Istri mana yang rela suaminya tidur dengan wanita lain, apalagi masih berada satu atap dengan Sang Istri."Kenapa masih berdiri di sini? Cepat sana pergi." Roy mendorong punggung Nurmala.Kaki Nurmala tak dapat bergerak, seperti terpaku di tempatnya berdiri. Rasa malu dan takut merayap ke dalam hatinya."Kelamaan." Roy menarik tangan Nurmala, menyeretnya menuju kamar Alfian."Iih, jangan tarik-tarik." Nurmala memberontak berusaha melepaskan tangan Roy yang mengcengkram tangannya dengan erat.Pria itu memasukkan diri Nurmala ke dalam kamar secara paksa kemudian mengunci pintu dari luar. Nurmala berbalik mencoba membuka pintu tapi tak bisa. Ia menggedor-gedor pintu dengan frustasi."Tolooong, buka pintunya." Nurmala berteriak, tapi pria di luar tak menghiraukan teriakannya. Sumpah, Nurmala sangat gugup. Wajahnya sudah merona membayangkan Alfian akan menyentuhnya untuk yang kedua kali. Nurmala mulai pasrah pada keadaan, ia memindai seluruh isi kamar. Namun tak dapat menemukan keberadaan
Setelah Alfian menuntaskan hasratnya, ia langsung tertidur lelap di sisi Nurmala. Nurmala meremas selimut yang menutupi dadanya, ia tidak pernah menyangka bahwa mereka berdua akan melakukan hubungan suami-istri untuk yang kedua kalinya dengan suka rela.Nurmala menoleh ke samping melihat Alfian yang tertidur dengan pulas. Ia malu mengingat kejadian barusan. Nurmala tak pernah menyangka sebelumnya, jika ia dan Alfian akan bergulat dengan suka rela.***Keesokan paginya Nurmala terbangun, pinggang dan kakinya terasa berat. Ternyata tangan dan kaki suaminya bertengger di sana, Alfian tertidur sembari memeluk istrinya. Nurmala menoleh ke samping, hidung mancungnya langsung bersentuhan dengan hidung Alfian yang runcing.Sekilas Nurmala mengecup bibir Alfian. "Ah, karena kejadian semalam aku jadi ketularan nakal. Tidak apakan, genit sama suami sendiri!" Nurmala tersenyum malu-malu.Nurmala menyingkirkan tangan Alfian dengan perlahan dari pinggangnya, lalu menyingkirkan kaki Alfian yang men
"Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi di mana, ya?" Vanessa mengemudikan mobilnya sembari berpikir dengan keras berusaha mengingat siapa Nurmala yang sebenarnya, tapi setelah berpikir cukup lama, ia tetap tidak menemukan jawaban.Setelah menempuh waktu selama hampir 1 jam di tengah kemacetan lalu lintas, mobil Vanessa sudah tiba di kantor Alfian. Sepatu hak tinggi yang ia kenakan turun dari mobil. Ia menutup pintu mobil dengan gaya congkak. Kakinya melangkah meliuk-liuk sembari membuka kaca mata dan mendorongnya naik ke atas kepala.Hampir semua mata karyawan yang melihatnya takjub dengan kecantikan yang dimiliki oleh Vanessa, wajar jika Alfian sangat tergila-gila dengannya, tapi beberapa dari mereka terutama kaum hawa mencibir melihat kesombongan yang di tonjolkan Vanessa, tapi Vanessa tak peduli, ia berpikir jika mereka semua iri dengan kesempurnaan yang dimilikinya. Vanessa berjalan melewati ruang demi ruang tak peduli dengan tatapan aneh semua orang yang terarah padanya."Dasar
FLASH BACK ONSaat pertama kali Alfian mengetahui bahwa Nurmala hamil dan ingin menggugurkan kandungannya, dia marah. Dia tak rela jika darah dagingnya akan dibunuh, tapi ketika melihat air mata dan kesedihan yang terpampang jelas di wajah Nurmala, Alfian merasa iba, rasa bersalah menggerogoti hatinya.Dia mencoba memahami apa yang dirasakan dan dialami oleh Nurmala, kenapa berniat menggugurkan kandungan? Dia korban pemerkosaan, tanpa suami dan memiliki tunangan, pasti berat bagi Nurmala menjalani hari-harinya.Alfian berniat untuk melindungi dan menebus kesalahannya pada Nurmala. Dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk membahagiakan Nurmala hingga anaknya lahir. Hal yang Alfian syukuri adalah Nurmala tak menginginkan anaknya dan tak ingin menjadi istri dari Alfian. Tentu hal ini mempermudah tujuan Alfian untuk mendapatkan hak asuh anaknya secara utuh.Namun, seiring dengan berjalannya waktu, segalanya berubah. Ketika lelaki lain mendekati Nurmala, hatinya merasa terusik. Awalnya A
Pagi-pagi sekali, Alfian pergi ke kantor tanpa berpamitan pada Nurmala.Sekarang tak ada lagi kecupan di kening Nurmala sebelum Alfian pergi bekerja. Dengan dada yang terasa sesak, Alfian pergi bekerja.Alfian memasuki kantor dengan langkah lunglai. Hidupnya tak lagi bergairah, semua terasa hambar karena penolakan Nurmala. Tekadnya untuk jujur kini sirna setelah melihat sikap Nurmala. Kini hatinya meradang sakit.Roy masuk ke dalam ruangan Alfian sembari menenteng kantong yang berisi kotak makanan. Dia melihat Alfian berdiri di menghadap dinding kaca transparan, satu tangannya masuk ke saku celananya sedangkan telapak tangannya yang lain bersandar di bingkai dinding kaca. Alfian memandangi pemandangan ibu kota dari ketinggian gedung. Tatapannya kosong, pikirannya melayang-layang pada Nurmala.Kata-kata Nurmala yang sangat menyakitkan masih terngiang-ngiang di benak Alfian. Dia merindukan senyuman manis dan wajah Nurmala yang menggemaskan.Roy meletakkan satu kotak makan dan minuman d
Alfian meremas surat di tangannya, lalu membuangnya ke lantai. Ia menyesal kenapa tidak menyelidiki dulu perubahan sikap Nurmala yang mendadak berubah. Bi Puput memberi segelas air putih. Beliau pasti tahu bahwa hati majikannya saat ini sedang kacau balau.Hati Alfian terasa diremas, baru berpisah saja berpisah dengan Nurmala sudah membuatnya sesakit ini. Mengingat video kemesraan Firman dan Nurmala, entah kenapa naluri Alfian mengatakan jika saat ini Nurmala sedang kabur bersama Firman. Kalau itu benar terjadi, maka akan ia takkan segan-segan untuk memb*n*h bajingan itu.Alfian menepis segala prasangka buruk tentang Nurmala, tidak mungkin Nurmala bisa melakukan hal itu. Roy sekarang sedang mencari tahu keberadaan istrinya, sedangkan Alfian segera memantau rekaman CCTV rumahnya.Alfian memutar rekaman CCTV saat dirinya pulang dalam keadaan on akibat obat perangsang. Di ruang tengah, ia melihat Nurmala sedang berdebat dengan Roy. “Sial, lancang sekali Roy menyentuh istrinya,” gerutu A
Satu bulan sudah Nurmala melarikan diri, hidup di perkampungan kecil padat penduduk. Dia menyewa kontrakan kecil selama 2 bulan, jika betah maka akan menambah 1 tahun masa sewanya, itu rencana yang Nurmala pikirkan.Lokasinya tak terlalu jauh dari rumah Alfian, hanya saja kalau mau masuk ke kontrakan, Nurmala harus melewati jalan tikus yang tak bisa dilewati motor. Ini adalah kontrakan Ratna dulu waktu pertama kali pindah ke Jakarta.Nurmala berusaha happy tanpa sosok suami di sampingnya. Sebenarnya Nurmala bingung, setelah ia melahirkan nanti harus bagaimana. Dia harus ada pemasukan untuk membesarkan anaknya nanti. Namun, tidak terlalu memikirkannya. Yang penting tabungan Nurmala masih banyak. Toh, hasil dari membuat novel juga lumayan.Nurmala melangkahkan kaki dengan riang gembira, menuju pasar malam. Sudah 4 hari ada pasar malam dadakan di dekat kontrakan Nurmala. Dia menyembunyikan wajahnya menggunakan masker dan menutup kepalanya dengan jaket hoodie.Nurmala berkeliling menikmat
Setelah berjalan kaki hampir satu jam akhirnya Nurmala sampai di depan pintu rumah Alfian. Ia sangat kelelahan, kakinya terasa lemas dan pegal. Nurmala berdiri dengan posisi ruku', tak lama kemudian kembali berdiri tegak memandangi pintu rumah Alfian dengan bingung.Nurmala menggigit jari telunjuknya, ia sangat ragu untuk mengetuk pintu itu. Bayangan Alfian akan memarahinya membuat nyalinya ciut. Rasa takut, cemas dan malu bercampur menjadi satu. Akhirnya Nurmala hanya bisa mondar-mandir di depan pintu.Nurmala menghela nafas panjang. Sejahat apapun Alfian, dia sangat menyayangi anaknya, jadi tidak mungkin Alfian akan membuang Nurmala jika masih ada anak Alfian di perutnya.Setelah meyakinkan diri sendiri, Nurmala pun mengetuk pintu. Sudah beberapa kali pintu diketuk, tapi tidak ada sahutan dari dalam rumah."Kemana semua orang pergi?" Nurmala mengintip isi rumah dari jendela, tapi sayangnya ia tak dapat melihat apa pun karena jendela tertutup tirai.Nurmala pun duduk di kursi teras k