"Ah! Sakit .... Yoga, kenapa kamu datang ke sini? Cepat pergi!" teriak Markus.Yoga mengerutkan alisnya. Dia tidak menyangka Markus akan mengusirnya. Dia bertanya, "Markus, apa maksudmu ini?""Kamu nggak ngerti? Kehadiranmu nggak disambut di sini. Pergi sana!" terik Markus.Yoga berkata, "Bagaimanapun, aku ini tamu. Kenapa kalian perlakukan tamu begini?""Tamu?" Markus bertanya, "Tamu apanya? Tamu pembawa maut? Memangnya kamu nggak tahu kondisimu sekarang? Kenapa nggak bersembunyi malah keluar untuk mencelakai orang? Apa niatmu?"Yoga bertanya, "Oh ya? Memangnya bagaimana kondisiku? Aku benar-benar nggak tahu."Markus berkata, "Sejujurnya saja, sekarang kabar tentang Bimo muncul kembali di dunia ini sudah tersebar di seluruh dunia bela diri. Semua kultivator mengincarmu, termasuk pihak berkuasa dari kultivator kuno.""Sekarang ini kamu seperti bom waktu. Ke mana pun kamu pergi, bisa meledak setiap saat. Mengerti? Penginapan kecilku ini nggak sanggup menerima bencana darimu."Yoga sonta
Wanita itu berkata, "Kami mencari Tuan Bimo untuk mendiskusikan hal penting. Kalau menghalangi kami, kamu nggak akan bisa tanggung akibatnya. Tolong minggir, biar aku yang cari dia sendiri."Markus memarahinya, "Kamu ini nggak ngerti bahasa manusia ya? Sudah kubilang nggak ada Tuan Bimo di sini ...."Yoga langsung mengenali pemilik suara itu. Bukankah orang itu adalah pasangan perjodohan yang ditetapkan oleh ayah kandungnya, Winola? Konon, dia adalah putri dari salah satu keluarga kultivator kuno terbesar.Demi membatalkan perjodohan dengan Yoga, wanita ini bahkan mengutus Leluhur Jahanam Langit untuk membunuhnya. Untungnya, Yoga bernasib mujur. Bukan hanya tidak terjatuh di Gunung Sakura, sekarang dia malah beruntung mendapatkan peluang besar.Apa yang hendak dilakukan wanita ini mencari Bimo?Setelah berpikir keras, Yoga memutuskan untuk menjumpainya. Yoga menenangkan dirinya, lalu berpakaian serba hitam dan berjalan ke lantai bawah."Siapa yang cari aku?" tanya Yoga sambil mendengus
Yoga berkata, "Kekuasaanmu nggak cukup? Kalau begitu, utus orang yang punya cukup kekuasaan."Winola bergegas menjelaskan, "Tuan Bimo jangan salah paham. Keluarga Bramasta mengutusku ke sini bukan karena nggak mementingkan masalah ini.""Hanya saja, Tuan juga tahu, ada sebuah pembatas antara dunia fana dan dunia kultivator kuno. Ahli dari Keluarga Bramasta nggak boleh melewati pembatas itu sembarangan, jadi ...."Markus menyela, "Nggak usah dilanjutkan lagi, orangnya sudah pergi."Winola baru mendongak dan menyadari Bimo telah kembali ke kamarnya. Dia merasa tidak rela, sehingga terpaksa berkata, "Tuan Bimo, aku akan pulang untuk menyampaikan hal ini dan menyuruh petinggi Keluarga Bramasta untuk mengunjungi Tuan langsung."Markus berkata, "Nggak ada gunanya. Kalaupun tetua Keluarga Bramasta datang mengunjunginya langsung, belum tentu dia mau kerja sama dengan kalian."Winola menatap Markus dengan marah dan bertanya, "Apa maksudmu?"Markus menjawab, "Sesuai yang kubilang tadi. Tapi, aku
Saingan cinta? Yoga bertanya dengan kebingungan, "Saingan cinta apanya? Saingan dari mana?"Agnes berkata, "Ceritanya agak rumit, nggak bisa dijelaskan dengan singkat. Aku juga nggak bisa jelaskan dengan rinci.""Kalau begitu, naik ke sini untuk cerita," perintah Yoga."Oke!" Agnes menutup telepon, lalu berkata kepada pemuda itu, "Tunggu sebentar, aku lapor ke Tuan Bimo dulu."Pemuda itu akhirnya menunjukkan sedikit sopan santun, "Terima kasih."Agnes pergi ke kamar Yoga. Yoga yang sudah tidak sabaran pun bertanya, "Agnes, kamu bilang dia adalah saingan cintaku? Dia mau dekatin Karina atau Nadya?"Agnes menggeleng, "Bukan keduanya."Yoga bertanya, "Lalu siapa?"Agnes menjawab, "Winola.""Winola?" Yoga terdiam sejenak, "Aku nggak punya hubungan apa pun sama Winola. Kenapa dia bisa jadi saingan cintaku?"Agnes berkata, "Mungkin kamu nggak nganggap dia sebagai saingan, tapi dia pasti menganggapmu sebagai saingan nomor satu."Yoga mulai tertarik. "Oh ya? Ceritakan lebih lanjut."Agnes menj
Yoga bertanya, "Aku selalu menepati janjiku. Apa pantas kamu menyuruhku ingkar janji?""Ini ...." Sutrisno merasa kesulitan.Yoga mengingatkannya, "Sejujurnya, aku lebih berharap bisa kerja sama dengan Keluarga Salim, tapi nggak enak hati ingkar janji. Kalau kamu bisa membuat Keluarga Bramasta berinisiatif membatalkan kerja sama denganku, bahkan ... menghancurkan mereka. Berarti bukan aku yang ingkar janji."Sutrisno langsung memahami maksudnya, "Aku mengerti, Tuan Bimo. Tunggu saja kabar baik dariku.""Ya," ucap Yoga sambil tersenyum. "Kamu cukup pintar juga."Setelah Sutrisno pergi, dia langsung memberi perintah pada anggota Keluarga Salim. Tidak peduli apa pun yang terjadi, mereka harus membinasakan Keluarga Bramasta.Dengan musnahnya Keluarga Bramasta, peluang untuk bekerja sama dengan Bimo akan jatuh di tangan Keluarga Salim. Selain itu, dia juga bisa sekalian mendapatkan Winola. Sekali mendayung, dua pulau terlampaui.Yoga tersenyum dingin, 'Winola, kamu berulang kali ingin membu
Widya merasa kesulitan. "Ini dimasak Lili untuk menghargaimu, mana boleh aku meminumnya?"Nada bicara Ayu mulai serius, "Kamu sudah bekerja keras, sudah sepantasnya minum sesuap." Setelah berkata demikian, Ayu menyodorkan sup jamur itu kepadanya. Intan dan Lili yang melihat adegan ini mengerutkan alis dengan kebingungan.Mereka baru menyadari bahwa sup jamur ini mungkin bermasalah. Apakah Bu Widya telah menaruh sesuatu pada sup jamur itu? Wajah Intan langsung menjadi muram. Dia sangat setia terhadap Ayu, mana mungkin bisa bersabar melihat ada yang ingin mencelakai Ayu?Intan berkata dengan nada dingin, "Bu Widya, ini adalah niat baik Nona. Kamu nggak boleh menyia-nyiakannya. Minumlah sup ini.""Baiklah!" Melihat dirinya tidak bisa lagi menolak, Widya terpaksa menerima sup itu. Dia berpura-pura meminumnya, tiba-tiba langsung menyiramkannya ke arah Ayu saat mangkuk itu baru saja hendak menyentuh bibirnya. Setelah itu, Widya mencari kesempatan untuk melarikan diri dari jendela.Ayu langsu
Lili bergegas menelepon Karina.Pada saat bersamaan, di makam Keluarga Kusuma. Yoga melihat makamnya sendiri dengan perasaan hampa. Bagaimana rasanya merokok di hadapan makam sendiri?Yoga membuang puntung rokok dan mengumpat keras, "Bimo sialan, kamu membuat hidupku berantakan! Kalau bukan gara-gara kamu, memangnya aku bisa sampai nggak punya tempat untuk pulang dan nggak bisa menjumpai keluargaku?Yoga membuat kesadaran roh Bimo kesal. "Bajingan. Kalau bukan karena aku, kamu masih disiksa di kawah lava gunung berapi sekarang. Padahal aku sudah menolongmu. Bukannya berterima kasih, kamu malah nyalahin aku dan menekan kesadaran rohku. Kamu benar-benar pantas mati!"Yoga membalas, "Lebih baik mati daripada hidup seperti ini."Bimo memaki, "Dasar nggak tahu balas budi! Akan kuhabisi kamu!"Yoga menghardik, "Kamu saja nggak punya badan sekarang, cuma tersisa sedikit kesadaran roh, mau bagaimana menghabisiku? Sudah, tidur sana! Berisik sekali!""Kamu ....""Aku ...."Ucapan Yoga benar-bena
Saat ini, suasana terasa sangat hening. Keheningan ini berlangsung sekitar hampir dua jam lebih. Namun tiba-tiba, ponsel Karina berdering. Peneleponnya adalah Lili.Setelah menjawab panggilan itu, terdengar Lili bertanya dengan panik, "Kak, di mana kalian sekarang? Lagi di kantor nggak?"Karina menjawab, "Nggak. Aku dan Nadya mengunjungi makam Yoga. Kenapa, Lili? Nada bicaramu sepertinya cemas sekali."Lili bergegas berkata, "Kak, kalian cepat ke rumahku. Mungkin kalian dalam bahaya.""Hm?" Karina mengernyitkan alisnya. "Lili, ada apa sebenarnya?"Lili menjawab, "Musuh kakakku dulu mengutus mata-mata di sekitar kalian. Setelah Kakak meninggal, mereka mau menghabisi kalian."Karina sontak menjadi tegang. "Oke, kami ke sana sekarang."Setelah menutup telepon, Karina menarik Nadya dan berlari ke arah mobil mereka. Setelah masuk ke mobil, Karina berkata dengan panik, "Pak, kita ke Perusahaan Farmasi Abadi sekarang."Namun, sopirnya malah tidak bereaksi sama sekali dan tidak menyalakan mesi
Seiring terdengarnya suara Yoga, mata hijau besar di langit tiba-tiba meledakkan cahaya yang luar biasa terang. Cahaya hijau yang menyilaukan langsung menerangi seluruh langit, lalu menciptakan suasana yang terasa sangat aneh dan menakutkan.Prajna dan yang lainnya terdiam di tempat. Mereka menatap kosong ke arah langit. Ekspresi mereka dipenuhi keterkejutan yang tidak bisa disembunyikan."Apa yang terjadi? Apakah makhluk ini benar-benar akan menunjukkan kekuatannya?""Ya ampun! Gimana dia bisa memancarkan cahaya sekuat ini? Apa yang sebenarnya terjadi?""Mengerikan, benar-benar terlalu mengerikan! Apa ini berarti wujud aslinya akan segera muncul?"Dalam sekejap, hati mereka semua dipenuhi kecemasan yang mendalam. Pikiran mereka kacau. Semuanya saling bertanya-tanya tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.Namun, Yoga tetap berdiri di tempatnya dengan tenang. Tatapannya dingin dan penuh keyakinan saat memandang ke arah langit.Yoga sudah lama menyadari bahwa mata hijau di atas sana b
Tiba-tiba Yoga berseru demikian. Semua orang makin terkejut. Raut wajah mereka penuh keterkejutan dan keraguan. Di saat genting seperti ini, Yoga menyuruh mereka keluar untuk mengambil Bunga Putih? Bukankah itu sama saja dengan mengirim mereka ke kematian?Dalam sekejap, hati semua orang dipenuhi rasa takut. Wajah mereka menjadi pucat, sementara tubuh mereka gemetar. Tidak ada yang berani maju.Yoga pun mengernyit. Suaranya meningkat dengan nada perintah ketika berseru, "Cepat!" Mendengar itu, wajah semua orang makin menunjukkan ekspresi kebingungan dan dilema.Kemudian, Yoga menambahkan dengan nada dingin, "Makhluk di langit ini urusanku. Kalian jangan jadi pengecut!"Semua orang saling berpandangan. Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Tentu saja mereka tidak ingin mati. Hanya saja jika Yoga sudah memberikan perintah, mereka tidak berani menolaknya."Ayo kita lakukan bersama! Jangan sampai Bos meremehkan kita!" seru Prajna sambil menggertakkan giginya dengan penuh tekad.Orang-orang
Sungguh kekuatan yang mengejutkan. Salah satu orang bertanya, "Apa ini? Kenapa kelihatannya seperti mata?"Alis Yoga terangkat sedikit. Dia menunjukkan ekspresi terkejut. Benar-benar seperti yang dikatakan Prajna dan yang lainnya, ini terlalu mirip.Prajna dan yang lainnya terlihat sangat cemas. Salah satu dari mereka memanggil Yoga dengan suara pelan, "Bos, cepatlah kembali! Kalau nggak, ini bisa jadi sangat berbahaya!"Mereka sudah mengingatkan sebelumnya agar Yoga tidak muncul di tempat terbuka. Kalau dia terlihat, itu bisa membahayakan nyawanya.Namun, Yoga tetap tidak mendengarkan dan dengan sengaja menampakkan diri. Dia justru membalas dengan tenang, "Nggak apa-apa."Jika ada yang ingin membunuh Yoga, mereka setidaknya harus memiliki kekuatan setara dengan kultivator raja. Mata di langit itu memang membawa aura bahaya, tetapi Yoga tidak merasa itu cukup untuk mengancam dirinya.Melihat sikapnya yang begitu santai, Prajna dan yang lainnya hanya bisa menghela napas dengan perasaan
Boom!Hardi langsung terlempar dan menghantam permukaan tanah dengan keras. Terdapat cekung di antara dada dan perutnya dan memuntahkan darah, lalu terjatuh ke tanah dan tidak bergerak lagi. Dia mati dengan kedua mata yang terbuka dan terlihat penuh dengan penyesalan. Dia merasa dia tidak seharusnya menyinggung pria ini, sehingga dia tidak akan mati."Kamu nggak boleh membunuhku, aku adalah anggota Keluarga Husin. Ini sama saja kamu mencari mati," kata Girbet yang ketakutan sampai kedua kakinya gemetar, lalu terjatuh ke tanah dan terus mundur.Yoga yang berdiri di depan mengamati Girbet dari atas ke bawah dengan tatapan yang meremehkan, lalu berkata dengan tenang, "Aku nggak akan membunuhmu."Mendengar perkataan itu, ekspresi Girbet menjadi ganas dan juga gembira. Sepertinya, pria ini juga takut dengan reputasi Keluarga Husin. Di dunia kultivator kuno ini, tidak ada yang berani melawan keluarganya ini."Huh. Kalau sekarang kamu berlutut di depanku dan minta maaf, aku akan memaafkanmu,"
Pada saat itu, suasana di seluruh tempat itu menjadi sunyi. Mereka semua tercengang dan berdiri dengan diam di tempatnya. Mereka tidak menyangka pria di depannya mereka ini ternyata memiliki kekuatan yang begitu menakutkan. Hanya dengan satu serangan saja, Yoga berhasil membantai orang-orang dari Keluarga Husin.Yoga berdiri dengan gagah di tubuh orang yang sudah mati itu dan mengamati semua orang di depannya dengan tenang. Sementara itu, tubuh yang berada di bawah kakinya sudah menjadi lubang darah karena diinjak. Pemandangan itu terlihat sangat berwibawa dan menakutkan."Kenapa kalian masih berdiri saja? Dia hanya sendirian, mana mungkin bisa mengalahkan begitu banyak orang. Dia hanya sampah yang bersekongkol dengan manusia hantu, apa haknya sombong di sini?" teriak Girbet dengan marah dan ekspresinya sangat muram.Selama ini, tidak ada orang yang berani melukai orang-orang dari Keluarga Husin. Apalagi Yoga di depan mereka ini hanya sampah yang bersekongkol dengan manusia hantu."Ser
Saat melihat orang-orang di belakang, mata Prajna dan yang lainnya langsung membelalak. Tatapan mereka terlihat terkejut dan gelisah."Bukankah orang-orang ini ... dari Keluarga Husin?""Gawat, mereka datang secepat ini. Bahkan membawa begitu banyak orang.""Orang itu juga ada, pasti dia yang bilang pada mereka. Kali ini kita sepertinya sudah salah melepaskan orang itu."Semua orang mengeluh dan melampiaskan ketakutan mereka. Mereka merasa tidak ada peluang untuk menang melawan orang-orang dari Keluarga Husin."Bos ...." Semua orang hanya bisa menatap pada Yoga dan menaruh harapan mereka pada kekuatan Yoga. Bagaimanapun juga, mereka semua mengandalkan kekuatan Yoga untuk sampai di sini."Tuan, orang ini yang membunuh orang-orang dari Keluarga Teungku," kata Hardi yang langsung marah saat melihat Yoga dan segera menunjuknya. Ekspresinya yang marah sampai menggertakkan gigi, seolah-olah ingin mengoyak Yoga sampai berkeping-keping."Hehe!" Girbet melirik Yoga dengan sikap yang meremehkan
"Manusia hantu?" Ekspresi Girbet langsung terlihat meremehkan dan penuh dengan kebencian.Orang-orang di belakangnya langsung saling memandang dan mendengus.Bagi empat keluarga besar, manusia hantu ini dianggap sebagai kelompok yang menjijikkan. Siapa pun yang berteman dengan mereka sama saja merendahkan martabatnya sendiri."Huh. Sampah seperti ini juga bisa membunuh orang juga? Jadi, kamu lebih parah daripada sampah ini?" sindir Girbet."Aku ...." Hardi terbata-bata dengan ekspresi yang sangat muram. Bagaimanapun juga, Keluarga Husin adalah tuan dari Keluarga Teungku. Mereka adalah bawahan seumur hidupnya, sehingga Hardi tidak berani membantah."Ayo pergi. Aku kebetulan sedang senggang, nggak ada salahnya melihat-lihat. Memukul anjing juga harus melihat siapa tuannya. Orang itu pasti mati," kata Girbet dengan santai, lalu langsung membawa orang-orangnya untuk mengejar."Orang itu sepertinya belum bermutasi, mungkin baru saja dibuang ke sini. Kalau kamu yang turun tangan, kamu pasti
Semua orang segera membujuk Yoga karena merasa sangat cemas. Merasa sangat ketakutan, khawatir Hardi benar-benar akan kembali dan menyampaikan pesan itu pada Keluarga Husin. Melihat bayangan Hardi yang makin menjauh dan hampir menghilang dari pandangan mereka, mereka pun gelisah sampai tidak bisa berdiri dengan tenang."Aku memang sengaja membiarkan dia pulang. Cepat atau lambat aku akan mengendalikan Keluarga Husin dan membuat mereka tunduk padaku. Kalian takut? Meskipun takut, kalian tetap harus berdiri dengan tegak," kata Yoga dengan nada datar sambil menatap semua orang dengan tenang. Aura yang menekan pun perlahan-lahan menyebar ke sekitar dan ekspresinya dingin serta penuh tekad.Prajna dan yang lainnya langsung tertegun sejenak dan tidak bisa berkata apa-apa. Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka sikap Yoga akan begitu tegas seperti ini. Melihat sikapnya yang begitu, mereka hanya bisa menutup mulut dan tidak mencoba untuk membujuknya lagi.Namun, dalam hati Prajna dan ya
"Dari mana datangnya keberanianmu ini sampai berani begitu angkuh?" kata Hardi dengan sudut bibir yang berkedut dan ekspresi yang sangat jijik. Dia menatap Yoga dengan tajam dan penuh dengan niat membunuh.Orang-orang di sekitar Hardi semuanya menyerbu dan bersiap untuk membunuh Yoga.Prajna dan yang lainnya juga tidak mungkin hanya diam dan melihat Yoga dihina.Namun, saat Prajna dan yang lainnya hendak bergerak, Yoga berkata dengan tenang dan tersenyum dingin, "Biar aku saja."Setelah datang ke dunia kultivator kuno, Yoga belum pernah melawan orang-orang di tempat ini. Dia masih tidak tahu apakah kekuatan mereka yang ada di sini berbeda dengan dirinya.Melihat situasinya, Prajna dan yang lainnya juga berhenti bergerak lagi dan segera mundur. Mereka menunggu untuk menonton pertunjukan karena orang yang sudah berani menyinggung Yoga sama saja mencari mati.Tepat pada saat itu, orang-orang dari Keluarga Teungku di sekitar sudah berdiri di depan Yoga dan langsung melayangkan serangan-ser