Ardi berjalan ke hadapan Yoga dengan ekspresi kesulitan dan berbisik, “Pak Yoga, biarpun punya dendam dengan pasien ini, kamu juga nggak boleh asal bertindak di depan umum. Haih! Begini saja, kamu kabur saja dulu. Aku akan cari cara untuk menolongmu.”Dapat dipastikan bahwa Ardi mengira Yoga bermusuhan dengan pasien ini dan hendak menyalahkan Hasan atas tindak pembunuhan yang dilakukannya.Yoga melambaikan tangannya dan berkata, “Aku nggak salah kok. Kenapa aku harus kabur?”Pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara dua orang di depan pintu UGD.“Ada apa ini? Kenapa tempat ini begitu kacau?”“Di mana para satpam? Kenapa mereka nggak keluar untuk menjaga ketertiban?”Yoga menoleh ke arah datangnya suara dan menyadari bahwa kedua orang itu adalah kenalannya, yaitu Hendra dan Lukman Pangestu. Yoga pernah menolong kedua orang ini.Pada uji klinis di Grup Magani waktu itu, Hendra pernah tidak sengaja memberikan pengobatan yang salah kepada putranya Danu. Di saat-saat kritis, Yoga yang berha
Hasan bertanya dengan tidak percaya, “Ka ... kamu bersedia mengajariku Teknik Pengembalian Jiwa tingkat tinggi?”“Iya, tapi kamu harus menukarnya dengan ginseng foniks,” jawab Yoga.Hasan ragu sejenak, lalu berkata, “Nggak masalah. Tapi, apa gurumu akan setuju kamu mengajarkan teknik itu kepada orang luar?”“Aku nggak punya guru. Teknik Pengembalian Jiwa adalah teknik akupunktur yang kuciptakan 10 tahun yang lalu,” jawab Yoga.“Mustahil!” Hasan, Hendra, dan Lukman berkata secara serentak, “Sepuluh tahun yang lalu, kamu mungkin baru berusia sekitar 15-16 tahun, ‘kan? Orang-orang di usia begitu bahkan kesulitan untuk mempelajari teknik akupunktur. Masa kamu bisa langsung menciptakan sebuah teknik akupunktur?”Mereka semua merasa ucapan Yoga sangat tidak masuk akal. Namun, Yoga malas menjelaskannya.Tiba-tiba, Lukman menepuk dahinya dan berkata, “Tunggu, aku sudah ingat! Apa kalian masih ingat tentang Grup Kusuma, perusahaan farmasi terbesar di Kota Pawana itu? Menurut rumor, putra sulung
Sayangnya, Yoga sudah bukan lagi pecundang yang bisa mereka tindas dengan seenaknya.Polisi itu berkata, “Harap bekerja sama dengan kami dalam penyelidikan kasus ini.”Namun, Yoga langsung menjawab, “Bukan aku yang mengendarai mobil itu. Aku bahkan nggak ada di dalam mobil itu. Jadi, kecelakaan ini sama sekali nggak ada hubungannya denganku.”“Omong kosong!” Gatot bertanya, “Memangnya aku mungkin berbohong?”Ambar juga menambahkan, “Pak Polisi, aku dan Gatot bisa menjadi saksinya. Dia yang mengemudikan mobil itu dan menyebabkan kecelakaan ini. Cepat tangkap dia!”“Kalau aku yang mengemudikan mobil itu, kenapa aku sama sekali nggak terluka? Selain itu, di mobil ada kamera dasbor dan di sekitar tempat kejadian juga pasti ada CCTV. Kalian akan mengetahui kebenarannya begitu menyelidikinya. Aku juga punya bukti bahwa aku nggak terlibat dalam kecelakaan ini,” ujar Yoga dengan dingin.Begitu mendengar ucapan Yoga, Ambar dan Gatot langsung panik. Kemudian, Ambar buru-buru menarik Yoga ke samp
Yoga berkata dengan dingin, “Kelvin, lama nggak jumpa.”Pada saat ini, Kelvin baru menyadari keberadaan Yoga. Dia pun berseru gembira, “Yoga, ternyata kamu juga ada di sini! Kita sudah nggak ketemu selama 5 tahun, ya. Gimana kabarmu?”Yoga tidak menjawab pertanyaannya dan langsung bertanya ke inti permasalahan, “Kelvin, kamu tahu Paman Rafi masih hidup dan juga masih berhubungan dengannya, ‘kan? Apa kamu juga tahu dia yang merencanakan insiden ledakan Keluarga Kusuma waktu itu?”“Umm ....” Kelvin berdesah, lalu langsung mengaku, “Benar, aku memang tahu. Tapi, aku nggak berhubungan dengannya. Dia hanya pernah meneleponku sekali, yaitu waktu kamu mau membunuh Rendy. Dia memintaku untuk membujukmu melepaskan Rendy.”“Jadi, kenapa kamu nggak memberitahuku?” tanya Yoga.Kelvin menjawab, “Yoga, kamu sendiri yang tahu paling jelas gimana keadaanmu 5 tahun yang lalu. Kalau aku memberitahumu yang sebenarnya, kamu pasti akan mencari Paman Rafi untuk balas dendam dan mati gara-gara tindakan itu.
Gatot pun bertanya, “Hmm? Kenapa Yoga ada di sini?” “Dengan statusnya itu, dia bahkan nggak layak untuk memasuki kawasan vila ini. Dia pasti curi masuk! Kelvin, berhenti dulu. Aku mau periksa,” ujar Ambar.“Oke!”Setelah keluar dari mobil, Ambar dan Gatot pun berjalan ke arah Yoga. Kemudian, Ambar bertanya dengan lantang, “Yoga, buat apa kamu datang kemari?”Yoga tidak menyangka akan bertemu dengan Ambar dan Gatot di tempat ini. Dia bertanya dengan dingin, “Buat apa kalian ikut campur dalam masalahku?”“Asal kamu tahu, Vila Kintamani No. 7 itu milik keluarga kami. Berhubung kami adalah penduduk di kawasan vila mewah ini, kami tentu saja berhak ikut campur karena orang luar sepertimu muncul di tempat ini,” jawab Gatot.Yoga menjulingkan matanya dan mendengus, “Dasar orang nggak punya kerjaan.”“Kamu nggak percaya?” tanya Ambar. Kemudian, dia melanjutkan, “Asal kamu tahu, Vila Kintamani No. 7 itu milik Kelvin. Aku berencana untuk merestui hubungan Kelvin dengan Karina. Begitu mereka men
“Bantu aku selidiki tentang Kelvin Juanda. Coba cari tahu apakah dia punya hubungan dengan tokoh hebat di Kota Terlarang,” perintah Yoga.“Baik!” jawab Raja Kegelapan.Keesokan harinya, keadaan Karina sudah stabil. Dia pun dipindahkan dari ICU ke kamar pasien biasa. Setelah mengetahui bahwa Kelvin yang mencari dokter terkenal untuk menyelamatkannya dan menyelesaikan masalah kecelakaan itu, Karina pun merasa sangat berterima kasih pada Kelvin. Dia berkata, “Terima kasih, Kelvin.”“Karina, nggak usah begitu sungkan. Sudah seharusnya aku melakukannya. Oh iya, Karina, aku nggak sempat menyiapkan hadiah karena datang tergesa-gesa. Tapi, terimalah sedikit niat baikku ini,” ujar Kelvin. Setelah itu, dia menyerahkan sebuah dokumen kepada Karina.“Apa ini?” Begitu membaca isi dokumen itu, Karina langsung tercengang dan menutup mulutnya. Itu adalah kontrak pengakuisisian Perusahaan Farmasi Avanti. Dia buru-buru menolaknya, “Kelvin, hadiah ini terlalu berharga. Aku nggak bisa menerimanya.”“Karin
Pemandangan di hadapan Yoga sangat menusuk hatinya. Kelvin sedang menyuapi Karina makan sup. Selain itu, bau Racun Asmara itu datang dari semangkuk sup itu.“Berhenti!” seru Yoga. Kemudian, dia melangkah maju dan memukul tangan Kelvin hingga mangkuknya terjatuh ke lantai. Tindakan Yoga ini langsung membuat semua orang yang berada di dalam ruangan ini marah.Karina berkata dengan nada menyalahkan, “Yoga, apa-apaan kamu?”“Ada racun bernama Racun Asmara yang terkandung di dalam sup ini. Kalau meminumnya, kamu akan tanpa sadar jatuh cinta pada pemberi racun dan bahkan rela mempersembahkan nyawamu untuknya,” jawab Yoga.“Omong kosong!” Ambar memaki, “Kelvin bukan orang seperti itu! Menurutku, sepertinya kamu yang sudah meracuni Karina dengan Racun Asmara.”Gatot juga ikut memaki, “Huh! Kamu jelas-jelas hanyalah seorang pria berhati sempit!”“Haih, Yoga, kenapa kamu memfitnahku? Kamu bilang sup ini beracun? Kalau begitu, aku akan meminumnya di hadapanmu,” ujar Kelvin. Seusai berbicara, dia
Yoga awalnya hendak menggunakan ginseng foniks untuk menyelamatkan ibunya. Akan tetapi, dia akhirnya memutuskan untuk memberikan ginseng foniks itu kepada Karina terlebih dahulu. Hal ini sangat mungkin membuat pengobatan ibunya tertunda. Di sisi lain, Karina bukan hanya tidak berterima kasih, tetapi juga menumpahkan sup obat itu. Hal ini tentu saja membuat Yoga murka.Di sisi lain, Karina sama sekali tidak merasa bersalah. Dia bertanya, “Yoga, kamu juga bisa marah? Waktu kamu menumpahkan sup Kelvin, apa kamu memikirkan perasaannya?”Yoga pun tersenyum getir. Perlindungan yang diberikannya kepada Karina selama 5 tahun ternyata tidak sebanding dengan semangkuk sup dari Kelvin. Yoga merasa sangat sakit hati dan tidak mampu tinggal berlama-lama lagi di sini. Dia pun berjalan keluar dengan tampang sedih.“Yoga, aku harap kamu bisa introspeksi diri. Kalau kamu terus hidup seperti itu, kita bahkan nggak bisa berteman lagi,” ujar Karina.Yoga tidak menjawab. Mungkin waktu akan membuktikan sega
"Sebaiknya kamu pikirkan baik-baik. Ini adalah terakhir kalinya aku menawarkan kesempatan padamu!" ucap Winola sambil menatap Yoga dengan dingin.Sorot matanya sangat tajam. Dalam hatinya, Winola sebenarnya merasa sangat muak. Dia enggan mengorbankan kebahagiaannya sendiri demi mengetahui rahasia Yoga."Mau berapa kali pun tawaranmu, aku nggak peduli. Kalau nggak ada hal penting, segera pergi," usir Yoga dengan nada jengkel."Kamu tahu nggak? Sekarang, ada banyak orang mengincar rahasia Pil Ketenangan Jiwa. Keluarga Kusuma dan Keluarga Husin sudah tahu tentang rahasia itu!" ujar Winola dengan marah."Oh ... terus kenapa?" tanya Yoga yang mengangkat alis dan terlihat bingung.Keluarga Husin memang tahu rahasianya, tetapi sekarang Keluarga Kusuma juga tahu. Kemungkinan mereka sudah bersekongkol atau mungkin ada yang membocorkannya."Kenapa? Mereka adalah keluargamu, tapi terus-menerus memanfaatkanmu. Apa kamu nggak marah? Lebih baik kamu kasih tahu aku juga, biar aku bisa ikut bersaing m
"Sekarang, rahasianya sudah kuberi tahu. Sebaiknya kamu cepat pergi. Jangan ganggu kami lagi. Kami cuma mau hidup tenang," ujar Ayu sambil menyeka air mata. Raut wajahnya penuh dengan kesedihan dan keputusasaan."Oke!" jawab Farel. Dia bangkit dan hendak pergi, tetapi malah tiba-tiba berhenti dan berbalik.Farel menatap Yoga sambil mengernyit, lalu bertanya, "Kalau begitu, kenapa kamu sendiri nggak mencari nadi naga dan kunci untuk menyatukan negeri?""Apa gunanya bagiku? Negeri ini sudah bersatu, makmur, dan kuat. Untuk apa aku mencari rahasia yang nggak lagi relevan?" balas Yoga dengan tenang."Hmph! Dasar sok suci!" maki Farel sebelum pergi.Setelah kembali, Farel tidak langsung memberi tahu Keluarga Kusuma, melainkan menuju rumah Keluarga Husin dan merencanakan cara untuk menemukan nadi naga.Kemudian, Farel memanggil kultivator-kultivator prajurit yang masih ada di sekitar dan memberitahukan rahasia itu kepada mereka.Informasi ini langsung menghebohkan Keluarga Husin. Mereka sege
Setelah menerima telepon, Yoga langsung datang ke tempat di mana Ayu berada. Ketika melihat Farel ada di sampingnya, dia langsung terlihat kesal. Apa yang dilakukan orang itu di sini?"Nak, kamu jelaskan saja rahasia Pil Ketenangan Jiwa padanya," ucap Ayu dengan suara kecil sambil menunduk. Ada rasa sedih dan keraguan di dalam hatinya."Kamu dengar, 'kan? Yoga, lebih baik kamu kasih tahu rahasianya. Kalau nggak, akan ada lebih banyak orang yang terseret karena hal ini," ujar Farel dengan nada dingin. Tatapannya penuh ejekan dan ketidakpedulian terhadap Yoga."Kamu ... mau tahu rahasia Pil Ketenangan Jiwa?" tanya Yoga dengan ekspresi agak berubah. Aura membunuh mulai terpancar dari dirinya.Rahasia Pil Ketenangan Jiwa memang diinginkan oleh banyak orang. Selain Keluarga Kusuma, sekarang bahkan Keluarga Husin juga ingin ikut campur?Farel membalas dengan angkuh, "Cepat kasih tahu, supaya aku nggak perlu cari Lili lagi.""Apa?" tanya Yoga. Dia langsung terlihat sangat marah dengan mata be
Ucapan Farel mengejutkan semua orang di sana."Apa? Kenapa dia bisa nggak tahu? Apa ayahnya juga nggak tahu?" tanya Luna dengan kaget."Aku nggak yakin Arjuna tahu atau nggak, tapi Yoga sudah pasti nggak tahu. Masalah ini sudah pernah menggemparkan dunia bela diri kuno sebelumnya. Biarpun begitu menghebohkan, tetap nggak ada yang tahu rahasianya," jelas Farel sambil menggeleng."Sial, sepertinya satu-satunya jalan adalah mencari Arjuna. Gimana kita bisa mendapatkan rahasia Pil Ketenangan Jiwa ini?" gumam Luna sambil mengernyit."Nggak ada yang bisa memastikan apakah Arjuna masih hidup atau sudah mati. Keberadaannya juga menjadi misteri. Gimana kita bisa mencarinya?" ucap Farel dengan cuek sambil mengangkat bahunya. Dia sudah pernah memikirkan berbagai kemungkinan yang ada sebelumnya."Sialan! Gimana sekarang?" ucap Luna sambil menghela napas frustrasi."Tenang, serahkan saja padaku. Tapi, aku punya syarat. Kalau rahasia Pil Ketenangan Jiwa benaran didapatkan, 70% manfaatnya harus diber
Pada saat yang sama, di Kediaman Kusuma."Jadi ini Pil Ketenangan Jiwa? Apa rahasia yang tersembunyi di dalamnya?" tanya Luna sambil menatap dingin pria yang berlutut di bawah."Aku juga nggak tahu. Dia hanya memberiku pil itu tanpa mengatakan apa-apa. Dia pasti ingin menjadikanku tumbal!" sahut pria itu dengan raut muram. Dia berlutut ketakutan di sana.Pria yang diberikan Pil Ketenangan Jiwa oleh Yoga ini baru mau pergi ketika orang-orang Keluarga Kusuma tiba-tiba mengadangnya. Dia seketika tahu bahwa situasinya tidak baik."Begitu banyak orang yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi kenapa dia hanya memberikannya padamu?" tanya Luna lagi sambil mengernyit. Dia mengamati Pil Ketenangan Jiwa itu dengan ekspresi bingung."Aku benaran nggak tahu. Aku nggak bohong!" ucap pria itu dengan panik. Dia sudah berusaha menjelaskan semuanya, tetapi lawan bicara sama sekali tidak mau percaya.Situasi pria ini memang mencurigakan. Sebab, dia adalah orang pertama yang diberikan Pil Ketenangan J
Yoga menatap pria di depannya dengan alis berkerut dan ekspresi muram. Setelah beberapa saat, akhirnya dia menghela napas. Sepertinya pria itu tidak berbohong."Kalau kamu mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa, apa kamu akan memberikannya ke Keluarga Kusuma?" tanya Sutrisno ingin tahu."Nggak, kebanyakan dari kami yang sudah mendengar kabar ini memutuskan untuk mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa sendiri, baru mencari tahu rahasianya. Kami tahu Keluarga Kusuma nggak mungkin membagikan jawabannya," ujar pria itu dengan ekspresi kaku.Yoga mengernyit. Sepertinya semua masalah kali ini adalah ulah Keluarga Kusuma ...."Aku punya ide," bisik Sutrisno di telinga Yoga.Yoga tertegun sejenak usai mendengar ide Sutrisno. Keduanya saling memandang, memutuskan dalam diam bahwa ide itu cukup bagus."Karena kamu begitu menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, aku akan berikan padamu!" ucap Yoga sambil menyerahkan sebutir Pil Ketenangan Jiwa pada pria itu."Hah? Apa?" gumam itu sambil menatap Yoga dengan raut tidak
Sutrisno terdiam menatap Yoga. Apa pria itu ingin memperdaya dirinya? Yoga benar-benar tidak tahu malu. Dia berencana untuk membuat dirinya menanggung semua bahaya!Sutrisno berucap, "Kalau memang ada rahasia, katakan langsung padaku. Kalau nggak ada, jangan mempermainkanku begini.""Mungkin memang ada rahasianya. Kamu cari saja sendiri!" balas Yoga.Sutrisno terdiam. Yoga ini mudah saja bicara. Akhirnya, Sutrisno menghela napas dan berkata, "Baiklah ...."Satu masalah selesai. Namun, Yoga masih harus menyelamatkan Nadya. Yoga membalas pesan dari nomor asing tadi.[ Aku akan memberimu Pil Ketenangan Jiwa. Tapi, kalau Nadya sampai celaka, kamu akan mati! ]Balasan dari orang itu segera datang.[ Taruh Pil Ketenangan Jiwa itu di meja bar Hotel Okane. ]Yoga berkendara menuju hotel itu dan meletakkan Pil Ketenangan Jiwa di tempat yang ditentukan.Pesan lain masuk ke ponsel Yoga.[ Kamu bisa pergi sekarang. Nadya ada di kamar 301 Hotel Pater! ]Yoga tersenyum sinis saat membaca pesan itu.
Di luar vila.Sutrisno yang baru masuk mobil tertegun sejenak saat melihat Yoga masih di kursinya."Sudah selesai?" tanya Yoga dengan datar."Ya. Ada yang aneh. Apa barusan kamu naik ke atas untuk mengobrol dengan Nadya?" tanya Sutrisno balik."Mengobrol apa?" tanya Yoga bingung."Aku merasa ada seseorang di atas. Terus juga ada suara-suara aneh, seperti ada yang bergulat sama Nadya. Kukira itu kamu," ujar Sutrisno sambil tersenyum canggung.Bibir Yoga berkedut-kedut. Dia lantas mendongak dan memandang ke lantai atas vila. Firasat buruk hinggap di hatinya.Bertepatan dengan itu, semua orang Keluarga Wibowo berlarian keluar. Mereka memandang sekeliling dengan panik."Nadya! Di mana kamu?""Jawab kami! Kamu di mana?""Nadya! Jangan marah. Jangan kabur dari rumah!"Orang-orang Keluarga Wibowo berteriak lantang dengan ekspresi gugup. Mereka menyadari Nadya menghilang setelah naik ke lantai atas dan tidak menemukan siapa pun di sana.Yoga menyipitkan mata. Kilat curiga melintas di sana. Jan
"Ini bukan hal baru. Dulu, ada banyak orang di dunia kultivator kuno yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi mereka semua mati," ucap Yoga dengan tenang."Kalau begitu, mungkin rumor itu ada benarnya. Buktinya, orang-orang sudah menginginkannya sejak dulu," kata Sutrisno sambil menggeleng dengan sentimental.Yoga memikirkan masalah ini dengan ekspresi serius. Kemudian, dia bertanya dengan dingin, "Siapa yang menyebarkan rumor itu?"Jika informasi ini tersebar ke makin banyak kultivator kuno, mereka pasti akan terus mengusik Yoga dan orang-orang di sekitarnya. Ini jelas adalah sebuah potensi ancaman."Siapa yang tahu? Tapi, rumor nggak mungkin muncul tanpa alasan. Apa Pil Ketenangan Jiwa benaran menyimpan rahasia untuk menguasai dunia?" tanya Sutrisno. Dia menatap Yoga dengan antusias, berharap bisa mendengar kebenarannya."Apa kamu pernah lihat orang yang berhasil menguasai dunia?" balas Yoga sambil memelototinya. Pertanyaan Sutrisno terasa sangat menggelikan di telinganya.Sutrisn