Leluhur Jahanam Langit ingin menerobos dan menahan petir itu dengan tubuhnya. Namun, tubuhnya hanya berada di tingkat bentala sehingga tidak akan mampu menahan petir tersebut. Sebuah sambaran petir hampir saja merenggut nyawanya dan membuat kemampuannya berkurang drastis.Melihat aura Yoga yang semakin kuat, leluhur Jahanam Langit merasa putus asa dan kewalahan. Pada saat ini, Winola meneleponnya. Leluhur Jahanam Langit pun menerima panggilan tersebut."Leluhur Jahanam Langit, bawa jasad Yoga pulang. Tubuhnya sangat patut diteliti."Leluhur Jahanam Langit menjawab dengan perasaan bersalah, "Nona, Yoga masih belum mati.""Apa?!" Winola marah besar, "Gimana kamu melakukan pekerjaanmu? Sudah kuingatkan berulang kali untuk cepat selesaikan semuanya, tapi kamu malah belum membunuhnya sampai sekarang. Apa lagi yang kamu tunggu?"Leluhur Jahanam Langit menjawab, "Nona, bukannya aku nggak mau membunuhnya. Tapi ... aku nggak sanggup membunuhnya.""Mustahil!" Winola berseru kaget, "Kamu ini kult
Air mata membasahi seluruh wajah Hilda. Saat ini, hanya ada sebuah pikiran yang terlintas dalam benaknya. Dia ingin menerobos ke Gunung Sakura untuk menolong Yoga."Yoga, jangan mati dulu. Kumohon jangan mati .... Huhu ... aku akan menolongmu sekarang. Kamu harus bertahan .... Yoga, nyawaku ini milikmu. Kalaupun mau mati, kita harus mati bersama ...."Salah seorang petugas keamanan menyadari keberadaan Hilda dan langsung menahannya. "Tunggu! Kamu nggak sayang nyawa lagi ya? Saat ini gunung sedang ....""Minggir!" Hilda mendorong petugas itu dengan marah. "Aku mau menolong orang, jangan halangi aku ...." Namun, semakin banyak petugas keamanan yang menyerbu untuk menghalangi Hilda.Gunung berapi meletus selama satu hari satu malam penuh sebelum akhirnya mereda. Kota-kota kecil yang terletak dalam radius lima kilometer di sekitarnya tertutup abu vulkanik dan tidak ada sebatang rumput pun yang tersisa.Untungnya, pemerintah Jepana segera mengevakuasi penduduk setempat, sehingga tidak ada k
Kamal berkata dengan wajah muram, "Apa kalian tahu bagaimana Yoga bisa meninggal?"Tim sekretariat melaporkan, "Menurut informasi yang kami dapat, Pak Yoga meninggal dalam letusan gunung berapi."Letusan gunung berapi?Kamal mendengus dingin, lalu berkata, "Mana mungkin ada yang percaya sama ucapan ini? Yoga baru saja membuat kekacauan di Jepana, sekarang Jepana malah terjadi bencana. Aku benar-benar curiga kematian Yoga berhubungan dengan Jepana."Beberapa tetua Kota Terlarang lainnya juga mengangguk menyetujui pendapat Kamal.Dirga mengepalkan tangannya dan berkata, "Kita harus temukan jasadnya dan cari tahu penyebab kematiannya yang sesungguhnya. Tiba saatnya nanti, kita harus balas dendam!"Tim sekretariat buru-buru menjawab, "Pak Dirga, kami sudah utus orang untuk menyelidikinya di Jepana, mungkin sebentar lagi akan ada hasilnya."Dirga menggelengkan kepalanya. "Kali ini aku harus turun tangan sendiri."Kamal menimpali, "Aku juga ikut."Para tetua lainnya di Kota Terlarang juga me
Meskipun begitu, dia masih tetap merasa tidak puas."Pengawal!" teriak Kaisar Jepana.Salah seorang pengawal langsung maju dan bertanya, "Ada perintah apa, Kaisar?"Kaisar Jepana menjawab, "Tangkap semua praktisi pengobatan tradisional di Jepana dan sita semua harta mereka."Lantaran tidak bisa mendapatkannya, Kaisar Jepana bertekad untuk menghancurkan semuanya.Pengawal tersebut berkata, "Baik. Izin bertanya, Kaisar. Dengan tuduhan apa kita menangkap mereka?"Kaisar menjawab, "Katakan saja mereka hanya berpura-pura menjalankan pengobatan tradisional di sini, tapi sebenarnya adalah sedang mencuri informasi rahasia dari Jepana. Mereka semua adalah mata-mata yang diutus Negara Daruna di Jepana. Aku mau hukum mereka dengan tuduhan sebagai mata-mata!"Tuduhan sebagai mata-mata telah cukup untuk menghukum mati seseorang.Pengawal tersebut lantas menjawab, "Baik. Akan segera saya laksanakan.""Masih ada satu hal lagi," timpal Kaisar Jepana, "Perintahkan semua pedagang di seluruh pelosok Nega
"Setelah memenangkan perang, para pejuang dari zaman dulu membangun penghalang antara dunia para kultivator kuno dan dunia fana. Sejak saat itu, para kultivator kuno nggak bisa sembarangan masuk ke dunia fana. Kalaupun bisa datang ke dunia fana, mereka nggak akan bisa membawa sumber daya mereka ke sini.""Sumber daya para kultivator kuno yang terkubur di bawah medan perang itu adalah satu-satunya sumber daya di dunia fana ini. Benda-benda itu sangat berharga dan dikenal sebagai peninggalan para kultivator kuno.""Siapa pun yang bisa mendapatkan peninggalan ini, akan bisa menguasai dunia dan menjadi penguasa mutlak."Dewa Digdaya mengangguk. "Benar. Peninggalan kultivator kuno ini adalah satu-satunya kesempatan kita untuk menaklukkan Pulau Neraka."Nalif menimpali, "Sejak zaman dulu, entah sudah berapa banyak kultivator yang menghabiskan hidupnya untuk mencari peninggalan ini. Tapi pada akhirnya, semuanya kembali dengan tangan kosong. Mencari peninggalan ini adalah hal yang mustahil."D
Setelah keluar dari kamar mandi dan melihat meja makan yang kosong melompong, entah mengapa hatinya terasa hampa dan kesepian. Dulu saat keluar dari kamar mandi, meja makan ini pasti akan terisi dengan berbagai sarapan yang disukainya.Telur goreng, sosis panggang, roti .... Meski sangat sederhana, sarapan itu terasa hangat dan lezat. Namun kini, pria yang selalu membuatkannya sarapan tidak terlihat lagi dalam setahun belakangan. Karina juga tidak mengerti mengapa dia tiba-tiba merindukan Yoga.Saat duduk di depan meja sambil memakan roti lapis yang membuatnya muak, Karina akhirnya memberanikan diri untuk menelepon Yoga. Namun, yang terdengar dari seberang adalah pemberitahuan bahwa telepon tidak dapat dihubungi untuk sementara waktu.Karina mengerutkan alisnya sambil berpikir, 'Ada apa ini? Jangan-jangan dia memblokirku?'Karina buru-buru mencoba menelepon lagi, tetapi tetap saja yang terdengar hanya jawaban dari mesin. Dia mulai panik saat memikirkan apakah Yoga benar-benar telah mem
Kepala Karina terasa berdengung dan jantungnya berdetak kencang. Dia merasa seolah-olah nyawanya telah melayang pada saat itu juga. Yoga telah meninggal! Dia meninggal begitu saja tanpa ada tanda-tanda sebelumnya!Karina kini tidak bisa lagi menemui pria terpenting dalam hidupnya! Mana mungkin dia bisa menerima kenyataan sekejam ini?Ambar kesal hingga memukul Gatot. "Dasar kamu ini! Kenapa terus terang sekali! Sekarang kita harus gimana?"Gatot mengerucutkan bibirnya dan mengeluh, "Mana kutahu Kakak ternyata masih sepeduli itu sama Yoga? Yoga ini benar-benar sialan. Sudah mati saja masih buat kakakku pingsan."Ambar memakinya, "Kenapa masih diam saja? Cepat telepon ambulans dan bawa kakakmu ke rumah sakit.""Baik!" Gatot baru merespons dan buru-buru mengeluarkan ponselnya untuk menelepon panggilan darurat."Yoga, Yoga ...." Karina yang telah sadar, langsung menangis tersedu-sedu. "Kamu nggak boleh mati. Yoga, kamu nggak boleh mati .... Tanpa izin dariku, kamu nggak boleh mati dulu ...
Melihat adegan ini, Karina yang tadinya telah hampir kehilangan akal sehat, kini tiba-tiba menyadari situasi yang tidak beres. Baru saja dia hendak melompat turun dari mobil, tetapi telah dicegah oleh sekumpulan pria itu. "Jangan bergerak sembarangan kalau nggak mau luka."Ekspresi Karina langsung berubah muram. "Siapa kalian? Kalian mau apa?" Namun, sekelompok orang itu hanya tertawa sinis.Pada saat itu, Gatot sudah berlari ke arah mobil dan hendak menarik Karina turun. Namun, Dewa Digdaya menendangnya ke semak-semak di dekatnya. Setelah itu, Dewa Digdaya menutup pintu mobil dan melaju pergi dengan cepat.Ambar akhirnya berhasil menyusul hingga ke lantai bawah. Namun begitu keluar dari gerbang, dia tidak melihat seorang pun di sekitar sana. Ambar mengumpat, "Anak sialan, kenapa larinya cepat sekali ...."Dari semak-semak di sebelahnya, tiba-tiba terdengar teriakan Gatot, "Bu, lapor polisi, cepat lapor polisi!"Ambar terkejut dan berteriak, "Gatot, kenapa kamu bisa di semak-semak? Apa