Share

Bab 885

Penulis: Vodka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-30 18:00:00
"Ah! Sakit .... Yoga, kenapa kamu datang ke sini? Cepat pergi!" teriak Markus.

Yoga mengerutkan alisnya. Dia tidak menyangka Markus akan mengusirnya. Dia bertanya, "Markus, apa maksudmu ini?"

"Kamu nggak ngerti? Kehadiranmu nggak disambut di sini. Pergi sana!" terik Markus.

Yoga berkata, "Bagaimanapun, aku ini tamu. Kenapa kalian perlakukan tamu begini?"

"Tamu?" Markus bertanya, "Tamu apanya? Tamu pembawa maut? Memangnya kamu nggak tahu kondisimu sekarang? Kenapa nggak bersembunyi malah keluar untuk mencelakai orang? Apa niatmu?"

Yoga bertanya, "Oh ya? Memangnya bagaimana kondisiku? Aku benar-benar nggak tahu."

Markus berkata, "Sejujurnya saja, sekarang kabar tentang Bimo muncul kembali di dunia ini sudah tersebar di seluruh dunia bela diri. Semua kultivator mengincarmu, termasuk pihak berkuasa dari kultivator kuno."

"Sekarang ini kamu seperti bom waktu. Ke mana pun kamu pergi, bisa meledak setiap saat. Mengerti? Penginapan kecilku ini nggak sanggup menerima bencana darimu."

Yoga sonta
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 886

    Wanita itu berkata, "Kami mencari Tuan Bimo untuk mendiskusikan hal penting. Kalau menghalangi kami, kamu nggak akan bisa tanggung akibatnya. Tolong minggir, biar aku yang cari dia sendiri."Markus memarahinya, "Kamu ini nggak ngerti bahasa manusia ya? Sudah kubilang nggak ada Tuan Bimo di sini ...."Yoga langsung mengenali pemilik suara itu. Bukankah orang itu adalah pasangan perjodohan yang ditetapkan oleh ayah kandungnya, Winola? Konon, dia adalah putri dari salah satu keluarga kultivator kuno terbesar.Demi membatalkan perjodohan dengan Yoga, wanita ini bahkan mengutus Leluhur Jahanam Langit untuk membunuhnya. Untungnya, Yoga bernasib mujur. Bukan hanya tidak terjatuh di Gunung Sakura, sekarang dia malah beruntung mendapatkan peluang besar.Apa yang hendak dilakukan wanita ini mencari Bimo?Setelah berpikir keras, Yoga memutuskan untuk menjumpainya. Yoga menenangkan dirinya, lalu berpakaian serba hitam dan berjalan ke lantai bawah."Siapa yang cari aku?" tanya Yoga sambil mendengus

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 887

    Yoga berkata, "Kekuasaanmu nggak cukup? Kalau begitu, utus orang yang punya cukup kekuasaan."Winola bergegas menjelaskan, "Tuan Bimo jangan salah paham. Keluarga Bramasta mengutusku ke sini bukan karena nggak mementingkan masalah ini.""Hanya saja, Tuan juga tahu, ada sebuah pembatas antara dunia fana dan dunia kultivator kuno. Ahli dari Keluarga Bramasta nggak boleh melewati pembatas itu sembarangan, jadi ...."Markus menyela, "Nggak usah dilanjutkan lagi, orangnya sudah pergi."Winola baru mendongak dan menyadari Bimo telah kembali ke kamarnya. Dia merasa tidak rela, sehingga terpaksa berkata, "Tuan Bimo, aku akan pulang untuk menyampaikan hal ini dan menyuruh petinggi Keluarga Bramasta untuk mengunjungi Tuan langsung."Markus berkata, "Nggak ada gunanya. Kalaupun tetua Keluarga Bramasta datang mengunjunginya langsung, belum tentu dia mau kerja sama dengan kalian."Winola menatap Markus dengan marah dan bertanya, "Apa maksudmu?"Markus menjawab, "Sesuai yang kubilang tadi. Tapi, aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 888

    Saingan cinta? Yoga bertanya dengan kebingungan, "Saingan cinta apanya? Saingan dari mana?"Agnes berkata, "Ceritanya agak rumit, nggak bisa dijelaskan dengan singkat. Aku juga nggak bisa jelaskan dengan rinci.""Kalau begitu, naik ke sini untuk cerita," perintah Yoga."Oke!" Agnes menutup telepon, lalu berkata kepada pemuda itu, "Tunggu sebentar, aku lapor ke Tuan Bimo dulu."Pemuda itu akhirnya menunjukkan sedikit sopan santun, "Terima kasih."Agnes pergi ke kamar Yoga. Yoga yang sudah tidak sabaran pun bertanya, "Agnes, kamu bilang dia adalah saingan cintaku? Dia mau dekatin Karina atau Nadya?"Agnes menggeleng, "Bukan keduanya."Yoga bertanya, "Lalu siapa?"Agnes menjawab, "Winola.""Winola?" Yoga terdiam sejenak, "Aku nggak punya hubungan apa pun sama Winola. Kenapa dia bisa jadi saingan cintaku?"Agnes berkata, "Mungkin kamu nggak nganggap dia sebagai saingan, tapi dia pasti menganggapmu sebagai saingan nomor satu."Yoga mulai tertarik. "Oh ya? Ceritakan lebih lanjut."Agnes menj

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 889

    Yoga bertanya, "Aku selalu menepati janjiku. Apa pantas kamu menyuruhku ingkar janji?""Ini ...." Sutrisno merasa kesulitan.Yoga mengingatkannya, "Sejujurnya, aku lebih berharap bisa kerja sama dengan Keluarga Salim, tapi nggak enak hati ingkar janji. Kalau kamu bisa membuat Keluarga Bramasta berinisiatif membatalkan kerja sama denganku, bahkan ... menghancurkan mereka. Berarti bukan aku yang ingkar janji."Sutrisno langsung memahami maksudnya, "Aku mengerti, Tuan Bimo. Tunggu saja kabar baik dariku.""Ya," ucap Yoga sambil tersenyum. "Kamu cukup pintar juga."Setelah Sutrisno pergi, dia langsung memberi perintah pada anggota Keluarga Salim. Tidak peduli apa pun yang terjadi, mereka harus membinasakan Keluarga Bramasta.Dengan musnahnya Keluarga Bramasta, peluang untuk bekerja sama dengan Bimo akan jatuh di tangan Keluarga Salim. Selain itu, dia juga bisa sekalian mendapatkan Winola. Sekali mendayung, dua pulau terlampaui.Yoga tersenyum dingin, 'Winola, kamu berulang kali ingin membu

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 890

    Widya merasa kesulitan. "Ini dimasak Lili untuk menghargaimu, mana boleh aku meminumnya?"Nada bicara Ayu mulai serius, "Kamu sudah bekerja keras, sudah sepantasnya minum sesuap." Setelah berkata demikian, Ayu menyodorkan sup jamur itu kepadanya. Intan dan Lili yang melihat adegan ini mengerutkan alis dengan kebingungan.Mereka baru menyadari bahwa sup jamur ini mungkin bermasalah. Apakah Bu Widya telah menaruh sesuatu pada sup jamur itu? Wajah Intan langsung menjadi muram. Dia sangat setia terhadap Ayu, mana mungkin bisa bersabar melihat ada yang ingin mencelakai Ayu?Intan berkata dengan nada dingin, "Bu Widya, ini adalah niat baik Nona. Kamu nggak boleh menyia-nyiakannya. Minumlah sup ini.""Baiklah!" Melihat dirinya tidak bisa lagi menolak, Widya terpaksa menerima sup itu. Dia berpura-pura meminumnya, tiba-tiba langsung menyiramkannya ke arah Ayu saat mangkuk itu baru saja hendak menyentuh bibirnya. Setelah itu, Widya mencari kesempatan untuk melarikan diri dari jendela.Ayu langsu

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 891

    Lili bergegas menelepon Karina.Pada saat bersamaan, di makam Keluarga Kusuma. Yoga melihat makamnya sendiri dengan perasaan hampa. Bagaimana rasanya merokok di hadapan makam sendiri?Yoga membuang puntung rokok dan mengumpat keras, "Bimo sialan, kamu membuat hidupku berantakan! Kalau bukan gara-gara kamu, memangnya aku bisa sampai nggak punya tempat untuk pulang dan nggak bisa menjumpai keluargaku?Yoga membuat kesadaran roh Bimo kesal. "Bajingan. Kalau bukan karena aku, kamu masih disiksa di kawah lava gunung berapi sekarang. Padahal aku sudah menolongmu. Bukannya berterima kasih, kamu malah nyalahin aku dan menekan kesadaran rohku. Kamu benar-benar pantas mati!"Yoga membalas, "Lebih baik mati daripada hidup seperti ini."Bimo memaki, "Dasar nggak tahu balas budi! Akan kuhabisi kamu!"Yoga menghardik, "Kamu saja nggak punya badan sekarang, cuma tersisa sedikit kesadaran roh, mau bagaimana menghabisiku? Sudah, tidur sana! Berisik sekali!""Kamu ....""Aku ...."Ucapan Yoga benar-bena

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 892

    Saat ini, suasana terasa sangat hening. Keheningan ini berlangsung sekitar hampir dua jam lebih. Namun tiba-tiba, ponsel Karina berdering. Peneleponnya adalah Lili.Setelah menjawab panggilan itu, terdengar Lili bertanya dengan panik, "Kak, di mana kalian sekarang? Lagi di kantor nggak?"Karina menjawab, "Nggak. Aku dan Nadya mengunjungi makam Yoga. Kenapa, Lili? Nada bicaramu sepertinya cemas sekali."Lili bergegas berkata, "Kak, kalian cepat ke rumahku. Mungkin kalian dalam bahaya.""Hm?" Karina mengernyitkan alisnya. "Lili, ada apa sebenarnya?"Lili menjawab, "Musuh kakakku dulu mengutus mata-mata di sekitar kalian. Setelah Kakak meninggal, mereka mau menghabisi kalian."Karina sontak menjadi tegang. "Oke, kami ke sana sekarang."Setelah menutup telepon, Karina menarik Nadya dan berlari ke arah mobil mereka. Setelah masuk ke mobil, Karina berkata dengan panik, "Pak, kita ke Perusahaan Farmasi Abadi sekarang."Namun, sopirnya malah tidak bereaksi sama sekali dan tidak menyalakan mesi

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 893

    Karina dan Nadya segera tiba di Perusahaan Farmasi Sehat Abadi. Karina memapah Nadya sambil berlari masuk dan memanggil, "Tolong, ada yang terluka. Cepat bawakan obat luka terbaik di sini ...."Ketika Ayu dan Lili melihat Nadya yang terluka, mereka sontak merasa cemas. Kemudian, mereka segera mengambilkan obat terbaik dan membantunya membalut luka.Karina tampak sangat khawatir. Hal ini membuat Lili dan Intan merasa heran. Bukankah kedua wanita ini terus berselisih karena Yoga? Lantas, mengapa sekarang mereka malah terlihat seperti sahabat? Mata Karina sampai berkaca-kaca seperti ingin menangis.Sesaat kemudian, luka Nadya selesai dibalut. Karina memapahnya dengan hati-hati dan berucap, "Maaf, Nadya. Kamu terluka gara-gara aku. Aku janji akan merawatmu sampai lukamu sembuh. Aku juga akan membantumu mengurus perusahaanmu.""Nggak apa-apa. Aku yakin kamu juga akan melakukan hal yang sama kalau di posisiku," hibur Nadya sambil tersenyum."Ya." Karina mengangguk.Ayu menatap kedua wanita i

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1183

    Bukankah Yoga hanya memiliki kekuatan seorang kultivator prajurit? Tidak mungkin, ini pasti tidak mungkin.Saat ini, Yoga kembali mendekat dan menatap Farel dengan ekspresi yang datar.Hanya dengan gerakan kecil ini saja, Farel langsung terkejut hingga tubuhnya bergetar dan mundur beberapa langkah. Perasaan ketakutan ini membuat ekspresinya menjadi makin muram dan menggertakkan giginya dengan kuat. Dia berpikir dia tidak boleh seperti ini karena dia bukan kultivator prajurit lagi, melainkan seorang kultivator jenderal. Mengapa dia harus takut pada Yoga?Saat terus meyakinkan dirinya, emosi Farel makin meningkat dan amarah di hatinya makin membara. "Kamu hanya mengandalkan ada harta karun saja. Kalau nggak, kamu pasti bukan tandinganku."Setelah mengatakan itu, Farel pun tidak menahan dirinya lagi. Energi yang sangat kuat di seluruh tubuhnya langsung menyembur keluar dan menerjang depan sampai pakaiannya pun berkibar."Kecuekan manusia adalah hal yang paling konyol dan juga penyebab keg

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1182

    "Seharunya nggak ada masalah, perasaanmu pasti salah. Pasti begitu," kata Sutrisno dengan tatapan penuh ketakutan dan menatap lorong yang dalam itu dengan bengong. Dia juga tidak percaya bisa terjadi perubahan yang begitu mengerikan. Bagaimana bisa Farel itu mencapai kultivator jenderal?Mata Winola bergetar dan ekspresinya terlihat panik. Dia tidak bisa menahan diri lagi, sehingga segera berbalik dan pergi."Kamu mau ke mana?" tanya Sutrisno yang terkejut dan segera menahan Winola agar tidak pergi."Lepaskan aku! Lepaskan aku! Aku harus pergi mencari dia, harus sekarang juga," kata Winola yang merasa gelisah dan cemas hingga memberontak dengan panik. Dia tidak bisa menerima fakta dia harus bersembunyi, sedangkan Yoga harus menghadapi risiko sendirian. Saat itu, hatinya benar-benar merasa kacau."Kamu gila ya? Kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan? Apa ada gunanya kamu pergi ke sana? Itu adalah kekuatan kultivator jenderal, kamu hanya akan mati dan menjadi beban Yoga," teriak Sutrisno

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1181

    Sutrisno dan Winola langsung menganggukkan kepala, lalu segera berlari ke ruang makam di depan.Tanpa adanya beban yang mengganggu, pandangan Yoga perlahan-lahan beralih ke arah Farel. Kali ini, tempat ini akan menjadi tempat untuk mengakhiri dendam antara dia dan Farel."Serang!" teriak Yoga sambil mengentakkan kakinya dan langsung menyerang. Aura yang tajam di sekitar pun menghantam tubuhnya, tetapi hanya pakaiannya yang koyak-koyak. Sementara itu, tubuhnya sendiri tetap seperti semula, tidak terluka sedikit pun."Apa-apaan ini? Kamu pakai senjata ajaib tingkat jumantara sebagai pelindung?" tanya Farel yang langsung terkejut. Selain itu, dia tidak bisa memikirkan alasan lain. Bagaimana mungkin serangannya yang begitu kuat malah tidak melukai Yoga sedikit pun?"Huh! Untuk apa aku pakai benda seperti itu?" kata Yoga dengan cuek. Kekuatan fisiknya sudah mencapai tingkat yang tidak bisa dipahami oleh orang biasa. Bagaimana mungkin kekuatan seorang kultivator jenderal bisa menyakitinya?

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1180

    "Apa hebatnya kultivator prajurit itu? Tapi, kamu nggak perlu tahu soal itu, kamu hanya perlu tahu kamu akan mati di sini," kata Yoga dengan aura membunuh yang menyebar dan perlahan-lahan mendekati Farel dengan langkah yang sangat berat."Kamu berani membunuhku?" teriak Farel dengan marah dan mata yang membelalak."Kenapa kalau aku membunuhmu?" kata Yoga dengan senyuman yang menyindir."Ibumu pun nggak berani menyentuhku, kamu malah berani membunuhku? Kalau dia tahu, kamu pasti akan menerima akibatnya. Apalagi kalau Keluarga Husin yang tahu masalah ini, ibumu akan mendapat masalah," ancam Farel dengan segera. Seperti sebelumnya, Yoga sebenarnya bisa membunuhnya. Namun, Ayu menghentikannya, sehingga Yoga tidak bisa bergerak.Namun, Yoga tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Dia menunjuk pada Sutrisno dan berkata sambil tersenyum, "Keluarga Salim yang merupakan salah satu dari empat keluarga besar di dunia kultivator kuno pun kamu berani membunuh. Bukankah tadi kamu sendiri yang mengatakan a

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1179

    Yoga menunjuk ke satu arah dan berkata dengan tenang, "Sudah mati. Pergi lihat saja sendiri, sekalian ikut mati di sana.""Apa?"Farel menjadi makin marah karena dia tidak bisa menerima kenyataan itu dan memerintahkan kultivator prajurit lainnya, "Bunuh dia!"Ekspresi kultivator prajurit itu menjadi serius dan merasa sangat tegang. Dia menatap Yoga, tetapi dia tidak bisa melihat dengan jelas kekuatan lawannya itu. Seolah-olah ada lapisan kabut tipis yang menyelimuti sosok Yoga."Kamu nggak mungkin bisa membunuh mereka. Hari ini aku akan melihat sendiri apa yang sebenarnya telah terjadi," kata kultivator prajurit itu dengan dingin dan langsung menyerang Yoga. Tidak ada yang percaya Yoga memiliki kekuatan untuk melawan seorang kultivator prajurit."Huh!" Yoga tersenyum dingin dan tatapannya terlihat menyindir. Menghadapi serangan lawan, dia tidak menghindar dan hanya berdiri di tempat dengan diam. Seolah-olah, dia sengaja menunggu lawannya menyerang."Matilah!" teriak kultivator prajurit

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1178

    Farel tersenyum dengan sangat sombong. Dia mengira Sutrisno dan Winola bisa datang ke sini karena melarikan diri. Sementara itu, Yoga sudah ditangkap dan dibunuh dengan kejam oleh tiga kultivator prajurit itu."Farel, aku ini tuan muda Keluarga Salim, kamu cari mati atau ingin membawa bencana bagi Keluarga Husin?" kata Sutrisno dengan nada dingin dan melangkah maju. Bagaimanapun juga, Keluarga Salim adalah keluarga nomor satu di dunia kultivator kuno, sehingga Keluarga Husin tidak bisa menandingi reputasi dan kekuatan mereka. Dia tidak percaya Farel ini berani membunuhnya."Huh! Ini adalah ruang rahasia, kenapa kalau kamu mati? Tempat ini sudah seperti dunia yang terpisah, nggak ada orang yang akan tahu kalau kamu mati. Bukan hanya kamu, Keluarga Bramasta juga begitu. Semuanya harus mati di sini," kata Farel sambil tertawa terbahak-bahak dengan sangat liar. Kata-katanya yang dingin membuat suasana di seluruh makam ini penuh dengan aura membunuh.Ekspresi Sutrisno dan Winola langsung me

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1177

    "Jangan menahan diri lagi! Selama orang ini nggak mati, kita semua nggak akan tenang!"Sekejap kemudian, ketiga kultivator prajurit itu serentak menyerang Yoga dengan penuh amarah dan kebencian. Wajah mereka memancarkan kemarahan yang meluap-luap. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan niat membunuh.Namun, kekuatan Yoga saat ini sudah mencapai puncak kultivator jenderal tahap jumantara. Dia hanya tinggal selangkah lagi untuk menembus ke tingkat kultivator raja, bahkan bisa dibilang satu kakinya sudah berada di sana. Mana mungkin ketiga kultivator prajurit ini bisa menjadi lawannya?Dengan tenang, Yoga mengangkat tinjunya yang memancarkan kilatan petir terang. Listrik memelesat ke segala arah.Hanya dengan satu pukulan, ketiganya langsung terpental keras ke tanah. Kekuatan penghancur yang dahsyat itu membuat mereka muntah darah. Tubuh mereka dipenuhi luka-luka yang begitu mengerikan hingga membuat siapa pun bergidik ngeri.Ketiga kultivator prajurit itu menatap Yoga dengan wajah penuh k

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1176

    Dalam sekejap, suasana di sekitar mereka menjadi tegang dan mencekam. Udara terasa begitu berat, seperti ditindih sesuatu yang menakutkan.Yoga dan yang lainnya segera menoleh ke arah suara itu dan memandang orang-orang yang baru tiba. Begitu melihat bahwa itu adalah tiga orang kultivator prajurit, mereka langsung mengernyit."Kalian balik lagi?" Yoga dan yang lainnya terkejut. Perlu diketahui, kemunculan sisik hitam sebelumnya yang menyelamatkan mereka dari serangan para kerangka. Fakta bahwa tiga orang ini berhasil sampai di sini pasti berkaitan dengan ledakan besar barusan."Farel di mana? Kenapa dia nggak bareng kalian?" tanya Yoga sambil menatap mereka dengan tenang."Hmph! Membunuhmu cukup dengan kami bertiga. Bersiaplah untuk mati!" ucap salah satu dari mereka dengan dingin sambil langsung menyerang Yoga.Winola dan Sutrisno langsung tertegun. Raut wajah mereka menunjukkan ekspresi kaget. Mereka tidak menyangka, para kultivator prajurit ini begitu tegas dan langsung mengejar mer

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1175

    Semua orang segera bergerak maju karena ingin melihat apa yang tersembunyi di depan. Pada saat yang sama, mereka menemukan sebuah lubang yang dalam di tanah. Itu tepat di lokasi tempat para kerangka tadi berada."Gawat! Mayat Yoga dan yang lainnya nggak ada!" seru Farel. Dia langsung merasakan bulu kuduknya berdiri, seolah menyadari sesuatu.Ketika yang lain melihat situasi itu, mereka juga merasa ngeri dan heran. Di momen itu juga, mereka semua menyadari bahwa Yoga pasti telah melarikan diri."Mana mungkin? Kenapa mereka nggak mati?""Apakah kerangka-kerangka itu sengaja menghindari Yoga dan yang lainnya?""Sialan! Yoga pasti sudah pergi ke tempat lain. Kita nggak boleh membiarkan dia mendapatkan harta karun itu!"Semua orang mulai panik dan marah. Kalau Yoga berhasil menemukan harta itu, siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?Farel segera memberi perintah sebelum berbalik dan masuk ke dalam lubang, "Kalian kejar Yoga! Aku akan masuk ke dalam lubang ini!"Para kultivator p

DMCA.com Protection Status