Wenny benar-benar panik. "A ... apa yang mau kamu lakukan?"Iskandar berjalan ke arah Wenny dengan wajah cabul. "Jangan pura-pura bodoh, kamu tahu apa yang ingin kulakukan."Wenny benar-benar histeris. Dia terlahir di keluarga terpandang. Kehormatannya sebagai seorang wanita lebih penting daripada nyawanya. Kalau sampai keperawanannya jatuh ke tangan orang berengsek ini, Wenny lebih memilih untuk mati. Pada akhirnya, dia mengalah."Hentikan, hentikan semuanya. Aku ... akan serahkan liontin itu."Iskandar langsung tertawa, "Nah begitu dong. Katakan di mana liontin itu."Wenny menjawab, "Liontin itu ada pada ayah dan pamanku. Hanya aku yang bisa mengambilnya." Dia memutuskan untuk membawa mereka menemui ayah dan pamannya, lalu menyuruh ayahnya untuk menghabisi Iskandar.Iskandar berkata, "Ayo, bawa kami ambil liontin itu.""Oke!" jawab Wenny. Wenny menempatkan ayah dan pamannya di kantor pusat di Provinsi Sadali. Pertama karena perusahaannya adalah perusahaan farmasi sehingga bisa member
"Kuakui, aku memang keterlaluan karena meragukanmu dan memarahimu sebelumnya. Aku akan minta maaf."Yoga merenung sejenak, lalu berkata, "Maaf, saat ini aku sedang sibuk. Nggak ada waktu."Tut tut tut .... Telepon itu langsung dimatikannya. Wenny tidak menyerah. Dia terus menelepon Yoga dan memohonnya, "Yoga, masalah ini menyangkut nyawa keluargaku. Kamu harus bantu aku. Kalau kamu bantu aku, aku ... nggak keberatan untuk menjalankan pernikahan denganmu."Yoga berujar, "Kutegaskan sekali lagi, janji pernikahan itu sudah kurobek. Kita nggak ada hubungan apa pun lagi sekarang. Kalau nggak ada urusan penting, jangan telepon aku lagi."Wenny terbengong. Jangan-jangan, dia memang salah paham? Apa Yoga benar-benar telah merobek janji pernikahannya selama ini? Bukan Yoga yang terus mendekatinya, melainkan dia sendiri yang terus mengusik Yoga? Tidak mungkin!Pada saat Yoga hendak menutup telepon, Wenny tiba-tiba berteriak, "Yoga, kalau kamu bantu aku sekali ini, aku akan lakukan apa pun yang k
"Oke, segera kunci posisinya," jawab Yoga.Kaisar Kegelapan menjawab, "Baik. Selain itu, kami juga sudah menyelidiki informasi tentang Fargo. Dia ini awalnya hanya ahli bela diri yang biasa, tapi kemudian malah jadi ketagihan berjudi dan semua hartanya sampai habis. Setelah itu, dia bekerja jadi pengawal dan kebetulan bertemu dengan orang yang membuatnya menjadi kuda hitam dalam pertandingan bela diri."Yoga membalas, "Oke, selidiki semua tentang keluarganya.""Baik."Kedua orang itu menutup telepon pada saat yang hampir bersamaan. Roselia berkata, "Yoga, aku sudah temukan jejak Fargo."Yoga mengangguk, "Dia pergi ke kampung halamannya untuk membawa istri dan anaknya kabur ya?"Roselia terkejut, "Temanmu juga sudah temukan secepat itu?""Ya, dia sekalian menyelidiki latar belakangnya juga," jawab Yoga.Roselia terkesiap, "Siapa sebenarnya temanmu itu? Nggak banyak orang yang bisa bersaing dengan Restoran Floran dalam hal mengumpulkan informasi.""Lain kali baru kujelaskan padamu. Sekar
Darfi menyuruh keluarganya untuk pulang dan menunggunya. Namun, ayah Darfi tetap berdiri mematung di sana. Setelah semua keluarganya pergi, ayah Darfi tiba-tiba berlutut pada Yoga. "Tuan, apa Darfi berutang padamu? Tenang saja, kami pasti akan membayar utangnya. Kumohon jangan sakiti anakku."Darfi mulai panik dan memapah ayahnya, "Ayah, apa yang kamu lakukan? Cepat berdiri.""Anak durhaka, cepat berlutut!" Pria tua itu memakinya, "Cepat minta maaf sama Tuan ini."Darfi tidak berdaya. Sementara itu, Yoga merasa kasihan. Di dunia ini, orang yang paling menyayangi kita memang hanya orang tua. Yoga mengorbankan segalanya untuk menempuh bahaya, semuanya demi bisa menemui orang tuanya. Namun, Darfi ini malah tidak tahu menghargai orang tuanya sendiri. Dunia ini benar-benar tidak adil!Yoga berbalik dan berjalan pergi. Tak lama kemudian, Darfi juga menyusulnya. Yoga berkata dengan nada dingin, "Kalau Wenny sampai tahu tampang pangerannya ternyata seperti ini, dia pasti akan gila."Darfi berk
Yoga berkata dengan nada dingin, "Kuberi waktu dua hari untuk berpamitan dengan keluargamu, lalu urus pemakamanmu sendiri."Darfi bersujud pada Yoga, "Terima kasih atas kebaikan Pak Yoga."Setelah meninggalkan tempat ini, Yoga langsung bergegas ke bandara. Dia tidak takut Darfi akan membohonginya karena Yoga telah mengutus orang untuk mengawasinya.Bandara yang disebutkan Darfi adalah sebuah bandara pribadi. Di sana hanya ada sebuah pesawat terbang pribadi yang diparkirkan. Saat Yoga tiba, pesawat itu baru akan lepas landas. Sepertinya Iskandar juga memang tidak berencana mau menunggu Darfi.Melalui jendela mobil, pandangan Yoga kebetulan bertemu dengan tatapan Iskandar yang berada di dalam pesawat. Tatapan Iskandar dipenuhi dengan provokasi dan penghinaan. Dia bahkan menunjukkan jari tengahnya kepada Yoga. Yoga mengejarnya tanpa ragu-ragu.Memangnya kenapa kalau dia bisa naik pesawat? Selama tidak bisa melampaui kecepatan suara, Yoga bisa mengejarnya hingga ke ujung dunia. Demikianlah
Iskandar tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Siapa yang memberimu keberanian bicara begitu? Yoga, kuakui kekuatan tempurmu sangat luar biasa. Tapi, kekuranganmu juga jelas sekali. Kudengar kamu nggak bisa melawan sihir, 'kan? Sebagai genius Sekte Torkas, aku akan mengantarmu ke alam baka dengan sihirku. Ayo, bentuk formasi!""Baik!" Para murid Sekte Torkas bergegas mengiakan dan mengambil tindakan untuk membentuk formasi sihir.Begitu mereka bergerak, Yoga langsung beraksi. Dia berkelebat ke hadapan para murid itu dan mengempaskan mereka semua. Bahkan, ada yang langsung berubah menjadi kabut darah karena serangan Yoga.Pada akhirnya, Yoga mencekik leher Iskandar dan menekannya dengan kuat di tubuh pesawat. Terdengar benturan keras. Tubuh pesawat yang kokoh itu sampai hancur dan terlihat lubang besar berbentuk manusia.Iskandar memuntahkan darah, bahkan hampir kehilangan kesadaran. Yoga hanya menghabiskan beberapa detik untuk menjatuhkan mereka.Yoga terkekeh-kekeh dan berujar, "Aku me
Yoga menghadapkan kamera ponsel kepada wajahnya sendiri, lalu berkata, "Halo, Pak Apri. Lama nggak ketemu."Apri sontak murka melihat Yoga. Dia memekik, "Ternyata kamu! Kamu yang melukai putraku!""Benar sekali." Yoga mengiakan.Apri naik pitam. Yoga sudah melukai putranya, tetapi masih berani bersikap begitu terang-terangan. Lancang sekali!"Yoga, kamu melukai putraku tanpa alasan. Kamu harus membayar dengan nyawamu!" seru Apri."Tanpa alasan? Pak Apri, jangan sembarangan bicara dong. Dia yang menantangku. Aku bukan cuma ingin melukainya, tapi juga ingin membunuhnya!" sahut Yoga.Apri mengernyit sambil bertanya, "Gimana dia menantangmu?""Biar dia yang bicara sendiri kepadamu," timpal Yoga."Iskandar, apa yang kamu lakukan? Bukannya aku menyuruhmu jangan bertindak sembarangan?" tanya Apri."Aku ... aku cuma ingin mengambil Liontin Duo Naga," jawab Iskandar."Kenapa kamu mau liontin itu? Jangan-jangan untuk wanita itu?" Apri makin murka."Ayah, aku nggak bisa terima ini. Dia nggak pant
"Aku punya banyak keturunan, nggak masalah kalau kehilangan satu. Tapi, Raja Naga cuma punya seorang putra. Kalau dia kehilangan putranya, dia nggak mungkin memaafkanmu untuk selamanya. Lima ... empat ... tiga ...." Apri mulai berhitung mundur. Sementara itu, Arya sibuk memohon.Iskandar mengancam Yoga, "Ayo, cepat buat keputusan. Ayahku orang yang tepat janji. Dia selalu melakukan semua yang dikatakannya."Lima detik telah berlalu, tetapi Yoga belum menyatakan keputusan. Apri berucap, "Sepertinya kamu sudah membuat pilihan. Pengawal, bunuh Arya!"Arya berteriak dengan putus asa dan meminta pertolongan dari Yoga. Pada akhirnya, Yoga berkata, "Bawa Arya kemari."Arya menghela napas lega. Dia hampir pipis di celana saking takutnya. Apri mendengus dan berujar, "Ternyata kamu punya kesadaran diri juga."Tentunya, Yoga tidak berniat untuk melepaskan Iskandar. Dia sudah membuat rencana. Yoga segera menelepon Raja Naga untuk memberitahunya semuanya.Raja Naga sontak murka. "Dasar anak durhaka