Yoga membalas, "Oke. Aku tunggu kedatanganmu. Kalau kamu nggak datang, itu berarti kamu pecundang!"Panggilan telepon diakhiri. Yoga menendang Raja Barat Laut, lalu menghampiri para awak media dan berkata, "Dulu, kalian yang mencelakai keluarga teman baikku dengan kekuatan opini publik. Aku harus beri kalian hukuman apa?"Para awak media ketakutan setengah mati. Mereka langsung berlutut dan memohon ampun kepada Yoga."Pak Yoga, kami salah. Kami memang bodoh.""Pak Yoga, tolong beri kami kesempatan lagi. Kami bersedia menebus kesalahan kami.""Benar. Sekarang kami akan mengungkapkan kebenarannya kepada semua orang.""Kami akan mengekspos perbuatan keji Keluarga Fatah supaya reputasi mereka hancur. Nantinya mereka akan dihujat habis-habisan."Keluarga Fatah sudah terpuruk, jadi semua orang pun mulai menjatuhkan mereka. Yoga mencibir dan menegaskan, "Kalau hasilnya nggak memuaskan, aku akan habisi kalian."Semua awak media langsung mengangguk. Mereka segera memberitakan perbuatan keji Kel
Jika semua musuh itu mengincar Hagi, dia pasti akan celaka. Hagi tertawa terbahak-bahak dan berujar, "Aku cuma bercanda. Mana mungkin orang sehebat Tuan Bimo bisa menjadi saudara kami?"Hagi sengaja meninggikan suaranya saat menambahkan, "Aku nggak punya hubungan dengan Tuan Bimo. Aku bahkan nggak pernah melihatnya ...."Hagi takut di sekitar ada mata-mata musuh Bimo yang mengincarnya. Kamelia menghampiri Yoga dan berkata, "Yoga, belakangan ini kamu sangat sibuk sampai-sampai nggak sempat melaporkan kondisimu kepada kami."Yoga yang merasa bersalah menimpali, "Kak, maaf. Aku ada masalah."Kamelia menanggapi, "Oh. Kalau begitu, kita berbincang dulu. Ayo, ikut kami."Yoga merasa pusing saat melihat seniornya yang tampak cemburu. Selama ini, mereka bersaing karena Yoga. Jika Yoga mengikuti mereka, dia pasti akan dihabisi. Yoga harus menyelamatkan dirinya.Yoga buru-buru berpamitan, "Kak, Dik, aku harus hadiri rapat penting di perusahaan ...."Kamelia menyela, "Guru ketigamu buru-buru data
Beberapa pemuda yang tidak sopan datang dan berkata dengan licik, "Halo cantik, boleh nggak kami undang kalian untuk menari? Tenang saja, kami yang akan traktir kalian malam ini."Yoga merasa lucu. Ketiga wanita ini masing-masing adalah jenderal tangan besi, komando penguasa lautan, dan pemilik Restoran Floran. Semuanya adalah wanita perkasa yang kuat. Beberapa pemuda ini malah mau mengusik mereka, apa bedanya dengan cari mati?Namun tak disangka, beberapa wanita itu malah bersikap manja."Oh ya? Kalian benar-benar bisa traktir kami? Tapi aku nggak bisa nari nih. Kamu nggak keberatan, 'kan? Malam ini aku ingin mabuk apa kamu bisa penuhi keinginanku ini?"Beberapa pemuda itu tertawa semringah. "Nggak masalah sama sekali. Nggak apa-apa kalau nggak bisa nari, aku bisa ajarin kamu.""Mau mabuk ya? Kami akan turuti keinginanmu. Malam ini kita nggak akan pulang sebelum mabuk.""Benar, semua harus mabuk!"Yoga hanya terdiam. Entah apa lagi yang direncanakan beberapa kakak seniornya ini untuk
"Kalau kamu nggak berkelahi demi kami, bukannya sia-sia saja kami datang ke bar ini?"Yoga terdiam. Logika macam apa ini? Entah siapa yang menyusun strategi seaneh ini?Roselia menggoda pria lain lagi, "Ganteng, mau nari nggak .... Adik juniorku ini mungkin akan berkelahi lagi ...."Tidak ada yang berani menanggapinya. Yoga buru-buru mencegah Roselia, "Kak, jangan bercanda lagi. Sebaiknya kita duduk dan minum saja."Baru saja beberapa orang itu duduk, terdengar sebuah suara tamparan yang nyaring, diikuti dengan suara makian. Mereka langsung menoleh ke arah datangnya suara.Tidak jauh dari sana, terlihat seorang wanita berkostum kelinci yang tidak sengaja menumpahkan anggur ke tubuh seorang tamu pria bertubuh gemuk. Pria gemuk itu marah besar, lalu menampar wanita berkostum kelinci tanpa ragu-ragu.Wajah wanita berkostum kelinci itu tampak meninggalkan bekas telapak tangan yang merah. Dia terjatuh di lantai dengan sudut bibir yang meneteskan darah. Pria gemuk itu masih tidak puas dan te
Wanita berkostum kelinci itu menatap manajer bar dengan tak berdaya, berharap mendapatkan pertolongan darinya.Manajer itu berkata, "Kak, kalau kamu mau wanita, aku bisa atur 10 atau 20 orang untukmu. Dijamin semuanya berkualitas bagus. Nggak pantas menghabiskan 400 juta untuk mendapatkan wanita kampungan begini."Pria gemuk menyanggah, "Seperti yang kubilang sebelumnya, ganti rugi uang atau temani aku sebulan."Manajer bar itu memandang gadis berkostum kelinci. "Cecil, kamu sudah lihat sendiri, 'kan? Aku sudah berusaha. Kalau nggak mau temani Kak Gemuk, terpaksa harus ganti rugi."Cecil menangis tersedu-sedu, "Tapi Pak, mana mungkin aku punya uang untuk ganti rugi."Manajer bar berkata, "Bukannya kamu punya kompensasi untuk penggusuran rumah? Katanya, nominalnya hampir 600 juta? Langsung ganti rugi ke Kak Gemuk saja sudah beres, 'kan?"Cecil semakin kesulitan. "Pak, dananya belum turun sampai sekarang. Apalagi, ibuku juga sedang menunggu dana itu untuk berobat. Kalau aku pakai uang it
"Tenang saja," kata Yoga.Bawahan si Gemuk hendak menarik wanita berkostum kelinci itu ke lantai dua dengan paksa. Wanita itu tidak berdaya melawan mereka.Yoga berteriak membentaknya, "Lepaskan dia!"Semua orang langsung menoleh ke arahnya. Beberapa bawahan yang menarik gadis itu juga marah saat melihat Yoga. "Kak Gemuk, si berengsek ini yang memukul kami tadi."Beberapa bawahannya itu tak lain adalah pemuda yang memaksa ingin menggoda Kamelia dan dua wanita lainnya.Si Gemuk tersenyum sinis menatap Yoga. "Nak, cepat pergi. Nggak usah ikut campur. Enyah dari hadapanku dalam waktu tiga detik. Aku bisa lupakan kejadian kamu memukul bawahanku."Yoga berjalan selangkah demi selangkah mendekati wanita berkostum kelinci. "Kuhitung sampai tiga, lepaskan dia. Tiga, dua ...."Beberapa pemuda itu langsung melepas wanita itu. Mereka sadar bahwa mereka tidak sanggup melawan Yoga, jadi tidak mungkin mereka akan menghadapi situasi yang tidak menguntungkan ini. Biar saja bos mereka yang menangani si
Si Gemuk melihat Yoga sekilas, lalu berkata, "Nak, berani nggak sebutin namamu?"Yoga langsung menjawab dengan terus terang, "Yoga."Si Gemuk menyampaikannya kepada Jenny, "Namanya Yoga. Hm? Yoga? Namanya sama kayak perusahaan kita."Jenny juga tertegun. "Yoga? Kenapa aku nggak tahu ada karyawan bernama Yoga di perusahaan kita? Sepertinya itu nama bosnya bos kita."Jantung si Gemuk langsung berdegup kencang dan melihat penampilan Yoga. Setelah itu, dia mengejeknya, "Jangan bercanda. Penampilan bocah ini kelihatannya miskin sekali. Kalau dia benaran bosnya bos kita, aku akan lakukan siaran langsung sambil makan kotoran."Jenny juga tertawa. "Ya, bos kita punya banyak wanita cantik di sekitarnya. Semuanya lebih cantik ratusan bahkan ribuan kali lipat daripada wanita di bar. Mana mungkin dia akan ke tempat seperti itu?"Si Gemuk menarik Kesimpulan, "Kalau begitu, sepertinya ini cuma orang yang nyamar jadi karyawan Grup Yoga. Oke, aku akan langsung beri pelajaran sama orang ini saja."Yoga
Yoga menyeka keringat dingin di dahinya dengan jantung berdebar-debar. Yoga mulai menyesal mengapa dia banyak bicara dengan si Gemuk itu. Bukankah semuanya akan selesai jika dia menghajarnya begitu saja?Yoga melemparkan tatapan nanar kepada si Gemuk. Semua gara-gara orang ini yang membuatnya celaka!Suasana menjadi hening seketika. Semua orang menatap Yoga dengan terkejut dan hati yang bergolak. Ternyata pemuda yang tampak biasa-biasa saja ini, benar-benar bos besar di balik Grup Yoga.Kedua presdir cantik dari Grup Yoga, sekaligus wanita tangguh yang terkenal di Kota Panawa, mengakui secara langsung bahwa mereka adalah wanitanya .... Setelah memiliki dua wanita cantik itu, Yoga malah masih belum puas. Dia masih saja membawa tiga wanita cantik ini ke bar ... bikin iri saja!Perbandingan seperti ini membuat semua orang cemburu.Si Gemuk yang hanya merupakan manajer untuk departemen relokasi ini malah mau memecat bos besar Grup Yoga? Benar-benar lelucon besar!Si Gemuk sadar bahwa dirin
Namun sekarang, Farel malah terjebak di sebuah dunia rahasia dan akan dibunuh oleh Yoga. Dia tidak bisa menerima kenyataan tersebut.Farel telah memikirkan banyak bahaya dan peluang dalam hidupnya, tetapi tak satu pun dari skenario tersebut termasuk dibunuh oleh Yoga. Hanya saja, sekarang tangan keponakannya sudah bergerak dan perlahan mendekati dahinya."Jangan! Jangan!" seru Farel dengan putus asa. Suaranya penuh dengan rasa sakit dan kepanikan. Teriakan ketidakrelaan itu menggema di udara. Bahkan, tubuhnya memancarkan energi kuat dalam upaya perlawanan terakhir.Beberapa saat kemudian, semuanya berhenti begitu saja. Yoga menatap dingin ke tubuh tak bernyawa Farel. Dia menghela napas pelan, seolah-olah beban beratnya telah terangkat. Akhirnya, masalah ini selesai juga.Sesuai rencana, yang harus dilakukan Yoga sekarang hanyalah meninggalkan dunia rahasia ini. Segala hal yang terjadi di sini tidak akan ada hubungannya lagi dengan dirinya, asalkan Luna menjalankan rencana seperti yang
Jaring Langit dan Bumi memiliki hubungan yang sangat erat dengan Farel. Bisa dibilang mereka saling tergantung dan saling mendukung.Itu sebabnya, Jaring Langit dan Bumi bisa digunakan dengan sangat fleksibel olehnya tetapi tetap menunjukkan kekuatan yang luar biasa.Namun, kini jaring itu dihancurkan secara langsung oleh Yoga dengan cara yang brutal dan kasar. Akibat kehancuran tersebut, Farel hampir kehilangan nyawanya karena reaksi balik yang ditimbulkan.Kini, Farel berseru marah, "Kenapa? Kenapa kamu punya kekuatan sebesar ini?""Jangan tanya alasannya. Pergilah, tanyakan pada anakmu di sana nanti!" ucap Yoga sambil tersenyum meremehkan, lalu langsung menusuk titik lemah Farel.Ucapan Yoga mengingatkan Farel akan anaknya. Dia pun mengancam dengan nada dingin, "Yoga, kamu nggak boleh membunuhku! Kalau aku mati, ibumu pasti akan jadi target Keluarga Husin. Kamu tahu betul, akibatnya akan lebih besar dari yang bisa kamu kendalikan!"Sementara itu, pikiran Farel mulai berputar. Dia me
Dengan kecepatan yang bisa dilihat dengan mata, benang-benang itu segera mengurung Yoga. Yoga pun tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri lagi."Hahaha. Bagus. Biar kamu melihat kematianmu sendiri, pasti akan sangat menakutkan, 'kan? Tempat ini akan menjadi kuburanmu, matilah!" kata Farel sambil mengendalikan benang-benang itu untuk terus menyusut.Krak krak krak krak.Benang-benang itu makin kencang dan bahkan memotong gunung dan dinding-dindingnya. Seluruh makam pun mulai berguncang, seolah-olah akan hancur total.Yoga bertanya, "Kamu benar-benar nggak punya cara ya?"Bimo menjawab, "Aku pernah mendengar orang itu punya bakat yang luar biasa dan tegas dalam membunuh, jadi nggak ada orang yang bisa selamat dari teknik Jaring Langit Bumi ini."Yoga kembali berkata, "Kalau aku mati dan tubuhku hancur, kesempatanmu untuk menguasaiku pun akan hilang."Bimo langsung terdiam, sepertinya perkataan Yoga ini menyentuh titik kelemahannya. Setelah terdiam cukup lama, dia akhirnya hanya b
"Kamu bisa menghindar sekali, tapi kamu pikir kamu bisa menghindar dari semua serangan berikutnya?" kata Farel sambil tertawa terbahak-bahak dan penuh semangat. Dia yakin serangan ini bisa membunuh Yoga."Ini benar-benar merepotkan," kata Yoga sambil mengernyitkan alisnya karena tidak menyangka orang ini bisa mendapatkan kesempatan seperti ini. Bukan hanya bisa menjadi kultivator jenderal, Farel juga memiliki teknik seperti ini. Apakah Farel ini anak beruntung yang legendaris? Dia menyipitkan mata dan berpikir hari ini dia harus membunuhnya meskipun Farel adalah protagonisnya.Boom!Aura dalam tubuh Yoga terus meningkat dan perlahan-lahan menuju level kultivator jenderal. Seluruh lorong itu seolah-olah akan dihancurkan kekuatan yang luar biasa itu. Dinding-dinding runtuh dan berbagai benda di dalamnya terlempar jauh.Pada saat itu, ekspresi Farel terlihat sangat terkejut, lalu matanya membelalak dan menatap Yoga dengan bingung. Tingkat kekuatan yang terpancar dari Yoga membuat Farel be
Bukankah Yoga hanya memiliki kekuatan seorang kultivator prajurit? Tidak mungkin, ini pasti tidak mungkin.Saat ini, Yoga kembali mendekat dan menatap Farel dengan ekspresi yang datar.Hanya dengan gerakan kecil ini saja, Farel langsung terkejut hingga tubuhnya bergetar dan mundur beberapa langkah. Perasaan ketakutan ini membuat ekspresinya menjadi makin muram dan menggertakkan giginya dengan kuat. Dia berpikir dia tidak boleh seperti ini karena dia bukan kultivator prajurit lagi, melainkan seorang kultivator jenderal. Mengapa dia harus takut pada Yoga?Saat terus meyakinkan dirinya, emosi Farel makin meningkat dan amarah di hatinya makin membara. "Kamu hanya mengandalkan ada harta karun saja. Kalau nggak, kamu pasti bukan tandinganku."Setelah mengatakan itu, Farel pun tidak menahan dirinya lagi. Energi yang sangat kuat di seluruh tubuhnya langsung menyembur keluar dan menerjang depan sampai pakaiannya pun berkibar."Kecuekan manusia adalah hal yang paling konyol dan juga penyebab keg
"Seharunya nggak ada masalah, perasaanmu pasti salah. Pasti begitu," kata Sutrisno dengan tatapan penuh ketakutan dan menatap lorong yang dalam itu dengan bengong. Dia juga tidak percaya bisa terjadi perubahan yang begitu mengerikan. Bagaimana bisa Farel itu mencapai kultivator jenderal?Mata Winola bergetar dan ekspresinya terlihat panik. Dia tidak bisa menahan diri lagi, sehingga segera berbalik dan pergi."Kamu mau ke mana?" tanya Sutrisno yang terkejut dan segera menahan Winola agar tidak pergi."Lepaskan aku! Lepaskan aku! Aku harus pergi mencari dia, harus sekarang juga," kata Winola yang merasa gelisah dan cemas hingga memberontak dengan panik. Dia tidak bisa menerima fakta dia harus bersembunyi, sedangkan Yoga harus menghadapi risiko sendirian. Saat itu, hatinya benar-benar merasa kacau."Kamu gila ya? Kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan? Apa ada gunanya kamu pergi ke sana? Itu adalah kekuatan kultivator jenderal, kamu hanya akan mati dan menjadi beban Yoga," teriak Sutrisno
Sutrisno dan Winola langsung menganggukkan kepala, lalu segera berlari ke ruang makam di depan.Tanpa adanya beban yang mengganggu, pandangan Yoga perlahan-lahan beralih ke arah Farel. Kali ini, tempat ini akan menjadi tempat untuk mengakhiri dendam antara dia dan Farel."Serang!" teriak Yoga sambil mengentakkan kakinya dan langsung menyerang. Aura yang tajam di sekitar pun menghantam tubuhnya, tetapi hanya pakaiannya yang koyak-koyak. Sementara itu, tubuhnya sendiri tetap seperti semula, tidak terluka sedikit pun."Apa-apaan ini? Kamu pakai senjata ajaib tingkat jumantara sebagai pelindung?" tanya Farel yang langsung terkejut. Selain itu, dia tidak bisa memikirkan alasan lain. Bagaimana mungkin serangannya yang begitu kuat malah tidak melukai Yoga sedikit pun?"Huh! Untuk apa aku pakai benda seperti itu?" kata Yoga dengan cuek. Kekuatan fisiknya sudah mencapai tingkat yang tidak bisa dipahami oleh orang biasa. Bagaimana mungkin kekuatan seorang kultivator jenderal bisa menyakitinya?
"Apa hebatnya kultivator prajurit itu? Tapi, kamu nggak perlu tahu soal itu, kamu hanya perlu tahu kamu akan mati di sini," kata Yoga dengan aura membunuh yang menyebar dan perlahan-lahan mendekati Farel dengan langkah yang sangat berat."Kamu berani membunuhku?" teriak Farel dengan marah dan mata yang membelalak."Kenapa kalau aku membunuhmu?" kata Yoga dengan senyuman yang menyindir."Ibumu pun nggak berani menyentuhku, kamu malah berani membunuhku? Kalau dia tahu, kamu pasti akan menerima akibatnya. Apalagi kalau Keluarga Husin yang tahu masalah ini, ibumu akan mendapat masalah," ancam Farel dengan segera. Seperti sebelumnya, Yoga sebenarnya bisa membunuhnya. Namun, Ayu menghentikannya, sehingga Yoga tidak bisa bergerak.Namun, Yoga tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Dia menunjuk pada Sutrisno dan berkata sambil tersenyum, "Keluarga Salim yang merupakan salah satu dari empat keluarga besar di dunia kultivator kuno pun kamu berani membunuh. Bukankah tadi kamu sendiri yang mengatakan a
Yoga menunjuk ke satu arah dan berkata dengan tenang, "Sudah mati. Pergi lihat saja sendiri, sekalian ikut mati di sana.""Apa?"Farel menjadi makin marah karena dia tidak bisa menerima kenyataan itu dan memerintahkan kultivator prajurit lainnya, "Bunuh dia!"Ekspresi kultivator prajurit itu menjadi serius dan merasa sangat tegang. Dia menatap Yoga, tetapi dia tidak bisa melihat dengan jelas kekuatan lawannya itu. Seolah-olah ada lapisan kabut tipis yang menyelimuti sosok Yoga."Kamu nggak mungkin bisa membunuh mereka. Hari ini aku akan melihat sendiri apa yang sebenarnya telah terjadi," kata kultivator prajurit itu dengan dingin dan langsung menyerang Yoga. Tidak ada yang percaya Yoga memiliki kekuatan untuk melawan seorang kultivator prajurit."Huh!" Yoga tersenyum dingin dan tatapannya terlihat menyindir. Menghadapi serangan lawan, dia tidak menghindar dan hanya berdiri di tempat dengan diam. Seolah-olah, dia sengaja menunggu lawannya menyerang."Matilah!" teriak kultivator prajurit