Pagi yang cerah disambut dengan mentari yang indah dan aku melihat suamiku Mas Danang sudah bersiap-siap untuk pergi mencari lowongan pekerjaan. Aku menyambutnya dengan senyuman yang manis dan juga menghidangkan beberapa camilan dan juga teh hangat untuk diseduh Mas Danang sebelum berangkat mencari pekerjaan. "Ini mas, teh dan camilannya." Ucapku dengan menyuguhkan camilan yang aku buat, hanya goreng pisang yang aku buat untuk Mas Danang sarapan pagi ini. Mas Danang memberikan senyuman sebelum duduk, dan kali ini aku benar-benar melihat senyum suamiku walau kami berdua sekarang mengalami masa-masa sulit untuk menitis karir. "Mas berangkat dulu ya, soalnya udah siang." "Iya mas, hati-hati dijalan!" Ucapku dengan meraih tangan Mas Danang dan mencium punggung tangannya. "Iya, doain mas ya, mudah-mudahan mas bisa mendapatkan pekerjaan, agar kita bisa hidup yang lebih layak dari pada tinggal disini!" Ucap Mas Danang. "Iya mas. Aku selalu mendoakanmu!" "Trimkasih ya, Hana. Kamu mema
Hari ini Danang dan juga Hana resmi membuka resto kecil-kecilan. Namun pembukaan pertama seperti biasanya, masih sepi belum ada pembeli. "Hana. Kenapa belum ada pembeli ya?" Ucap Danang gelisah. Hana hanya terdiam tanpa kata saat ini. "Sabar ya, mas. Ingsya'allah nanti ada pembeli. Sekarang kamu istirahat saja dulu mas. Ini juga baru jam sepuluh. Mungkin orang-orang belum ada yang tahu kalau ruko ini sudah menjadi restoran!" Ucap Hana dengan tersenyum. Tak lama kemudian resto mereka kedatangan pelanggan yang membuat Hana dan Danang tersenyum. "Mas, waktunya kita berkerja!" Ucap Hana dengan tersenyum. Danang yang melihat pelangganpun tersenyum. Pelanggan memesan berbagai makanan yang tersedia diresto Danang dan juga Hana. Danang yang mengantarkan pesanan sementara Hana yang menyiapkan semuanya. Begitu kewalahan mereka mendapatkan banyak sekali pesanan dihari pertama kalinya buka resto. Hingga waktu petang semua makanan yang mereka jual ludes diborong pembeli. Hana yang kelelaha
"Mas, aku ingin bicara denganmu?"Hana menantap suaminya yang hendak pergi."Ada apa?" Jawab Danang."Aku menyetujui yang kamu minta. Tapi aku minta kamu menepati janjimu, mas!"Danang langsung berbalik badan dan langsung tersenyum menantap Hana. Danang langsung mendekati Hana dan langsung memegang kedua tangan Hana dengan penuh senyuman."Kamu srius sayang!" Ucap Danang.Hana mengangguk dan mengedipkan matanya."Makasih Hana!" Danang memeluk tubuh Hana untuk yang pertama kalinya. Hana hanya terdiam tanpa kata.Entah kenapa rasa pelukan Danang begitu hambar dirasa Hana. Begitu tak menyentuh hatinya. Bahkan Hana juga tak dapat merasakan rasa cinta danang."Kenapa aku tak merasakan cinta dan kasih sayangmu, mas. Apakah hatiku sesakit ini untuk bisa merasakan rasa cintamu!" Hujan Hana."Ataukah kamu hanya memperalat aku, sehingga aku tak dapat merasakan rasa cinta mu padaku mas! Ini sungguh tak adil bagiku, aku hanya ingin merasakan cinta dan kasih sayang dari suamiku. Tapi kenapa aku ta
"Ibu, kita pulang saja ya. Sepertinya Danang tidak menginginkan kita datang kesini!" Ucap dewi mengelus Bu Vina memainkan rencana mereka berdua saat ini.saat mereka berdua hendak pergi tiba-tiba saja langkahnya dihentikan oleh Danang."Tunggu!" Ucap Danang.Bu Vina dan juga Dewi menghentikan langkahnya dan menoleh kearah Danang kembali."Ada apa Danang? Bukannya kamu tak menginginkan aku dan ibu datang setelah kamu sukses!" Ucap Dewi seketika."Aku bukan orang yang begitu mbak. Maafkan aku kalau aku berprilaku ketus. Mari kita masuk kedalam ruanganku dan kita mengobrol disana!" Tawar Danang."Tidak usah nak. Ibu dan mbak mu Dewi akan pulang saja. Soalnya kamu kan sekarang bekerja, jadi ibu tidak ingin menganggu konsentrasi mu!" Ucap Bu Vina."Kenapa ibu berbicara begitu?""Lain kali saja kita ketemu lagi nak!""Baiklah kalau begitu Bu, hati-hati dijalan!""Iya Danang!"Akhirnya Bu Vina pulang bersama Dewi saat ini juga. Ia kembali kerumahnya dan Dewi terheran kenapa Bu Vina tak berbi
"ibu tidak apa apa?" Tanya Dewi pada waktu itu."Tidak apa apa!" Ucap Bu Vina.Dewi membantu Bu Vina pada saat Bu Vina terjatuh akibat didorong oleh jambret."Mari duduk di sana Bu!" Ucap Dewi mencoba membantu Bu Vina yang pincang akibat terjatuh dan menahan sakit."Saya pijitin ya Bu!" Ucap Dewi menawarkan."Kamu benar benar baik. Nama kamu siapa nak?""Dewi, Bu!""Dewi dimana rumahmu, boleh tidak ibu bertemu orang tuamu!""Nampaknya ibu ini orang kaya raya dengan melihat tampilannya benar-benar modis!" Gumam Dewi menatap Bu Vina."Kenapa kamu melamun nak?""Oh iya, nama ibu Vina!"Bu Vina menyalami Dewi. Dewi tersenyum melihat Bu Vina."Kamu sudah punya pacar atau....""Saya belum punya pacar Bu, apa lagi menikah!" Jawab Dewi."Kamu mau tidak menjadi menantu, ibu!"Seketika Dewi terkejut."Tapi Bu, ibu kan belum tahu saya. Bagaimana latar belakang saya ibu tidak ingin tahu dulu??" Ucap Dewi."Tidak perlu, ibu yakin kamu juga orang yang pantas untuk menjadi menantu ibu, kamu juga bai
Bu Vina pagi pagi sekali langsung bergegas menuju keresto Hana. Entah apa yang ingin ia katakan dengan Hana sehingga pagi pagi ia sudah pergi untuk menemui Hana. Sesampainya disana ia turun dari mobil mewahnya dan kemudian masuk kedalam resto Hana tanpa permisi.Brak!Suara hempasan beserta memukul meja. Mata Hana membulat sempurna saat melihat mertuanya datang dan kemudian Hana melihat tangan mertuanya yang memegang kertas putih disana."Apa itu Bu!" Ucap Hana seketika."Nggak usah sok polos. Lebih baik kamu tanda tangan ini, dan tinggalkan Danang sekarang juga!"Deg!Ucapan tiba tiba terucap dimulut Bu Vina membuat Hana bingung serta kaget. Karena Hana tak merasa memiliki masalah dengan Danang. Namun mertuanya datang memberikan surat perceraian untuk Hana dan juga Danang."Ada apa, Bu! Kenapa saya harus tanda tangan itu semua! Saya dan mas Danang nggak ada masalah apapun!" Jawab Hana."Memang kamu tak ada masalah dengan Danang, tapi kamu punya masalah sama saya!" Mata Bu Vina meloto
Saat Hana mendekati orang itu Hana menantap heran dari atas hingga bawah orang itu. Karena wajahnya belum terlihat Hana hanya melihat lewat tubuh belakang orang itu. Hana melangkah dengan pelan-pelan."Maaf, cari siapa ya?" Tanya Hana seketika orang itu memutar badan dan Hana terkejut melihat siapa yang saat ini didepan matanya."Vi-vino!" Ucap Hana terbata.Orang yang berada didepan matanya tersenyum melihat Hana."Iya Hana, ini aku, vino!""Yaampun!" Ucap hana menutup mulutnya."Mari masuk kedalam, kita mengobrol didalam saja, sambil makan dan minum!" Ucap Hana dengan ramah. Hana mengajaknya masuk dan kemudian duduk dikursi."Kamu mau minum apa?"Vino tersenyum. "Nggak usah repot-repot!""Nggak repot kok. Mau minum apa?""Air putih saja sudah cukup!" Ucap vino pria tampan berkulit putih dengan lesung pipi yang membuatnya semakin menawan. Bahkan tubuhnya yang berpostur tinggi dan mata sipit bagaikan artis Korea. Siapa saja yang memandangnya akan jatuh hati seketika."Masa air putih.
Danang yang saat ini sedang dalam pengaruh ibunya untuk selalu menceraikan Hana. Ternyata sifat Danang yang berubah ini adalah ucapan dari ibu Danang yang membuat Danang kebingungan harus menurut atau tidak."Danang, ibu sarankan kamu bercerai dengan Hana?""Memangnya kenapa Bu, aku harus menceraikan Hana, dia salah apa?""Kamu nggak tau Hana salah apa?""Apa Bu, Danang nggak tahu, bahkan sekarang Danang bahagia dengan rumah tangga Danang. Jadi kenapa harus menceraikan dia!""Danang, sejak kamu memilih menurut dengan ayahmu itu aja udah salah dimata ibu!""Maksud ibu?""Iya, sudah sejak awal kamu menurut dengan ayahmu untuk menikah dengan Hana itu aja udah salah! Salah dan salah!""Iya salahnya dimana?""Danang, kita itu keluarga terpandang, sementara istrimu orang miskin!""Jadi mana sederajat dengan kita, beda jauh Danang. Apa kamu nggak malu sama orang-orang diluar sana, dan kamu lihat saja istrimu itu benar-benar dekil. Nggak bisa merawat diri walau udah jadi nyonya sekarang!"Dan