Cecil termangu sesaat sebelum menyahut, "Ibu, bukannya sudah kubilang berkali-kali? Aku kerja di restoran. Kenapa masih tanya?""Hais, hari ini aku nggak sengaja mendengar gosip tetangga. Mereka bilang kamu kerja di bar. Ibu cuma mau memastikan," ujar wanita tua itu.Ekspresi Cecil sontak berubah. Dia tidak menyangka kabar ini akan tersebar begitu cepat. Dia segera menenangkan diri dan berkata, "Ibu, jangan dengar omong kosong mereka.""Oh ya, hari ini bosku datang untuk menjengukmu lho." Selesai berbicara, Cecil menatap Yoga dengan tatapan memelas. Jelas, dia meminta Yoga berpura-pura menjadi bosnya.Yoga tentu memahaminya. Dia maju sambil tersenyum, lalu berjabat tangan dengan wanita tua itu dan berucap, "Bibi, aku bos Cecil. Cecil memang bekerja di restoranku. Jangan dengar gosip-gosip nggak jelas."Ketika berbicara, Yoga sekaligus memeriksa denyut nadi wanita tua itu. Dia mendapati ibu Cecil hanya kekurangan nutrisi. Hal itu yang membuat saraf optiknya lemah dan penglihatannya tida
Wanita tua itu menyuruh Cecil memapahnya supaya dia bisa membuatkan pangsit untuk Yoga. Karena Cecil dan Yoga tidak bisa membujuknya, mereka hanya bisa menuruti keinginannya.Dengan demikian, mereka membungkus pangsit dan memakannya dengan gembira. Suasana terasa sangat harmonis seolah-olah mereka adalah keluarga.Ketika melihat pemandangan yang penuh kehangatan ini, Cecil mulai berkhayal alangkah bagusnya jika dia bisa melewati momen seperti ini setiap hari. Namun, dia tahu hal seperti itu tidak mungkin terjadi.Yoga adalah bos perusahaan yang bermartabat. Mana mungkin pria seperti ini menikahi dirinya?Selesai makan, ibu Cecil berkata, "Cecil, Yoga, tempat ini nggak cocok ditinggali. Kalian menginap saja di hotel dekat sini."Cecil segera menyahut, "Nggak perlu, Bu. Pak Yoga akan pulang ke rumahnya. Aku akan tetap menemanimu di sini."Ibu Cecil menegur, "Kamu ini ada-ada saja. Kenapa memanggil pacarmu dengan sebutan pak?""Ibumu benar. Bukannya kamu biasanya memanggilku Kak Yoga? Ken
Yoga mengernyit dan bertanya, "Cecil, kenapa kamu belum tidur?"Wajah Cecil sontak memerah. Dia menjawab dengan terbata-bata, "Pak Yoga, aku ... bersedia tidur denganmu."Jantung Yoga sontak berdetak kencang. Dia menegur, "Jangan sembarangan bicara. Sebaiknya kamu tidur."Cecil seketika berlinang air mata. Dia bertanya, "Pak, apa kamu keberatan karena aku kerja di bar? Tenang saja, aku baru bekerja beberapa hari. Aku masih suci."Yoga segera menyahut, "Cecil, jangan bicara omong kosong. Aku nggak berpikiran seperti itu kok.""Jadi, kamu khawatir aku akan terus mengganggumu? Aku janji nggak bakal mengganggumu. Kalau kamu bersedia, aku bisa saja menjadi wanita simpananmu. Kalau kamu nggak mau, aku bakal menemuimu lagi lain kali. Kamu sudah memberiku bantuan besar, aku cuma bisa membalasmu dengan cara ini," ujar Cecil.Yoga merasa pusing mendengarnya. "Cecil, kalian menderita seperti ini karena perusahaanku. Sudah seharusnya aku membantumu. Jangan pikir yang aneh-aneh. Cepat istirahat san
Yoga langsung menarik tangan Cecil dan berkata, "Ikut aku."Yoga membawa Cecil turun ke lantai bawah. Di lantai bawah, Markus sedang bertransaksi dengan tamu.Tamu itu berkata, "Halo, kami datang untuk membeli barang pribadi Tuan Bimo.""Kalian mau beli barang yang mana?" balas Markus.Tamu itu menyahut, "Kudengar rambut Tuan Bimo sama efektifnya dengan obat mujarab. Beri kami beberapa helai rambutnya.""Rambut bagian atas atau bawah?" tanya Markus."Yang bawah," jawab tamu itu. Markus bertanya lagi, "Mau berapa helai?"Tamu itu menyahut, "Lima helai.""Kalau begitu, harganya 1 triliun. Tolong ditransfer," ujar Markus.Uang 1 triliun segera masuk ke rekening Markus. Markus pun tersenyum lembar. Sebelum ke kamarnya, Markus berkata, "Tunggu sebentar ya."Begitu melihat Markus, Yoga langsung memanggilnya, "Markus, apa kamu melihat ibu Cecil semalam?""Kamu nggak lihat aku sibuk berbisnis? Aku nggak punya waktu mengurus wanita tua. Aku nggak lihat," sahut Markus dengan tidak acuh.Setelah
"Mereka menekan dana kompensasi serendah mungkin. Bukan cuma nggak bisa bangun rumah, yang sakit pun nggak bisa berobat.""Wanita tua itu pasti ingin memberi uangnya untuk putrinya. Dia nggak ingin uang itu habis karena pengobatannya.""Sebenarnya tindakannya agak bodoh. Kalian masih ingat wanita yang pergi ke kantor relokasi? Dia langsung bunuh diri di sana. Uangnya pun cair."Yoga mengepalkan tangannya dengan erat. Amarah hampir membuatnya kehilangan akal sehatnya. Geng Naga ini benar-benar biadab!Kompensasi itu adalah jaminan hidup para penduduk ini. Sementara itu, Geng Naga malah tidak memberikannya. Bukankah ini sama dengan ingin membunuh para penduduk? Sampai-sampai ada yang pergi ke kantor untuk bunuh diri? Sungguh keterlaluan! Geng Naga harus mendapat ganjaran!Ketika melihat Cecil menangis tersedu-sedu, Yoga merasa tidak tega. Dia segera memeriksa denyut nadi ibu Cecil. Siapa sangka, ternyata masih ada sedikit denyutan.Yoga merasa senang. Dia segera berkata kepada Cecil, "Ce
"Yoga, kamu di mana?" tanya Ambar dengan kesal."Kenapa? Apa ada urusan?" tanya Yoga balik."Tentu saja ada! Masa aku mencarimu untuk ngobrol santai? Datang ke rumahku. Ada yang ingin kubicarakan," sahut Ambar dengan jengkel."Ya sudah, aku segera ke sana," ucap Yoga. Setelah ke rumah Karina, Yoga baru akan mencari Geng Naga untuk memberi mereka pelajaran.Segera, Yoga tiba di rumah Karina. Hanya ada Karina dan Ambar di rumah. Jelas, kedua wanita ini sedang bertengkar. Mereka duduk berjauhan dan tidak menghiraukan satu sama lain. Sarapan di atas meja juga belum habis dimakan.Karena suasana yang suram, Yoga tak kuasa merasa gugup. Dulu ketika kedua wanita ini bertengkar dan Yoga belum bercerai dari Karina, dirinya selalu terkena imbasnya.Yoga bertanya dengan hati-hati, "Bibi, Karina, ada apa?""Kamu tanyakan saja padanya," sahut Karina dengan marah. Sepertinya masalah ini lebih rumit dari yang dibayangkan Yoga.Yoga bertanya kepada Ambar, "Bibi, ada masalah apa?"Ambar menyahut dengan
Ambar tersenyum sinis dan menyindir, "Huh! Sudah kubilang kamu bakal rugi kalau nggak dengar nasihatku! Sekarang sudah kapok, 'kan?""Karina, ada masalah apa?" tanya Yoga dengan penuh perhatian.Karina menatap Ambar dan tampak ragu-ragu. Ambar berkata, "Katakan saja, apa yang terjadi? Kamu putriku. Aku nggak mungkin mengabaikanmu. Aku galak juga demi kebaikanmu."Karina berucap dengan hati-hati, "Bukan aku, tapi Gatot.""Apa? Apa yang terjadi padanya?" Ambar sontak bangkit dari sofa.Karina menyahut, "Tadi Geng Naga yang meneleponku. Mereka menculik Gatot dan minta kita menebusnya dengan uang.""Apa? Geng Naga? Astaga!" Pandangan Ambar sontak menggelap. Dia terduduk kembali di sofa."Ibu!" Karina buru-buru menghampiri dan menepuk dada Ambar untuk menenangkannya. "Jangan panik. Mereka menyuruh kita menebusnya, berarti mereka ingin uang. Mereka nggak bakal macam-macam pada Gatot. Ayo, kita pergi sekarang.""Tapi ... mereka Geng Naga. Mereka punya kekuasaan besar dan sangat kejam. Mereka
"Segera bawa kami temui Gatot.""Aku ...." Pemuda itu tidak berani banyak bicara lagi. Dia langsung membawa Yoga untuk mencari orang tersebut. Dia merasa sangat kesal.'Sialan, padahal aku ini perampok, kamu ini keluarga sandera! Memangnya kamu nggak bisa sadar diri? Baru ketemu saja sudah menamparku dua kali. Orang yang nggak tahu mungkin akan mengira kamu perampoknya!''Ini berbeda sekali dengan yang ditayangkan di drama-drama! Sialan, tunggu saja. Aku pasti akan balas dendam!' batin pemuda itu.Ambar mengalihkan pandangannya antara Yoga dan pemuda itu secara bergantian. Kemudian, dia bertanya, "Yoga, kamu punya dendam sama pemuda ini?"Yoga mengangguk dengan perlahan.Ambar langsung marah besar, "Yoga, apa mereka menangkap putraku ini ada hubungannya denganmu? Kamu yang mencelakai anakku! Pantas saja. Gatot adalah anak baik, mana mungkin dia akan menyinggung Geng Naga ...."Karina buru-buru menyergah, "Ibu, jangan banyak bicara. Sekarang ini kita masih berharap sama Yoga untuk nolon