Keesokan paginya, Nurmala terbangun seorang diri di atas ranjang. Ia sudah tak melihat Alfian di sampingnya. Nurmala duduk bersandar di headboart ranjang.Pintu ruang ganti terbuka, Alfian muncul di bingkai pintu. Pria itu tampak menawan dan rapi dengan balutan baju kasual berwarna biru muda."Sudah bangun?" Alfian menatap Nurmala yang baru saja terbangun dengan wajah bantal."Kalau sudah duduk dan membuka mata berarti sudah bangun," sahut Nurmala.Alfian memberikan senyum termanisnya pada Nurmala. "Aku harus berangkat pagi sekali." Alfian menghampiri Nurmala sembari memasang arloji di pergelangan tangannya. "Kamu baik-baik di sini. Nanti kalau sudah sampai, aku akan menghubungimu.""Kamu mau berangkat sekarang?" Nurmala sangat tak rela Alfian meninggalkannya secepat ini."Iya." Alfian duduk di tepi ranjang."Hati-hati di jalan." Nurmala menunduk sambil memainkan jemarinya. Ingin sekali Nurmala menahan Alfian supaya tidak pergi meninggalkannya."Kamu mau kubawakan oleh-oleh apa?" Alf
Alfian melihat tumpukan oleh-oleh di sudut kamar yang dibelinya dalam perjalanan saat melihat toko perlengkapan bayi dan ibu hamil.Alfian membeli banyak mainan untuk anak laki-laki dan perempuan serta perlengkapan bayi. Ia juga pergi ke toko perhiasan dan membeli satu paket perhiasan untuk Nurmala. Alfian juga membeli banyak cemilan untuk Nurmala dan juga orang-orang rumah.Selama di sini Alfian terlalu sibuk, pekerjaannya selalu selesai di jam 11 sampai jam 12 malam. Biasanya Nurmala tidur jam 9 malam. Alfian tak berani menghubungi Nurmala karena takut mengganggu tidurnya.Kantuk mulai menyerang, perlahan Alfian mulai terlelap. Baru saja matanya terpejam, hp-nya tiba-tiba berdering. Dalam posisi berbaring, Alfian meraba meja mencari keberadaan hp dengan mata tertutup.Alfian membuka mata melihat nama yang tertera di layar hp, lalu menggeser simbol hijau. Alfian melirik jam beker yang bertengger di atas nakas. Sudah jam 11 malam."Ada apa?" tanya Alfian tanpa mengucap salam."Ya ampu
Malam hari pun tiba, Alfian, Roy dan Andra menghadiri pesta pernikahan temannya di masa kuliahnya di sebuah gedung. Banyak teman-temannya yang hadir di acara itu. Mereka bernostalgia, membahas masalah pekerjaan dan biduk rumah tangganya."Di antara kami semua, hanya kalian bertiga yang belum menikah. Jadi, kalian bertiga kapan akan menikah?" pertanyaan ini di tujukan pada Roy, Andra dan Alfian. Rata-rata mereka semua sudah berkeluarga, hanya Roy, Andra dan beberapa temannya yang masih lajang. Mereka mempertanyakan perihal rumah tangga Alfian, tapi dia bungkam."Kalau aku sih, santai. Masih proses mencari cinta sejati," jawab Roy."Doakan saja, orang tuaku merestui hubunganku dan pacarku. Dia gadis yang baik, tapi sayang bukan orang kaya. Aku takut keluargaku menolaknya." Andra bercerita sembari menggoyang gelas berisi jus di tangannya."Kalau kau sendiri bagaimana, Al?" Semua perhatian tertuju pada Alfan. Bukannya menjawab, Alfian hanya mengendikkan bahu.Pengantar minuman datang meng
Istri mana yang rela suaminya tidur dengan wanita lain, apalagi masih berada satu atap dengan Sang Istri."Kenapa masih berdiri di sini? Cepat sana pergi." Roy mendorong punggung Nurmala.Kaki Nurmala tak dapat bergerak, seperti terpaku di tempatnya berdiri. Rasa malu dan takut merayap ke dalam hatinya."Kelamaan." Roy menarik tangan Nurmala, menyeretnya menuju kamar Alfian."Iih, jangan tarik-tarik." Nurmala memberontak berusaha melepaskan tangan Roy yang mengcengkram tangannya dengan erat.Pria itu memasukkan diri Nurmala ke dalam kamar secara paksa kemudian mengunci pintu dari luar. Nurmala berbalik mencoba membuka pintu tapi tak bisa. Ia menggedor-gedor pintu dengan frustasi."Tolooong, buka pintunya." Nurmala berteriak, tapi pria di luar tak menghiraukan teriakannya. Sumpah, Nurmala sangat gugup. Wajahnya sudah merona membayangkan Alfian akan menyentuhnya untuk yang kedua kali. Nurmala mulai pasrah pada keadaan, ia memindai seluruh isi kamar. Namun tak dapat menemukan keberadaan
Setelah Alfian menuntaskan hasratnya, ia langsung tertidur lelap di sisi Nurmala. Nurmala meremas selimut yang menutupi dadanya, ia tidak pernah menyangka bahwa mereka berdua akan melakukan hubungan suami-istri untuk yang kedua kalinya dengan suka rela.Nurmala menoleh ke samping melihat Alfian yang tertidur dengan pulas. Ia malu mengingat kejadian barusan. Nurmala tak pernah menyangka sebelumnya, jika ia dan Alfian akan bergulat dengan suka rela.***Keesokan paginya Nurmala terbangun, pinggang dan kakinya terasa berat. Ternyata tangan dan kaki suaminya bertengger di sana, Alfian tertidur sembari memeluk istrinya. Nurmala menoleh ke samping, hidung mancungnya langsung bersentuhan dengan hidung Alfian yang runcing.Sekilas Nurmala mengecup bibir Alfian. "Ah, karena kejadian semalam aku jadi ketularan nakal. Tidak apakan, genit sama suami sendiri!" Nurmala tersenyum malu-malu.Nurmala menyingkirkan tangan Alfian dengan perlahan dari pinggangnya, lalu menyingkirkan kaki Alfian yang men
"Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi di mana, ya?" Vanessa mengemudikan mobilnya sembari berpikir dengan keras berusaha mengingat siapa Nurmala yang sebenarnya, tapi setelah berpikir cukup lama, ia tetap tidak menemukan jawaban.Setelah menempuh waktu selama hampir 1 jam di tengah kemacetan lalu lintas, mobil Vanessa sudah tiba di kantor Alfian. Sepatu hak tinggi yang ia kenakan turun dari mobil. Ia menutup pintu mobil dengan gaya congkak. Kakinya melangkah meliuk-liuk sembari membuka kaca mata dan mendorongnya naik ke atas kepala.Hampir semua mata karyawan yang melihatnya takjub dengan kecantikan yang dimiliki oleh Vanessa, wajar jika Alfian sangat tergila-gila dengannya, tapi beberapa dari mereka terutama kaum hawa mencibir melihat kesombongan yang di tonjolkan Vanessa, tapi Vanessa tak peduli, ia berpikir jika mereka semua iri dengan kesempurnaan yang dimilikinya. Vanessa berjalan melewati ruang demi ruang tak peduli dengan tatapan aneh semua orang yang terarah padanya."Dasar
FLASH BACK ONSaat pertama kali Alfian mengetahui bahwa Nurmala hamil dan ingin menggugurkan kandungannya, dia marah. Dia tak rela jika darah dagingnya akan dibunuh, tapi ketika melihat air mata dan kesedihan yang terpampang jelas di wajah Nurmala, Alfian merasa iba, rasa bersalah menggerogoti hatinya.Dia mencoba memahami apa yang dirasakan dan dialami oleh Nurmala, kenapa berniat menggugurkan kandungan? Dia korban pemerkosaan, tanpa suami dan memiliki tunangan, pasti berat bagi Nurmala menjalani hari-harinya.Alfian berniat untuk melindungi dan menebus kesalahannya pada Nurmala. Dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk membahagiakan Nurmala hingga anaknya lahir. Hal yang Alfian syukuri adalah Nurmala tak menginginkan anaknya dan tak ingin menjadi istri dari Alfian. Tentu hal ini mempermudah tujuan Alfian untuk mendapatkan hak asuh anaknya secara utuh.Namun, seiring dengan berjalannya waktu, segalanya berubah. Ketika lelaki lain mendekati Nurmala, hatinya merasa terusik. Awalnya A
Pagi-pagi sekali, Alfian pergi ke kantor tanpa berpamitan pada Nurmala.Sekarang tak ada lagi kecupan di kening Nurmala sebelum Alfian pergi bekerja. Dengan dada yang terasa sesak, Alfian pergi bekerja.Alfian memasuki kantor dengan langkah lunglai. Hidupnya tak lagi bergairah, semua terasa hambar karena penolakan Nurmala. Tekadnya untuk jujur kini sirna setelah melihat sikap Nurmala. Kini hatinya meradang sakit.Roy masuk ke dalam ruangan Alfian sembari menenteng kantong yang berisi kotak makanan. Dia melihat Alfian berdiri di menghadap dinding kaca transparan, satu tangannya masuk ke saku celananya sedangkan telapak tangannya yang lain bersandar di bingkai dinding kaca. Alfian memandangi pemandangan ibu kota dari ketinggian gedung. Tatapannya kosong, pikirannya melayang-layang pada Nurmala.Kata-kata Nurmala yang sangat menyakitkan masih terngiang-ngiang di benak Alfian. Dia merindukan senyuman manis dan wajah Nurmala yang menggemaskan.Roy meletakkan satu kotak makan dan minuman d