, tenanglah. Mungkin saat ini Anda merasa bersalah, tapi jangan larut dengan rasa bersalah itu. Anda hanya perlu bicara dan mengobrol dengan Nick setelah dia bangun nanti.”Laura mengangguk-angguk. “Terima kasih, Keanu. Kau telah membuka sebuah pemahaman penting yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku.”Adam mengangguk dan tersenyum. Dan melihat senyum Adam yang lembut dan terasa menenangkan hatinya, perasaan Laura seke
Jantung Laura berdebar kencang saat Keanu meraihnya, menghindarkannya dari tabrakan dengan si pelayan. Sensasi tangan besar dan kuat Keanu yang mendekapnya membuat Laura merasa aman terlindungi. Namun, saat Keanu berbicara dan suaranya berubah menjadi rendah dan tajam, Laura merinding. Dia seperti dalam pelukan Adam Ashford yang telah tiada.Sementara itu, pelayan yang tadi menabrak Laura berdiri ketakutan oleh aura dingin yang dipancarkan Keanu alias Adam. Dia segera membersihkan sisa-sisa gelas yang pecah dengan gemetar, tidak berani melihat langsung ke arah mereka berdua.Laura bisa merasakan kemarahan Adam yang terasa berbahaya. Dia mencoba menenangkan keadaan. "Bukan hanya dia yang salah, aku juga salah,” katanya.“Anda tidak salah,” tegas Adam. “Dia berjalan tanpa melihat ke depan dan mengambil jalur yang tak seharusnya.”“Ma-maaf. Tadi saya terburu-buru.” Si pelayan mengakui kesalahannya, dia sedang tidak fokus bekerja hari ini karena pikirannya sedang kacau memikirkan masalah
Para pelayan di rumah Laura dibuat geger melihat ketampanan bodyguard pribadi Laura yang baru. Mereka bukan hanya mengagumi ketampanannya, tetapi juga merasa heran oleh kemiripan pria itu dengan mendiang sosok suami nyonya mereka yang fotonya terpajang besar di ruang meditasinya. Bahkan Nicholas sempat bengong dan berkali-kali memanggil Keanu dengan tanda tanya yang menggantung di ujung kalimatnya, “Daddy …?”“He’s not your daddy, baby …,” tegas Laura seraya tersenyum kepada putranya yang salah paham melihat sosok bodyguardnya yang begitu mirip dengan Adam Ashford yang dia ketahui sebagai ayahnya.“Halo, Nick. I’m your friend, my name is Keanu.” Adam membungkuk dan mengajak Nicholas melakukan tos dengannya.Nicholas mengerutkan keningnya dengan bingung. Dia menerima ajakan tos Adam dengan ragu-ragu. Tapi dia menyukai keramahan teman barunya ini yang begitu mirip dengan daddy-nya yang sering menjenguknya di malam hari. Bahkan suara Keanu terdengar sama dengan suara daddy yang sering me
Senyum Sam terpancar penuh makna ketika ia menatap Adam. Ia ikut merasa lega akhirnya Adam mendapatkan kesempatan kedua dalam hidupnya, menjalani kehidupan barunya sebagai pria biasa dengan identitas Keanu Royce. Sam memahami bahwa keputusan Adam untuk menjalani "kematian" sebagai Adam Ashford adalah tindakan yang berani demi keselamatan Laura dan Nicholas. Dengan kematian sosok Adam Ashford dalam dunia mafia, kedua orang yang dicintainya itu tidak lagi menjadi buruan musuh-musuh sesama mafia. Sam tahu bahwa Adam telah mengorbankan identitasnya sebagai sosok Adam Ashford yang berkuasa dan kaya raya demi melindungi mereka, dan itulah salah satu tindakan paling mulia yang bisa dilakukan seseorang yang memiliki ketulusan cinta. Sam mengingat lagi bagaimana “transformasi” Adam Ashford menjadi Keanu Royce itu terjadi. Hari itu, setelah John Wick membantai seluruh pasukan Michael dan pasukan Damon Redwood, Laura keluar dari persembunyiannya dan memeluk tubuh Adam Ashford yang bersimbah d