"Nggak," jawab Nurmala kemudian membuang muka. Kurang buruk apa lagi nasib Nurmala, memiliki suami yang mencintai wanita lain dan akan menceraikan Nurmala setelah menikah, bahkan Nurmala harus kehilangan anak pertamanya."Ow." Alfian tak memberi jawaban, menurutnya apa pun yang Alfian lakukan di luar sana tidak berpengaruh apa pun pada Nurmala.***Malam hari, Alfian yang tiduran di atas sofa merasa gelisah. Sejak tadi dia hanya berguling ke kanan dan ke kiri, penasaran dengan rahasia yang disembunyikan oleh Nurmala. Sejak tadi hatinya tergelitik ingin tahu isi hp Nurmala.Kenapa Nurmala membutuhkan uang sebanyak 50 juta dan kenapa waktu itu Nurmala menangis? Hal itu membuat Alfian terus menerus memikirkannya dan merasa tak tenang. Alfian tidur dengan posisi menyamping, memperhatikan punggung Nurmala yang berangsur naik turun.Alfian beranjak dari sofa lalu mencari keberadaan hp Nurmala, ia membuka laci dan menggeledahnya tapi nihil hp itu tidak ada di sana. Alfian juga mencari ke dal
Dua bulan sudah berlalu, Nurmala mematut diri di depan cermin sambil mengusap perutnya yang sudah mulai membuncit. Badannya tidak lagi kurus, pipinya juga semakin chubby. âAku gendutan sekarang,â keluh Nurmala dengan bibir mengerucut.Tanpa Nurmala sadari, sedari tadi Alfian berdiri di bingkai pintu memperhatikan dirinya sembari mengulas senyuman lucu. â Tetap cantik, kok!â puji Alfian tiba-tiba yang membuat Nurmala seketika menoleh dengan pipi merona malu.âSejak kapan kamu di situ?ââLumayan lama.â Alfian menghampiri Nurmala, kemudian memberinya paket yang baru diantar oleh kurir. âIni untukmu.ââApa ini?â tanya Nurmala sembari mengocok paket di tangannya.âBuka saja biar kamu nggak penasaran.â Jawab Alfian, kemudian mendaratkan panggulnya ke tepi ranjang.Nurmala segera membuka bingkisan tersebut dan ternyata isinya adalah timbangan berat badan. Nurmala langsung menggunakan timbangan tersebut, matanya seketika membeliak saat berat tubuhnya mencapai 50 kg.âGendut banget,â batin Nur
"Nggak mau." Nurmala menarik mundur wajahnya menjauh dari Alfian, ekspresi wajahnya semakin menegang. Jangankan bercumbu dengan Alfian, berada di dekat Alfian saja sudah membuat jantungnya berdebar tak karuan. "Aku bercanda, Nur. Jangan dianggap serius. Aku janji tidak akan menyentuhmu lagi." Ujar Alfian sambil terkekeh melihat ekspresi Nurmala. *** Keesokan harinya, Nurmala dibantu Bi Puput menyajikan makanan di atas meja makan. Seperti biasa, Alfian dan Nurmala sarapan bersama. Usai sarapan Alfian masuk ke dalam ruang kerja untuk mengambil tas kerjanya, kemudian kembali ke ruang makan. "Nanti malam aku pulang agak malam. Kamu jangan menungguku. Aku makan malam di luar bersama temanku." Alfian berpamitan sembari mengambil jas yang tersampir di kursi meja makan. "Iya." Nurmala tak pernah berani bertanya apa saja yang dilakukan Alfian di luar sana. Ia cukup tahu diri dan masih menjaga batasannya sebagai istri sementara. Setelah Alfian pergi bekerja, Bi Puput menerima panggilan tel
Ada rasa sakit hati ketika Firman menjelek-jelekkan Alfian di hadapan Nurmala. Walaupun Alfian sudah merusak kehormatannya dan juga merusak hubungannya dengan Firman, tapi Alfian sangat baik pada Nurmala, ada rasa tak rela terselip di hatinya saat seseorang mengatakan Alfian pria bejat, sekalipun yang mengatakan itu adalah Firman.Nurmala terkejut ketika tiba-tiba Firman menggenggam tangannya. Nurmala segera menarik tangannya, tapi Firman semakin mempererat genggamannya. Wanita itu menyadari walau bagaimanapun statusnya saat ini adalah seorang istri dari Alfian, tak peduli apapun yang terjadi kelak, saat ini Nurmala hanya ingin berusaha menjaga marwahnya sebagai seorang istri."Mas, tolong jangan seperti ini. Kita memang nggak berjodoh, kamu nggak perlu membuat perhitungan sama suamiku. Aku sudah menikah. Kalau suamiku lihat kita seperti ini bagaimana?" Nurmala melihat sekitar dengan gusar, karena semua mata para pengunjung restoran sedang memperhatikannya. Dia merasa bersalah dan tak
Tatapan Alfian serius tertuju pada Nurmala, ia tahu jika yang dimaksud istrinya adalah Firman, tapi Alfian memilih bungkam sembari mengetuk meja dengan jemarinya, ia membuang muka ke arah jalanan beraspal. Matanya menyorot ke langit. Awan gelap pekat tanpa taburan bintang, angin malam begitu dingin menusuk kulit. Sepertinya hujan akan turun, beruntung Nurmala mengenakan jas miliknya yang kebesaran.Rintik hujan mulai turun, menciptakan suara gaduh di atap warung. Tak lama kemudian pemilik warung datang meletakkan bakso dan teh hangat di hadapan Nurmala dan Alfian.Setelah membaca doa, Nurmala langsung melahap bakso favoritnya dengan lahap seperti orang yang sudah lama tidak makan."Pelan-pelan kalau makan, takut tersedak.""He'em." Nurmala mengangguk karena mulutnya penuh dengan makanan. Sementara Alfian hanya memperhatikan Nurmala tanpa menyentuh makanannya sedikitpun. Melihat istrinya makan seperti itu, perut Alfian sudah kenyang."Kamu nggak makan?" tanya Nurmala dengan mulut penuh
Di kantor Alfian di sibukkan dengan pekerjaan yang menumpuk, dia ingin segera menyelesaikan pekerjaannya. Ya, itulah yang ada di pikirannya saat ini.Dia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Masih kurang lima jam lagi baru bisa pulang, itu pun jika pekerjaannya selesai. Senyum di bibir Alfia mengembang tiap ingat Nurmala."Al, kamu gila ya senyum-senyum sendiri?" Roy yang selalu seenaknya sendiri tiba-tiba nyelonong masuk ke ruangan Alfian."Lain kali ketuk pintu kalau mau masuk ke ruanganku!" ucap Alfian dengan nada ketus. Dia tak memperdulikan celotehan Roy.Sahabatnya itu menghela nafas berat dan berbalik untuk keluar dari ruangan Alfian, kemudian menutup pintu."Tuan, boleh saya masuk?""Ck, masuk." Alfian berdecak kesal melihat tingkah konyol sahabatnya yang satu ini. Jiwa humornya terlalu tinggi, hingga mendekati gila."Sudah bener, kan?""Kelewat bener," balas Alfian."Makan yuk, Al. Lapar, nih. Cacing di perutku sudah meronta-ronta sejak tadi." ajak Roy setelah
Nurmala melangkah dengan langkah cepat menjauhi Alfian dan Sarah, kejadian ini sangat memalukan baginya, ingin sekali Nurmala menenggelamkan tubuhnya ke dasar lumpur. Apa yang akan Alfian lakukan padanya barusan? Apakah dia mau menciumnya, tapi kenapa, dan kenapa juga Nurmala harus pasrah diperlakukan seperti itu. Beruntung hal itu tidak benar-benar terjadi karena kepergok oleh Sarah.Nurmala segera masuk ke kamar, baru 5 langkah kakinya berpijak, ia di kejutkan dengan suara derit pintu yang terbuka. Nurmala berbalik untuk melihat siapa yang dating. Tentu saja si pemilik kamar, yaitu Alfian. Dia masuk kamar kemudian menutup pintu dan menguncinya.DEGSeketikan tubuh Nurmala menegang karena nervous, jantungnya serasa mau copot, tubuhnya gemetaran hebat seperti ada aliran listrik yang berdesir menjalar ke sekujur tubuhnya, kedua telapak tangannya terasa dingin. âDia mau ngapain 'sih? Kenapa pintunya dikunci?â Nurmala menggerutu dalam hati dengan perasaan tak tenang.Nurmala takut tapi
Alfian reflek berlari dan membekap mulut Nurmala sebelum teriakannya yang menggema mengundang kedatangan orang rumah ke kamarnya. Ini benar-benar gila, Nurmala benar-benar menguji kesabaran Alfian.Nurmala memberontak memukuli dada Sang Suami, tubuh keduanya basah kuyup oleh guyuran air shower. Namun, pria itu tetap berusaha mempertahankan kewarasannya supaya tak lepas kendali.Alfian menatap manik mata Nurmala, wanita itu terlihat ketakutan. Alfian dapat merasakan tubuh Nurmala yang gemetaran. Mungkinkah perbuatan bejatnya menyisakan rasa trauma pada Nurmala."Hmmmm ..." Nurmala berusaha berteriak, air matanya mengalir deras tapi tersapu air shower."Jangan teriak, jangan teriak. Aku tidak akan macam-macam. Asal kamu tidak teriak, aku akan melepaskanmu, ok." Alfian berusaha menenangkan Nurmala. Nurmala mulai tenang kemudian mengangguk dengan tatapan sendu.Dengan perlahan Alfian menyingkirkan tangannya dari mulut Nurmala. Ia mematikan air shower, lalu meraih handuk dari gantungan di
Ada panggilan video call dari nomor Kanaya, Dimas pun segera menggeser tombol hijau. Wajah Tania yang penuh air mata langsung terpampang memenuhi layar hp.âPapa.â Tania menangis sesenggukan sambil mengusap air mata yang membasahi pipinya. Dimas sangat cemas saat melihat putri tercintanya menangis. âKamu kenapa, Sayang?ââMama mau nikah sama Om Rian. Aku nggak mau punya Papa yang lain, aku maunya cuma Papa.â Tania sedih melihat orang-orang sibuk mempersiapkan acara pernikahan Kanaya dan Rian besok lusa.âKenapa Papa diam saja, kenapa Papa nggak cegah Mama nikah lagi? Kenapa Papa diam saja, Papa udah nggak sayang Mama lagi?â Omel Tania yang tak henti-hentinya menangis karena Dimas hanya menatapnya dengan mata berkaca-kaca.Dimas menghembuskan napas dengan kasar tidak rela melihat hati putrinya terluka. Sebagai seorang lelaki, Dimas masih memiliki harga diri meski berulang kali mengemis cinta dan hanya mendapat penolakan, Dimas akan tetap berjuang untuk mendapatkan Kanaya dan melakukan
âKamu nggak apa-apa âkan?â tanya Kurnia setelah melepaskan lengan Dimas.âTidak apa, terima kasih.â Jawab Dimas, kemudian menghampiri Tania yang menatapnya dengan kesal.Kurnia terkejut melihat Rian ada bersama Kanaya. Kurnia tak mempedulikan Rian, dia lebih memilih menyapa Kanaya dan Nurmala dengan mengurai senyuman hangat sebagai salam perkenalan. Kanaya dan Nurmala pun balas tersenyum.âBu, kenapa anda ada di sini?â tanya Rian dengan sopan saat melihat Bos-nya. Rian merupakan karyawan di perusahaan Manufaktur yang didirikan oleh keluarga Kurnia.âSaya temannya Dimas, kamu sendiri kenapa di sini?â Kurnia balik bertanya.âOh, Tania adalah anak dari tunangan saya.â Rian melirik Kanaya sebagai isyarat jika Kanaya adalah calon istrinya.âOh.â Kurnia hanya menganggukkan kepala, hatinya memikirkan kacaunya perasaan Dimas yang ada dalam satu ruangan dengan mantan istri dan calon suaminya.âKalian saling kenal?â tanya Nurmala.âIya, beliau anak dari perusahaan Manufaktur tempat saya bekerj
âDimas memang mantan pacarku, tapi hubungan kami sudah lama berakhir jauh sebelum Dimas kenal sama kamu, itu pun karena aku mengkhianati Dimas dan hanya mengincar uang Dimas. Setelah itu, kami nggak pernah punya hubungan apa pun lagi.Setelah bertahun-tahun nggak ketemu, akhirnya aku ketemu Dimas lagi saat Tante Lilis kenalin aku sama kamu dan keluarganya untuk dijodohkan dengan Ardi. Dimas nggak pernah mengkhianati kamu, aku memfitnah Dimas karena Dimas bongkar keburukanku sama Ardi, makanya Ardi nggak mau nikahin aku. Aku juga yang buat laporan palsu ke polisi kalau Dimas itu pengedar narkoba, aku dan Tante Lilis yang sudah bersekongkol karena kami punya dendam pada Dimas. Kami menyuap para penegak hukum supaya Dimas mendekam lama di penjara.âKejujuran Sonya terasa seperti tamparan keras yang memporak-porandakan hati Kanaya. Ia menatap Sonya dengan tatapan penuh luka bercampur marah, andaikan dirinya lebih percaya pada Dimas, tentu saja Tania tidak akan kehilangan kasih sayang seor
âPadahal sudah minum obat, tapi demamnya nggak turun-turun, Ma.â Kanaya mengadu pada Nurmala sembari mengompres kening Tania dengan handuk basah.Kanaya sangat khawatir karena sudah 7 hari ini Tania sakit, akan tetapi semakin hari kondisinya semakin memburuk. Mata Tania terus terpejam, sementara bibirnya selalu memanggil âPapaâ.âNay, sepertinya Tania kangen sama Papanya. Suruh Papanya ke sini siapa tahu Tania bisa cepet sembuh,â Nurmala tidak ingin melihat kesehatan cucunya semakin menurun karena merindukan ayah kandungnya.âTidak ada ruang untuk pria itu di sini.â Ujar Alfian yang baru tiba di bangsal setelah pulang dari kantor.âWalau bagaimana pun Dimas adalah orang tuanya Tania, dia berhak tahu kondisi putrinya.ââAku tidak mau pria itu memberi pengaruh buruk pada Tania.â Alfian masih belum bisa memaafkan pengkhianatan Dimas pada Kanaya di masa lalu.âYang penting kita selalu mengawasi Tania dan mendidiknya. Dengan memisahkan Tania dan Dimas, itu sama saja kamu menyiksa Tania. Ya
Bunyi ketukan pintu membuat Dimas yang sedang menulis terlonjak kegirangan. Ia buru-buru mengambil tongkat kruk dan langkah tertatih-tatih pergi ke pintu utama karena tidak ingin Kanaya menunggunya terlalu lama.âKamu siapa?â senyum di wajah Dimas mendadak surut saat melihat bukan Kanaya yang datang ke apartemennya.âSaya Reno, Nyonya Kanaya menyuruh saya untuk menjaga dan membantu anda menulis terjemahan bahasa asing.â Reno tak kalah terkejutnya melihat pria yang harus dijaganya adalah mantan suami dari majikannya. Reno ingat betul dulu ketika selesai akad nikah, Dimas melumat ****** Kanaya dengan rakus.âKenapa bukan Kanaya yang datang kemari?â tanya Dimas dengan kecewa.âNyonya Kanaya sedang sibuk mempersiapkan pernikahannya dengan Pak Rian.âDEGJantung Dimas sakit serasa disambar petir, dunia terasa berputar, kepalanya tiba-tiba pusing hingga membuat tubuhnya oleng. Beruntung Dimas berpegangan pada bingkai pintu untuk menopang berat tubuhnya.âPak, anda baik-baik saja?â Reno deng
âKapan kau akan bayar hutangmu?ââBeri aku waktu, sebentar lagi aku pasti akan mendapatkan uangnya. Aaaaghh...â Rian berteriak kesakitan saat tangannya dipelintir.â2 minggu yang lalu kau juga berkata begitu.â Rentenir itu merampas kontak mobil dan kunci rumah milik Rian. âSita semua barang-barang di rumah ini.ââJangan, Pak. Aku mohon jangan sita mobil saya, saya pasti akan melunasi semua hutang-hutang saya.ââMau bayar pakai apa, hah? Ingat, kalau sampai 2 minggu kau belum membayar hutangmu, maka rumahmu akan aku sita.âRian hanya bisa pasrah melihat satu-persatu barang dalam rumahnya digotong keluar. Usahanya yang bangkrut membuatnya terlilit hutang pada lintah darat. Satu-satunya harapan adalah dengan menikahi Kanaya dan menguras semua hartanya, akan tetapi wanita itu sangat sulit untuk didekati.***Satu minggu kemudian, Kanaya mengantarkan Dimas ke apartemennya karena Dimas ngotot ingin pulang. Ia takut tagihan rumah sakit akan membengkak dan Dimas tidak bisa membayarnya.Begitu
âIni yang namanya musibah membawa berkah.â Dimas sangat ikhlas mendapat musibah seperti ini, jika Kanaya dan Tania bisa kembali padanya.âMaksudnya?â tanya Kanaya dengan kening berkerut.âKalau bukan karena menambrakku, mungkin kamu tidak akan mau duduk di dekatku.âKanaya mengedarkan pandangannya, atmosfir ruangan mendadak terasa panas meski AC sudah menyala. Kanaya menggigit bibir bawahnya, rasa canggung tiba-tiba merayap menyelimuti hati Kanaya.Dimas melihat makanan di atas nakas yang disediakan oleh pihak rumah sakit untuk pasien. âItu makanan untukku?âKanaya mengikuti arah mata Dimas memandang. âIya.ââAku lapar.â Dimas sengaja mengalihkan pembicaraan karena tidak mau melihat Kanaya terus larut dengan rasa bersalahnya. Kanaya mengambil makanan di laci, lalu menyodorkannya pada Dimas.âBagaimana aku bisa makan kalau kedua tanganku tidak bisa bergerak?ââBukannya cuma tangan kirimu yang cedera?â Kanaya menatap Dimas dengan tatapan memicing penuh selidik, sebab tangan Dimas yang d
âPak Dimas, anda sedang apa di sini?â pertanyaan yang terlontar dari sekurity berhasil membuyarkan lamunan Dimas.âSiapa pria yang menggendong Tania?â tanya Dimas to the point.âOh, dia Pak Rian. Temannya Tuan Ashraf.ââSuaminya Kanaya?â tanya Dimas lagi.âOh, bukan, Pak. Nyona Tania belum menikah lagi setelah berpisah dari anda.ââOk.â Perasaan lega seketika menyelimuti hati Dimas. âJangan katakan pada siapa pun kalau aku datang kemari, aku hanya ingin melihat putriku dari jauh.âSekurity tidak menanggapi permintaan Dimas, dia lebih setia pada majikan yang menggajinya tiap bulan. Dimas pergi dengan perasaan lega karena memiliki buah hati yang cantik.***âMa, benar ya tadi itu Papaku?â tanya Tania yang sangat penasaran dengan sosok Dimas karena mengaku sebagai papanya.âKamu nggak perlu tahu tentang dia. Pokoknya kamu nggak boleh dekat-dekat sama dia.ââMemangnya kenapa, Ma?ââMama nggak mau dia misahin kita, Sayang.â Kanaya memeluk Tania yang rebahan di atas ranjang dengan erat.âMa
âApa maksudmu?â Kanaya pura-pura tidak tahu maksud dari perkataan Dimas.âJangan membodohiku, aku tahu Tania adalah putriku.ââDia anakku, bukan anakmu.â Kanaya berdiri, kemudian menyembunyikan Tania di balik tubuhnya.Sikap Kanaya malah membuat Dimas semakin kesal, dia sudah berani merahasiakan kelahiran Tania dan masih ingin menjauhkannya dari Dimas.âBagaimana jika aku menuntutmu ke pengadilan karena sudah menyembunyikan kelahiran Tania dariku, lalu mengambil hak asuhnya?â Dimas menggertak Kanaya. Ia sama sekali tidak memiliki niat untuk memisahkan Kanaya dari putrinya.Kanaya tersentak kaget takut dengan ancaman Dimas. Raut wajahnya yang tegas berubah menjadi panik hingga membuat Dimas semakin yakin jika Tania adalah putri kandungnya.âDia memang anak kita âkan?â tanya Dimas lagi dengan tatapan mata memicing.Dimas memang marah karena Kanaya sudah merahasiakan kelahiran Tania darinya, tapi ia juga berharap masih memiliki kesempatan untuk kembali pada Kanaya dan bersama-sama membes