Pada saat yang sama, demo besar-besaran sedang terjadi di Daruna. Sebagian besar perusahaan berhenti beroperasi dan lalu lintas lumpuh.Hampir semua rakyat Daruna turun ke jalan untuk berdemonstrasi, menuntut Jepana untuk mengembalikan hak Daruna.Ketika orang-orang di Kota Terlarang sibuk memikirkan cara untuk mengatasi kerusuhan ini, tiba-tiba masuk berita besar.[ Daruna berhasil merebut hak mereka! Pengobatan tradisional sah menjadi warisan budaya Daruna! ]Begitu melihat berita ini, seluruh Daruna sontak berbahagia. Kemudian, muncul lagi berita yang membuat orang-orang makin emosional.[ Daruna menjadi anggota dewan keempat Persatuan Negara-Negara! ]Apa arti dari semua ini? Artinya, status Daruna telah diakui secara global. Kini, Daruna setara dengan Negara Yirul, Negara Miriku, dan Negara Paria.Ini adalah masa jaya Daruna! Kesedihan rakyat Daruna sontak sirna dan digantikan kebahagiaan. Suasana di Daruna jauh lebih meriah daripada saat tahun baru.Pada saat yang sama, orang-ora
Hilda tentu tahu isi pikiran Wenny. Jika mengadakan pesta untuk berterima kasih pada Raja Agoy, mereka akan berkesempatan untuk bertemu dengannya.Hilda menyahut, "Aku juga ingin berterima kasih padanya. Tapi, kita nggak punya cara untuk menghubunginya. Kita saja nggak tahu siapa Raja Agoy. Gimana caranya mengundangnya ke pesta?"Wenny berujar, "Kita memang nggak pernah melihatnya, tapi Pak Rama pernah. Kita bisa meminta bantuan Pak Rama.""Benar, kamu benar!" Mata Hilda sontak berbinar-binar. Setelah mencapai kesepakatan, mereka langsung menelepon Rama untuk meminta bantuannya.Rama tertawa dan berucap, "Aku mengerti perasaan kalian. Kalian ingin berterima kasih pada Raja Agoy dengan mengundangnya untuk makan. Oke, aku akan menyampaikannya kepada Raja Agoy."Sesudah mengakhiri panggilan, Rama pun tertawa nakal. Yoga melarangnya untuk membocorkan identitasnya. Namun, bukan salah Rama jika Yoga membocorkan identitasnya sendiri.Ketika Rama hendak menelepon Yoga, tiba-tiba masuk panggila
Rama terkekeh-kekeh dengan nakal sambil membatin, 'Raja Agoy, kamu yang membocorkan identitasmu sendiri. Ini bukan salahku ya!'Hilda dan Wenny pun menentukan lokasi pertemuan di Hotel Polkadot. Ini adalah salah satu dari 10 hotel termewah di Jepana.Di dalam ruang privat, kedua wanita itu duduk dengan gelisah. Mereka merasa sangat gugup karena terus memikirkan pertemuan dengan Raja Agoy. Bagaimana mereka harus bersikap? Bagaimana caranya menunjukkan ketulusan mereka?Jika meminta foto bersama dengan Raja Agoy, apakah Raja Agoy akan marah? Bagaimanapun, Raja Agoy sangat misterius. Tidak pernah ada fotonya yang beredar di dunia maya. Bagaimana kalau Raja Agoy menolak permintaan mereka? Kalau meminta tanda tangannya ...?Ketika kedua wanita itu masih gugup, pintu ruang privat tiba-tiba diketuk seseorang. Mereka pun bangkit dan maju untuk membuka pintu. Tanpa diduga, yang datang ternyata adalah Yoga.Hilda dan Wenny termangu. Situasi macam apa ini? Kenapa Yoga yang datang kemari? Yoga buk
Rama menipu Yoga supaya identitasnya terbongkar! Sayangnya, kedua wanita ini tidak terpikir bahwa Yoga adalah Raja Agoy.Yoga berkata, "Aku baru ingat aku punya rapat penting. Aku pamit dulu ya."Begitu mendengarnya, kedua wanita itu merasa senang. Mereka justru ingin mengusir Yoga supaya tidak ada yang mengganggu obrolan mereka dengan Raja Agoy.Tentunya, mereka tidak akan menunjukkan kegembiraan mereka secara terang-terangan. "Ya sudah. Kalau begitu, kami akan mentraktirmu lain kali.""Omong-omong, sebaiknya kalian segera meninggalkan Jepana. Setelah kejadian ini, Jepana pasti makin membenci Daruna. Kalau situasi makin gawat, mungkin akan muncul teroris," nasihat Yoga."Ya, kami akan mempertimbangkan nasihatmu ini." Kedua wanita itu mengangguk.Yoga bangkit dan pergi. Sementara itu, Hilda dan Wenny masih menunggu kedatangan Raja Agoy. Akhirnya, kesabaran mereka habis sehingga mereka menelepon Rama."Pak Rama, kenapa Raja Agoy belum datang? Kami sudah menunggu 3 jam lho," keluh Hilda
Orang di ujung telepon bertanya, "Kamu Hilda dari Perusahaan Farmasi Hansa, 'kan?""Ya, siapa kamu?" tanya Hilda balik sambil mengangguk.Orang itu menimpali, "Aku Manajer Departemen Perdagangan Internasional Perusahaan Farmasi Hansa. Sekarang kami memperluas bisnis kami ke Jepana, jadi kamu ditugaskan untuk bekerja di Jepana sementara waktu ini. Segera datang ke Gunung Sakura untuk melapor."Hilda mulai merasa panik. Dia berkata, "Begini, kebetulan aku punya urusan dan harus pulang. Apa boleh kalau aku melapor nanti atau ada yang bisa menggantikan posisiku?"Orang itu menyahut dengan tegas, "Ini keputusan perusahaan. Nggak bisa diganggu gugat. Kamu diwajibkan tiba di Gunung Sakura sebelum malam ini. Kalau nggak, berarti kamu menentang perintah perusahaan."Orang itu langsung mengakhiri panggilan. Hilda sama sekali tidak mencurigainya karena telah mendengar kabar tentang ekspansi Perusahaan Farmasi Hansa. Selain itu, ketika mengajukan cuti, Hilda mengatakan dirinya akan pergi ke Jepana
"Dasar nggak tahu malu!" maki Hilda. Kemudian, dia berbalik dan hendak kabur lagi. Sayangnya, Bromo langsung menyusul dan memukul leher Hilda untuk membuatnya jatuh pingsan.Saat ini, Yoga menelepon Raja Kegelapan. "Raja Kegelapan, bantu aku cari benih tingkat tinggi. Cari di seluruh dunia. Makin cepat makin bagus."Yoga ingin menanam tanaman obat yang tingkatannya di atas tingkat sembilan, bahkan obat suci di Gunung Sakura. Dengan begitu, dia bisa meningkatkan kekuatan Sekte Hagisana dan melawan Aula Digdaya dengan lebih mudah.Raja Kegelapan mengiakan. "Oke. Raja Agoy, ada yang ingin kulaporkan.""Katakan," sahut Yoga."Kami menemukan Nona Wenny pulang sendiri. Kami nggak melihat Nona Hilda bersamanya," ucap Raja Kegelapan.Yoga khawatir orang Jepana mengincar Wenny dan Hilda, jadi menyuruh Raja Kegelapan mengutus 2 bawahan untuk mengawal mereka."Hm? Hilda nggak pulang? Apa yang dia lakukan?" gumam Yoga dengan curiga."Aku sudah menyuruh orang menyelidikinya. Aku akan mengabarimu ka
Sementara itu, terlihat kawah gunung sedalam ratusan meter di bawah wanita itu. Lava tampak menggulung dan mendidih di kawah gunung itu. Karena suhu di sini sangat tinggi, pepohonan di sekeliling pun terbakar dan mati.Yoga mengamati dengan saksama dan mendapati bahwa wanita itu tidak lain adalah Hilda. Saat ini, Hilda sedang mengalami penderitaan fisik dan mental.Panas yang mengusuk membuat sekujur tubuhnya terasa tidak nyaman dan napasnya berat. Jika terjatuh ke dalam sana, tubuhnya sudah pasti akan hancur. Hilda tidak pernah merasa seputus asa ini.Mampuslah! Hilda yakin dirinya akan mati. Ketika berada dalam situasi terpuruk, sebuah sosok tiba-tiba muncul di hadapannya.Hilda pun berteriak secara naluriah dan mengerahkan seluruh tenaganya, "Tolong ... tolong aku ...!"Yoga maju dan berkata, "Hilda, jangan bergerak sembarangan. Aku akan menolongmu."Tali yang mengikat Hilda mulai hancur karena suhu yang terlalu tinggi. Jika gerakan Hilda terlalu kuat, takutnya tali itu akan putus.
Yoga memandang ke arah peluru memelesat. Terlihat seorang pria bersetelan hitam muncul dari belakang pohon. Orang itu tidak lain adalah Bromo yang menipu Hilda kemari.Bromo meniup pistolnya, lalu terkekeh-kekeh dan berujar, "Hebat juga kamu. Pantas saja, Guru mau turun tangan untuk melawanmu."Yoga bertanya, "Kamu yang menculik Hilda? Kuberi kamu kesempatan untuk menebus kesalahanmu dengan bunuh diri. Kalau nggak, aku jamin kamu akan merasakan kesengsaraan duniawi."Bromo mengarahkan pistolnya kepada Hilda dan berkata, "Anak Muda, jangan membual. Aku tahu kamu hebat, tapi apa kecepatanmu bisa menandingi pistolku?""Kalau kamu berani bergerak sembarangan, aku akan memutuskan tali yang mengikat Hilda. Dengan begitu, tubuhnya akan meleleh karena lava. Haha!""Coba saja kalau kamu berani," tantang Yoga."Lancang sekali! Bocah, jangan nggak tahu diri ya!" Bromo murka. Sebelum dia sempat melanjutkan ucapannya, Yoga sontak mengempaskan tangannya dan peluru memelesat ke arah Bromo.Kecepatan