Share

Bab 44

Setelah mertua dan kakak iparku pergi meninggalkan aku dan juga mas Danang berdua didalam kamar.

Mas Danang masih menantapku dengan tatapan tajam.

"Kenapa kamu masih menantapku, mas? Kamu masih kurang puas, untuk menamparku? Silahkan, bilah perlu bunuh saja aku, mas."

"Bunuh aku sekarang!!" Bentak Hana pada Danang.

"Kau hanya terpengaruh dalam cerita mereka. Kau tak tahu hal sebenarnya, apa yang terjadi kau tak tahu. Lantas kenapa kau tiba-tiba menamparku!" Sambung Hana.

"Karena kau tak mau menghargai pemberian, ibu!"

"Pemberian yang mana yang harus aku hargai! Pemberian mana yang patut aku syukuri, mas! Coba katakan??"

"Ibumu, memberikanku baju bekas. Itu juga baju bekas almarhum nenekmu!" Tunjukku kepada mas Danang dengan mata berkaca-kaca.

"Aku memang miskin mas, aku memang tak punya harta seperti kamu!" Aku terus menunjuk-nunjuk mas Danang.

"Tapi aku juga punya hati. Menantu dirumah ini ada dua. Aku dan mbak Dewi, tapi kenapa mbak Dewi lebih istimewa! Dari pada aku??"

"Coba kataka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status