Melihat adegan ini, Karina yang tadinya telah hampir kehilangan akal sehat, kini tiba-tiba menyadari situasi yang tidak beres. Baru saja dia hendak melompat turun dari mobil, tetapi telah dicegah oleh sekumpulan pria itu. "Jangan bergerak sembarangan kalau nggak mau luka."Ekspresi Karina langsung berubah muram. "Siapa kalian? Kalian mau apa?" Namun, sekelompok orang itu hanya tertawa sinis.Pada saat itu, Gatot sudah berlari ke arah mobil dan hendak menarik Karina turun. Namun, Dewa Digdaya menendangnya ke semak-semak di dekatnya. Setelah itu, Dewa Digdaya menutup pintu mobil dan melaju pergi dengan cepat.Ambar akhirnya berhasil menyusul hingga ke lantai bawah. Namun begitu keluar dari gerbang, dia tidak melihat seorang pun di sekitar sana. Ambar mengumpat, "Anak sialan, kenapa larinya cepat sekali ...."Dari semak-semak di sebelahnya, tiba-tiba terdengar teriakan Gatot, "Bu, lapor polisi, cepat lapor polisi!"Ambar terkejut dan berteriak, "Gatot, kenapa kamu bisa di semak-semak? Apa
Ambar berteriak, "Kalau mau tunggu sampai kamu buat janji, putriku dan Yoga sudah .... Pokoknya aku nggak bisa tunggu lagi. Cepat biarkan aku ketemu Nadya."Sekretaris itu segera bertanya, "Tadi kamu bilang ada apa dengan Pak Yoga?"Gatot menjawab, "Yoga sudah meninggal. Kalau tunggu lebih lama lagi, kakakku mungkin juga akan meninggal! Kalau benar-benar terjadi sesuatu sama kakakku, apa kamu bisa tanggung jawab?""Apa?!" Sekretaris itu langsung bergidik. 'Pak Yoga sudah meninggal? Sekarang Bu Nadya sudah menganggap Pak Yoga sebagai seluruh hidupnya. Kalau Pak Yoga benar-benar meninggal, bagaimana Bu Nadya bisa hidup sendirian? Bagaimana ini?'Di saat itu juga, pintu ruangan Nadya tiba-tiba terbuka. Nadya memelototi Ambar dengan intens dan bertanya, "Apa kamu bilang tadi? Coba bilang sekali lagi."Ambar menjawab, "Yoga sudah meninggal. Tadi ada beberapa orang yang menyamar jadi teman Yoga dan menculik putriku. Sekarang ini dia dalam bahaya. Bu Nadya, kumohon segera selamatkan putriku .
Bagian kap mobil itu langsung penyok dan mesinnya meledak, mengeluarkan asap tebal. Pada akhirnya, Nadya juga ditangkap oleh beberapa orang itu.Di Perusahaan Farmasi Sehat Abadi.Ibu Yoga, Ayu, baru selesai menyiapkan makan siang untuk para karyawan dan duduk di kursi dengan keringat bercucuran dan napas terengah-engah. Adik Yoga, Lili, berjalan masuk ke dapur belakang. Melihat kondisi ibunya yang kelelahan, hatinya merasa tidak tega."Ibu, sudah kubilang berkali-kali. Biarkan saja bibi yang kupekerjakan itu mengurus makan siang karyawan. Ibu sudah tua, harus banyak istirahat."Ayu tersenyum dengan ramah. "Ibu nggak apa-apa, kok. Istirahat sebentar saja sudah pulih. Aku menganggap ini sebagai latihan. Oh ya, Lili, hari ini Ibu masak daging kukus kesukaanmu. Coba kamu cicipi sesuai seleramu nggak?""Oke." Lili langsung mengambil sepotong daging kukus dan mencicipinya dengan ekspresi puas. "Ibu, kemampuan memasakmu nggak menurun selama bertahun-tahun ini. Rasanya masih sama seperti dulu
Nadya dikurung di sebuah rumah kecil yang gelap. Pencahayaan dalam ruangan itu sangat buruk, tetapi dia tetap bisa melihat ada sebuah bayangan yang meringkuk di sudut ruangan. Orang itu tampak gemetaran dan terisak sesekali.Semakin lama diperhatikan, Nadya merasa sosok itu tampak sangat familier. Sepertinya ... orang ini adalah mantan istri Yoga, Karina.Nadya bertanya dengan suara lirih, "Karina?"Orang itu menanggapinya dan langsung berdiri menghadap ke arahnya. "Kamu ... Nadya? Kenapa kamu juga ditangkap ke sini?"Nadya menghela napas dan menjawab, "Bu Karina, yang menangkap kita ini sepertinya musuh Yoga ya? Aku mau tanya ... apa Yoga benar-benar sudah meninggal?""Aku ... nggak tahu." Karina menggelengkan kepalanya. Namun didengar dari nada bicara Karina, sepertinya memang telah terjadi sesuatu pada Yoga.Nadya merasa semakin sedih. Kedua wanita itu terdiam seribu bahasa.Setelah beberapa saat kemudian, keduanya berkata dengan serentak, "Tenang saja, aku akan ...."Karina berkata
Ekspresi Ayu berubah seketika. Ternyata orang ini mengetahui hal ini! Siapa dia sebenarnya? Memang benar kata pria ini, majikannya adalah ibu kandung Yoga. Ayu adalah nama ibu kandung Yoga. Demi mengenang majikannya yang telah meninggal, Intan mengubah namanya menjadi Ayu.Intan berkata dengan nada dingin, "Siapa kamu sebenarnya? Apa tujuanmu menangkap kami?"Dewa Digdaya menjawab, "Aku menangkap kalian demi kebaikan kalian sendiri. Apa kamu nggak ingin ketemu majikanmu? Kalian berdua juga sudah saatnya ketemu mertua asli kalian."Intan mendongak memelototi Dewa Digdaya. "Apa maksudmu! Kamu bilang, nona kami masih hidup?""Tentu saja!" Dewa Digdaya menambahkan, "Dia dikurung di tempat ini selama puluhan tahun!""Apa?" Intan merasa bersemangat, sekaligus marah. Dia bersemangat karena mengetahui bahwa nonanya masih hidup sampai sekarang. Namun, yang membuatnya marah adalah ternyata nonanya dikurung di tempat ini puluhan tahun!"Bajingan!" Lantaran tersulut emosi, Intan menerjang ke arah
Kedelapan penjaga lainnya memusatkan perhatian pada keempat wanita itu. "Dewa Digdaya, kamu yakin? Kalau kamu berani menipu kami, kamu tahu sendiri akibatnya."Dewa Digdaya berkata, "Kalian tenang saja, semua yang kukatakan itu fakta. Lagi pula, dengan reputasi kalian, mana mungkin aku berani menipu kalian?"Kedelapan penjaga itu berkata, "Baiklah. Kalau begitu, kami akan buat pengecualian dan biarkan kalian masuk. Tentu saja, kamu juga nggak boleh membuat kami mengambil risiko ini dengan cuma-cuma."Dewa Digdaya langsung mengerti ucapannya. "Para senior tenang saja. Setelah menemukan warisan kultivator kuno, kalian juga pasti akan dapat bagian."Kedelapan penjaga itu mengangguk dengan puas. Mereka telah melupakan dendam leluhur Jahanam Langit pada saat ini. Warisan kultivator kuno benar-benar terlalu menggoda.Beberapa penjaga itu pun akhirnya membawa mereka ke penjara lantai 18. Melewati 17 tingkat penjara sebelumnya, beberapa wanita itu ketakutan melihat pemandangan yang mengerikan.
Apa? Meninggal? Ekspresi Ayu membeku. Setelah sekian lama, dia masih belum tersadar dari keterkejutannya?Ayu berjuang supaya dirinya bisa bertahan di tempat gelap ini. Satu-satunya harapannya yaitu bisa berkumpul kembali bersama Yoga. Namun, sekarang Yoga telah meninggal ....Sekuat apa pun mental Ayu, dia tetap tidak bisa menahan kepedihan ini sekarang. Air matanya tak kuasa menetes."Hais! Hidup Yoga memang ditakdirkan penuh rintangan, tapi akan ada bintang keberuntungan yang selalu meneranginya. Sayangnya, bintang keberuntungan ini gagal melindungi nyawanya. Maaf, Nak," gumam Ayu."Nona, aku bersedia mengikuti Tuan Yoga dan melayaninya di alam baka. Tolong izinkan aku pergi," ucap Intan."Intan, kamu sangat berjasa karena telah membesarkan Yoga. Kamu nggak bersalah, jadi jangan menyalahkan diri sendiri. Semua ini sudah takdir Yoga, nggak ada yang bisa mengubah takdir," balas Ayu sambil menggeleng.Intan terus menangis. Ayu mengalihkan topik pembicaraan. Dia menatap Lili sambil beru
"Apa?" Ayu menatap kedua wanita itu dengan penuh antusiasme. Dia bertanya, "Kalian berdua menantuku?"Karina segera memperkenalkan diri, "Salam kenal, Bi. Aku istri Yoga, Karina."Ucapan ini sontak membuat Nadya kesal. Jelas-jelas Karina adalah mantan istri Yoga. Kalau begitu, bagaimana dia harus memperkenalkan dirinya? Sebagai wanita simpanan?Nadya tidak akan berdebat dengan Karina. Dia memperkenalkan diri dengan murah hati, "Bibi, aku cinta sejati Yoga, Nadya. Salam kenal.""Ya, ya!" Ayu menatap kedua wanita itu sambil tersenyum. "Selera bocah itu memang bagus. Kalian berdua wanita tercantik yang pernah kutemui.""Pujian Bibi sudah berlebihan. Bibi juga sangat cantik dan berkarisma," puji kedua wanita itu segera.Kemudian, Ayu menatap perut mereka dan bertanya, "Kalian mengandung anak Yoga?"Kedua wanita itu merasa canggung. Lili segera menjawab, "Ibu Angkat, karena beberapa alasan, mereka nggak mengandung anak kakakku."Ayu merasa agak kecewa, tetapi segera menenangkan diri. Dia be
Yogi berbicara sambil menghela napas dengan tak berdaya, sepertinya teringat dengan semua hal yang penuh dengan air mata kesedihan yang pernah terjadi. Itu adalah masa lalu yang tidak ingin diingatnya lagi."Bagus sekali, tapi aku nggak akan membiarkanmu hidup dengan tenang," kata Jordi yang tiba-tiba merobek pakaiannya, lalu memukul dadanya dengan keras.Boom!Darah menyembur dan terlihat banyak serangga hitam kecil yang keluar dari tubuhnya. Seperti kawanan nyamuk, serangga itu terbang naik turun dan bergerak menuju satu arah."Gawat!" teriak Yogi yang tiba-tiba terkejut, lalu segera maju dan terus menyerang satu per satu serangga itu sampai jatuh ke lantai.Agnes dan Markus juga berlarik keluar dan membunuh serangga-serangga hitam itu secara bersamaan.Namun, mereka tetap tidak bisa menangani semuanya dan beberapa serangga hitam itu berhasil lolos. Ukuran serangga itu sangat kecil, bahkan sulit untuk terlihat mata."Aduh!" kata Yogi sambil menghela napas dan menatap ke kejauhan. Pad
"Kenapa kamu lagi? Kenapa kamu bisa berada di sini?" tanya Jordi dengan ekspresi terkejut dan menatap orang di depannya dengan ketakutan.Jordi berpikir jelas-jelas Yoga masih berada di dalam formasi, tidak mungkin bisa muncul di sana dengan begitu cepat. Meskipun formasinya hancur, Yoga juga membutuhkan waktu untuk tiba di sana. Namun, orang di depannya ini sepertinya sudah menunggunya cukup lama. Ini benar-benar hal yang mustahil."Sepertinya sudah berlalu cukup lama, jadi kamu sudah melupakan siapa aku," kata Yogi sambil tersenyum dan memancarkan hawa dingin. Tatapannya itu penuh dengan niat membunuh."Kamu? Bukankah kamu ini Yoga?" tanya Jordi dengan tercengang dan merasa aneh. Saat ini, dia benar-benar merasa bingung.Yogi berkata, "Saat itu kamu yang membocorkan keberadaanku dan istriku, jadi istriku dikurung selama bertahun-tahun. Sekarang kamu sudah tahu siapa aku sebenarnya, 'kan?"Jordi bertanya sambil mengernyitkan alisnya, "Istrimu? Dikurung?"Setelah mengingat kembali deng
Awalnya, Jordi mengira formasi ini pasti bisa membunuh Bimo, tetapi tetap tidak ada kemajuan sedikit pun. Bimo ini masih tetap sulit untuk dibunuh, bahkan hampir berhasil menghancurkan formasinya. Jika formasi ini gagal, apa lagi yang bisa digunakannya untuk melawan Bimo?Dalam sekejap, Jordi berdiri diam di tempat dan tidak bergerak sedikit pun. Dia benar-benar sangat ketakutan dan merasa putus asa.Yoga tetap melawan boneka-boneka mayat itu sampai tidak bisa bergerak lagi dan tubuh mereka berserakan ke mana-mana."Kamu sudah siap untuk mati?" tanya Yoga sambil tersenyum sinis dan menatap Jordi dengan dingin."Kamu ...," teriak Jordi yang benar-benar kehilangan semangat bertarungnya, lalu mengendalikan semua benang merah dan menyuntikkannya ke dalam tubuh 15 boneka mayat itu. Boneka-boneka mayat yang langsung terlilit benang merah itu pun terlihat seperti mumi. Setelah itu, dia langsung berbalik dan melarikan diri.Yoga berniat untuk mengejar Jordi, tetapi dia langsung dihentikan oleh
"Apa ... yang telah kamu lakukan?" tanya Jordi yang tercengang saat melihat fenomena aneh di langit. Dia sama sekali tidak menyangka akan melihat pemandangan yang begitu mengerikan. Formasinya ini sepertinya benar-benar sudah tidak akan bertahan lagi."Aku sudah bilang formasimu ini nggak akan bisa melindungimu lagi," kata Yoga dengan dingin."Nggak, ini nggak mungkin," kata Jordi sambil menatap langit dengan bengong. Melihat satu per satu celah yang muncul di langit, hatinya merasa gelisah.Krak!Pada saat itu, muncul satu celah lagi dan seluruh formasinya pun mulai berguncang sampai ruangan di sekitar bergetar hebat.Jordi seolah-olah mulai menyadari kemampuan Bimo benar-benar luar biasa."Bagaimana kamu bisa melakukan ini?" tanya Jordi."Kamu pernah melihat kekuatan sebenarnya dari seorang kultivator raja?" kata Yoga dengan ambigu."Apa? Kultivator raja?" seru Jordi yang merasa terkejut serta panik dan ekspresinya juga makin muram.Kultivator raja adalah sosok yang sangat kuat, sehi
Setelah itu, mata semua orang membelalak dan tiba-tiba hidup kembali. Saat ini, mereka semua sudah menjadi boneka mayat. Jordi pun tertawa terbahak-bahak karena merasa sangat puas saat melihat hasil karyanya ini."Mana mungkin orang-orang yang pengecut ini pantas untuk mengikutiku. Kalau nggak ingin mati, aku sendiri yang akan membunuh kalian dan akhirnya kalian menjadi boneka mayatku. Mulai sekarang, tugas kalian adalah membunuh Bimo," kata Jordi sambil tertawa terbahak-bahak dan menunjuk ke arah Yoga.Dalam sekejap, 15 orang itu langsung berbaris dengan rapi. Mata mereka yang merah terlihat kosong dan menatap tajam ke arah Yoga. Satu per satu dari mereka penuh dengan aura membunuh dan siap untuk menghabisi target mereka di depan."Benar-benar ... sangat kejam," kata Yoga sambil menghela napas. Dia mengira mereka akan bersatu dan menyerangnya bersama-sama. Pada akhirnya, mereka memang bersatu, tetapi karena mereka semua dibunuh oleh Jordi."Serang!" perintah Jordi.Setelah itu, 15 bon
Jordi muncul di atas menara lonceng dan mengamati ke arah bawah dengan tenang. Tatapannya terlihat datar dan ekspresi tenang, seolah-olah meremehkan segalanya.Dalam sekejap, mata semua orang yang berada di sana membelalak dan melihat ke atas dengan ekspresi tidak percaya."Tuan Jordi, kenapa kamu keluar?""Bimo ini benar-benar luar biasa, kamu harus hati-hati.""Sebagai pusat informasi, kamu adalah sosok yang sangat penting dan nggak boleh terjadi apa-apa padamu."Semua orang segera membujuk Jordi dengan sangat cemas."Singkirkan wajah kalian itu, membuatku merasa jijik," marah Jordi dengan dingin. Dia sudah melihat segalanya tadi, termasuk dengan sekelompok orang ini yang bertindak dengan sangat memalukan demi bertahan hidup. Hal ini sama sekali tidak mencerminkan semangat seorang Pelindung Kebenaran.Mendengar perkataan itu, para tetua dan jenderal besar yang berada di sana semuanya menundukkan kepala. Mereka semua merasa gugup, tetapi mereka juga tidak berdaya. Bagaimanapun juga, m
"Apa?" Setelah mendengar kata-kata itu, wajah semua orang di tempat langsung berubah menjadi pucat pasi. Mereka sangat ketakutan dan gelisah. Bisa-bisanya ketahuan? Bagaimana mungkin rahasia ini bisa bocor? Dalam sekejap, semua orang menjadi panik. Mereka tanpa sadar melirik ke arah menara lonceng."Oh?" Yoga pun tertawa. Nada suaranya terdengar terkejut sekaligus puas.Yoga sebenarnya hanya meminta Winola dan Sutrisno untuk menjauh darinya, tetapi tak disangka mereka malah menemukan sesuatu yang sangat penting. Yoga perlahan mendongak dan menatap ke arah atas, tepat ke lokasi menara lonceng."Kalian jangan bicara sembarangan! Nggak mungkin ada apa-apa di menara lonceng itu!""Benar, tindakan kalian ini adalah pengkhianatan terhadap Bimo! Nggak mungkin pusat formasi ada di sana!""Kalian sungguh keji! Kalian mau mengalihkan perhatian Bimo ya? Pusat formasi yang sebenarnya jelas bukan di sana!"Para tetua dan jenderal mulai berteriak panik. Mereka coba meyakinkan Yoga dengan berbagai
"Kalian semua mau mati ya?" Yoga melontarkan pertanyaan dengan nada tenang. Matanya menyapu seluruh orang di tempat itu satu per satu. Wajahnya tetap datar tanpa emosi.Semua orang langsung menutup mulut. Tidak ada yang berani mengucapkan sepatah kata pun. Mereka tahu jika Bimo murka, konsekuensinya bukan hanya kematian, melainkan siksaan yang lebih buruk dari mati.Di saat itulah, Yoga memandang pria di hadapannya dengan tenang. Tanpa berkata sepatah kata pun, dia melayangkan tendangan. Tindakannya membuat pria tersebut terpental.Namun, Yoga sama sekali tidak berniat membunuhnya. Baginya, membunuh pria itu hanya akan menjadikannya salah satu dari boneka dalam formasi ini. Itu hanya akan menambah bebannya. Hal terpenting saat ini adalah menemukan pusat formasi."Hahaha! Aku hidup! Aku benar-benar masih hidup!" seru jenderal itu sambil tertawa terbahak-bahak penuh kegirangan. Wajahnya berseri-seri. Dia tidak mampu menyembunyikan rasa lega yang luar biasa.Mampu bertahan hidup di bawah
Hukum alam semesta akan memberikan tekanan jika itu terjadi. Yoga harus tetap waspada. Retakan-retakan di langit adalah hasil dari kekuatan hukum tersebut.Hukum alam semesta telah merasakan keberadaan Yoga sehingga langsung mencarinya tanpa ragu. Bahkan, formasi besar yang mengurung tempat ini pun tak mampu menghentikannya."Sepertinya aku harus sedikit menahan diri," gumam Yoga perlahan.Bimo menambahkan, "Cuma sedikit lagi doang. Meski kekuatanmu mampu menembus level kultivator raja, mana boleh kamu bertindak serampangan begini?""Aku tahu," jawab Yoga singkat, tanpa banyak bicara lagi. Kemudian, dia menoleh ke arah jenderal yang gemetar ketakutan dalam genggamannya. Kakinya bahkan hampir tak mampu menopang tubuhnya."Cepat katakan! Kalau nggak, aku akan menjadikanmu seperti mayat boneka itu, lalu menghancurkanmu hingga menjadi serpihan!" ancam Yoga dengan suara dingin."Aku akan kasih tahu semuanya!" balas jenderal itu sambil buru-buru mengangguk. Ketakutan dan emosinya sudah tak t