Mendengar laporan itu, Dirga langsung emosi. Yoga benar-benar semakin keterlaluan. Apakah dia baru akan berhenti setelah memporakporandakan semua tempat? Dirga langsung menelepon Yoga, "Yoga, kamu menangkap Tiano ya?"Yoga menjawab, "Dia menculik wanitaku, memangnya aku nggak boleh menangkapnya?""Boleh, tapi apa kamu punya bukti bahwa Tiano yang menangkap Karina?" tanya Dirga.Dirga sangat memahami Tiano. Orang itu sangat licik, semua rencana yang disusunnya sangat sempurna. Jadi, seharusnya tidak akan ada bukti yang bisa membuatnya ketahuan. Jika Yoga tidak ada bukti, Tiano tidak akan membiarkannya begitu saja. Tiba saatnya nanti, bahkan penguasa negara saja mungkin tidak akan bisa melindungi Yoga lagi."Tenang saja, aku akan temukan buktinya," jawab Yoga.Tiano berteriak ke arah telepon Yoga, "Dirga, tolong aku! Aku nggak menculik Karina. Dia sendiri yang mau belajar ke Jepana, kami juga sudah tanda tangan perjanjian. Aku punya bukti tanda tangannya.""Berisik!" Yoga langsung menamp
Pria botak itu menarik rambut Karina dengan tanpa belas kasihan dan menyeretnya keluar. Karina telah putus asa, sehingga dia langsung menggigit lengan pria tua itu."Argh!" Pria botak itu kesakitan dan melepaskan cengkeramannya pada Karina. Pada saat bersamaan, dia menendang perut Karina hingga terhempas. "Sialan, dikasih hati minta jantung. Lihat saja, aku akan menghabisimu hari ini!"Karina yang terlempar ke lantai seketika merasa sekujur tubuhnya hampir remuk dan kesakitan. Air matanya mengalir dengan deras. Ketika bos kapal itu baru saja hendak membawa pergi Karina, tiba-tiba kapal itu bergetar hebat."Sialan, apa yang terjadi!" seru bos kapal itu dengan terkejut.Salah satu awak kapal menjawab, "Bos, sepertinya ada kapal yang menabrak kita."Pria botak itu marah besar. "Berengsek! Merusak suasana hatiku saja. Ayo, kita buat perhitungan dengan mereka." Pria botak itu berjalan ke dek kapal bersama beberapa bawahannya. Sesuai dugaan, terlihat sebuah kapal cepat telah menabrak kapal m
Suara pistol terdengar bergema di udara. Namun, tidak ada adegan percikan darah seperti yang dibayangkannya. Bagian tubuh Yoga yang tertembak tidak ada bekas sama sekali. Pelurunya telah hilang begitu saja. Situasi seperti apa ini? Ke mana perginya peluru itu?Yoga membuka telapak tangannya perlahan-lahan. Peluru yang telah berubah bentuk itu tergeletak dalam telapak tangannya.Pria botak itu langsung terperangah. Orang ini benar-benar bisa menangkap peluru dengan tangan kosong! Pria botak itu merasa sial bertemu dengan orang gila seperti Yoga. Dia tidak berniat untuk bertarung lagi, melainkan ingin melarikan diri. Namun, Yoga malah mencengkeram tangannya dan menekannya dengan perlahan.Bagaikan ditekan oleh mesin seberat ribuan ton, tangan pria botak itu meledak bersamaan dengan peluru. Rasa sakit itu membuatnya berguling-guling di lantai dan berteriak histeris."Di mana Karina? Cepat bawa aku cari dia," perintah Yoga."Baik, baik!" Pria botak itu tentu tidak berani melawan. Dia langs
"Pak, tolong kami. Huhuhu .... Kami nggak mau dijual jadi budak di luar negeri."Yoga menghibur mereka, "Tenang saja, kalian akan baik-baik saja. Aku akan bawa kalian pergi sekarang juga.""Terima kasih!" Semua orang bersujud untuk berterima kasih kepada Yoga. Yoga langsung menggendong Karina yang telah pingsan ke geladak kapal. Namun, pemandangan di hadapan mereka malah membuat semua orang merasa putus asa.Entah sejak kapan, kapal nelayan itu telah dikepung oleh puluhan kapal perang. Kapal perang itu dilengkapi dengan senjata api yang diarahkan kepada mereka. Ratusan tentara angkatan laut bersenjata lengkap mengawasi mereka dengan waspada.Melihat penampilan para angkatan laut dan bendera di kapal perang, semua orang ini seharusnya adalah pasukan Negara Jepana. Tentu saja, Tiano telah berada di kapal musuh. Dengan wajah yang marah, dia berkata pada Yoga, "Yoga, kamu kira kamu sudah menang ya? Salah besar! Ingat, orang yang terakhir kali tertawa adalah pemenangnya!"Yoga membalas, "Sa
Tiano menelan ludah dengan gugup, tetapi tidak berbicara sama sekali. Dia benar-benar percaya sekarang. Sebagai Raja Hansa dan dewa bisnis di seluruh dunia, Yoga memiliki koneksi dengan pemimpin negara-negara besar. Dia bisa meminjam kapal induk dari kepala negara itu dengan mudahnya.Setelah itu, terdengar suara gemuruh dari bawah permukaan laut. Selanjutnya, diikuti dengan empat buah benda besar yang menyembul ke permukaan. Benda itu adalah empat buah kapal selam kelas atas berskala internasional. Di seluruh dunia, negara yang memiliki kapal selam seperti ini tidak lebih dari 10 negara.Setelah melihat tanda yang tertera di kapal selam tersebut, Tiano sontak tercengang. Ini adalah kapal selam dari "Penguasa Lautan". "Penguasa Lautan" tidak dimiliki oleh negara mana pun, benda itu adalah legenda militer laut yang diciptakan secara pribadi. Meskipun kekuatan ini bersifat pribadi, kekuatan militernya termasuk dalam lima besar di seluruh dunia. Dikatakan bahwa mereka juga memiliki kapal
"Yoga, ada apa dengan luka di wajahmu ini?" tanya Erna.Yoga mengelus bekas luka di wajahnya dan berkata, "Tadi ada serpihan torpedo yang melintasi wajahku. Nggak apa-apa, kok.""Sialan!" Erna melemparkan tatapan tajam ke arah Tiano. "Orang yang berani melukai adik juniorku harus masuk ke neraka!"Tiano buru-buru menjelaskan, "Jelas-jelas torpedomu yang melukainya, kami sama sekali nggak menembakkan torpedo."Terna membalas, "Kalau bukan gara-gara kalian, mana mungkin aku menembakkan torpedo? Pada akhirnya, semua ini salah kalian.""Kamu ...." Tiano benar-benar kehabisan kata-kata. Wanita ini tidak bisa diajak bicara dengan rasional. Erna kembali menyergahnya, "Kamu nggak bisa mengelak lagi, 'kan? Rasakan kekuatan dari nuklirku.""Tunggu!" teriak Yoga menghentikannya, "Kak Erna, nggak pantas kamu menghabiskan nuklir deminya. Sebaiknya biarkan aku yang habisi dia saja, sekalian bisa melampiaskan dendam di hatiku.""Boleh juga!" Erna melambaikan tangannya, lalu muncul seutas tali merah d
"Aku ...." Kaisar Jepana kehabisan kata-kata. Perkataan Erna ini tepat mengenai titik kelemahannya. Setelah diam beberapa saat, dia langsung mematikan panggilan tersebut. Hal ini berarti dia telah merelakan pasukannya sendiri.Erna berkata, "Baiklah, mereka semua sudah bisa mati."Setelah sebuah badai berdarah berlalu, permukaan laut itu akhirnya kembali tenang. Hanya saja, permukaan laut telah dinodai dengan warna merah saat ini. Yoga berkata kepada Erna, "Kak Erna, kamu jangan berlayar lagi di lautan. Ikut aku ke daratan saja. Dunia darat lebih seru dari yang kamu bayangkan."Sejak lahir, Erna selalu berlayar di atas lautan. Selain Pulau Neraka, dia tidak pernah lagi menginjak daratan mana pun. Alasan itu jugalah yang membuat temperamennya menjadi sangat penyendiri dan dingin. Yoga selalu membujuk Erna untuk kembali ke daratan dan menjalani kehidupan orang normal.Namun sesuai dugaan, Erna tetap menolaknya dengan tegas, "Aku nggak mau ke daratan. Kamu temani aku beberapa saat di laut
Setelah mendengar penjelasan Dirga, Yoga mulai merasa cemas. Namun, dia tetap tidak menyerah. "Nggak masalah! Mereka memang hebat, tapi kekuatanku juga nggak bisa diremehkan."Dirga menghela napas. "Haeh, kamu atur saja sendiri."Erna berkata dengan dingin, "Huh, Jahanam Bumi apanya? Aku akan habisi orang yang berani melukai adik juniorku ini."Yoga merasa sangat terharu. Meski sifat Erna sangat dingin, dia benar-benar tulus memperlakukan Yoga dengan baik dan rela mengorbankan nyawa untuk melindungi Yoga. Terkadang, Yoga merasa Erna seperti seorang ibu baginya.Yoga membawa Erna ke vila tempat tinggal Roselia dan ingin menempatkannya di sini untuk sementara. Saat baru saja memasuki vila, Erna langsung mengendus-endus dan mengernyit. "Kenapa sepertinya aku mencium bau si genit itu?""Si Genit" adalah julukan yang diberikan Erna kepada Roselia. Yoga langsung menjelaskan, "Kak, di sini adalah vila Kak Roselia.""Apa?!" Ekspresi Erna sontak berubah. Dia melihat penampilan Yoga seakan-akan
"Hahaha! Bimo, akhirnya kamu mengalami ini juga!""Sekarang, gimana kamu bisa bertarung? Bersiaplah untuk mati!""Nggak peduli apa yang kamu lakukan, hari ini kamu nggak akan bisa kabur. Kematian sudah pasti menjadi akhirmu!"Suara-suara penuh keyakinan itu terdengar jelas di telinga Yoga. Dia agak mengernyit dan menatap dingin ke arah mereka.Yoga agak memiringkan kepala, lalu mengejek sambil menyeringai, "Kalian ini benar-benar terlalu berisik. Sepertinya kalian juga mau jadi boneka ya?"Sekejap kemudian, suasana berubah drastis. Semua orang terdiam, tak ada yang berani bicara lagi. Mereka tahu betul bahwa mereka tidak ingin mati.Sebab begitu mati, mereka akan dikendalikan oleh formasi ini. Mereka akan menjadi makhluk mengerikan yang tak bisa mati dan dihancurkan, kecuali semua makhluk hidup di dalam formasi ini sudah kehilangan nyawa.Yoga mengalihkan targetnya. Dia langsung menuju ke arah orang-orang yang tersisa sambil berujar, "Ya sudah. Kalau begitu seperti yang kalian inginkan
Di dalam formasi, sepuluh tetua dan tiga jenderal berdiri dengan kewaspadaan penuh. Mereka menatap tajam ke arah Yoga.Tatapan mereka yang dingin tertuju pada Yoga. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang bergerak. Mereka yakin bahwa pertempuran berikutnya akan berlangsung sesuai dengan rencana.Melihat itu, Yoga sedikit mengernyit. Dia bisa merasakan bahwa mereka sepertinya sedang menunggu sesuatu. Perasaan seperti itu sungguh membuatnya merasa sangat tidak nyaman.Akhirnya, Yoga mulai menyadari sesuatu. Dia segera mengalihkan pandangannya ke satu arah. Di sana, dia melihat tubuh jenderal yang sebelumnya telah dia bunuh.Jenderal itu kini seperti boneka yang dikendalikan oleh benang-benang merah. Tubuhnya mulai berubah menjadi makin besar dan berotot. Ini semua adalah hasil dari formasi, yang mengubah mayat itu menjadi lebih kuat dari sebelumnya.Yoga mendengus sebelum berujar, "Sepertinya, mereka mau menguji aku dulu."Yoga tahu betul bahwa orang-orang ini takut mati sehingga berh
Kraaak!Tubuh jenderal itu seketika meledak di satu bagian. Separuh tubuhnya berlumuran darah dan terlihat begitu mengerikan. Luka parah di bagian luar tubuhnya bercampur dengan dampak serangan di dalam tubuh. Hal itu membuatnya berada di ambang kematian.Dengan ekspresi datar, Yoga perlahan menoleh dan menatap dingin ke arah yang lain. Dia berujar, "Selanjutnya, giliran kalian!"Kalimat itu penuh dengan aura dominasi, seakan-akan dalam sekejap mampu membekukan seluruh wilayah di sekitar. Kesepuluh tetua dan tiga jenderal yang tersisa terdiam sejenak, lalu raut wajah mereka berubah menjadi garang."Bimo, kamu pasti nggak tahu betapa menakutkannya Formasi Pembantai Dewa ini, 'kan?""Di dalam formasi ini, satu-satunya jalan bagimu adalah mati!""Hmph! Memangnya kenapa kalau kamu bunuh dia? Setelah bunuh kami semua, terus apa?"Dalam sekejap, mereka semua menunjukkan sikap yang sombong dan melontarkan ejekan terhadap Yoga.Di sisi lain, Yoga mengernyit karena bingung. Apa mereka sudah gil
Kedua orang itu merasa bahwa jurus yang baru saja mereka lihat sangat mirip dengan gaya Yoga. Hanya saja setelah berpikir dengan saksama, mereka yakin bahwa itu tidak mungkin.Sutrisno dan Winola lebih percaya bahwa jurus itu diajarkan oleh Bimo kepada Yoga. Sebab, mana mungkin Yoga memiliki kemampuan sehebat itu?Winola bertanya dengan serius, "Tapi, apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Sudah begitu banyak orang yang mati!"Sutrisno membalas, "Banyak orang mati, bukannya itu malah bagus? Kalau para Pelindung Kebenaran mati, Tuan Bimo yang diuntungkan. Kalau orang-orang dari empat keluarga besar ikut mati, itu malah menguntungkan kita."Winola hanya terdiam mendengar ucapan itu. Dia menatap Sutrisno dengan pandangan penuh arti sambil mengernyit. Momen itu membuatnya seketika merasa bahwa Sutrisno adalah seorang pengkhianat. Bagaimanapun, orang-orang yang mati berasal dari keluarga mereka sendiri.Melihat ekspresi Winola, Sutrisno coba meyakinkannya dengan berucap, "Kamu lupa dengan
Pada saat yang bersamaan, seluruh langit berubah menjadi merah dan benang-benang yang memerah juga terus melayang.Saat ini, semua orang merasa sangat terkejut dan tatapan mereka penuh dengan ketakutan. Orang-orang dari empat keluarga besar yang tersisa dan para Pelindung Kebenaran yang masih hidup pun tercengang dengan pemandangan itu."Astaga. Apa yang mereka inginkan? Jangan-jangan ingin membunuh kami?""Kami adalah Pelindung Kebenaran, kita ini satu kelompok. Apa mereka benar-benar ingin membunuh tanpa pandang bulu?""Sialan! Padahal hanya perlu membunuh Bimo saja, kenapa harus membunuh kami juga? Organisasi Pelindung Kebenaran benar-benar akan hancur."Banyak Pelindung Kebenaran yang berteriak dengan marah dan emosi mereka makin meledak karena merasa menderita. Mereka semua tahu mereka akan segera mati.Orang-orang dari empat keluarga besar pun sudah benar-benar putus asa dan terus berlari ke segala arah.Namun, benang-benang merah itu langsung menyerang satu per satu orang di san
"Hancur!" teriak Yoga dan tiba-tiba melayangkan satu pukulan. Pukulan itu langsung memelesat maju, seolah-olah seluruh dunia terbuka hanya dengan satu pukulan.Boom!Benang-benang yang tidak terhitung jumlahnya langsung mencekung karena pukulan Yoga dan makin membesar. Hanya dalam sekejap, benang-benang itu langsung hancur berkeping-keping di tanah.Sepuluh tetua dan empat jenderal besar itu pun semuanya memuntahkan darah. Ekspresi mereka terlihat sangat terkejut serta ketakutan dan menatap Yoga dengan bengong."Ini ... kekuatan Bimo sebenarnya berada di tingkat apa? Kenapa aku merasa dia punya kekuatan seorang kultivator raja?""Nggak mungkin. Bagaimana mungkin ada kultivator raja di dunia bela diri kuno?""Benar-benar nggak masuk akal. Kalau dia benar-benar sudah menjadi kultivator raja, dia pasti akan terkena serangan balik dari hukum alam."Semua orang kebingungan dan mata mereka membelalak. Kekuatan tertinggi di dunia bela diri kuno adalah kultivator jenderal, ini sudah diakui sem
Tak lama kemudian, semua orang segera bergerak kembali dan mengendalikan formasinya. Kali ini, benang-benangnya bergerak dengan makin kuat dan rapat, sehingga para Pelindung Kebenaran dan orang-orang empat keluarga besar yang terbelah menjadi dua bertambah makin banyak. Mereka semua menjadi korban mengenaskan dengan tubuh berserakan dan darah mengalir di mana-mana.Bahkan para penyintas dari kejadian itu pun merinding karena ketakutan. Mereka segera melarikan diri ke segala arah karena takut menjadi korban dari formasi ini.Tak lama kemudian, medan pertempuran menjadi kosong dan hanya tersisa sepuluh tetua serta lima jenderal besar yang mengepung Yoga. Benang-benang itu juga masih terus bergerak dan terus menghantam ke arahnya.Sebuah benang yang sangat tipis melayang karena tertiup angin dan langsung menyerang ke arah kening Yoga. Namun, dia tetap tenang dan hanya bergeser sedikit ke samping.Plak!Terdengar suara keras dan sebuah jurang yang dalam pun terbentuk di samping Yoga. Ini a
Dalam sekejap, seluruh tempat itu berubah menjadi seperti neraka dengan bau amis darah dan kekejaman di mana-mana. Terlihat sangat mengerikan saat satu per satu tubuh terpotong oleh benang hitam itu. Makin banyak benang yang bergerak dengan tidak teratur dan memotong ke segala arah, tidak ada seorang pun bisa menghindar. Meskipun dewa yang datang, mereka juga akan tewas.Di salah satu deretan bangunan, Winola dan Sutrisno sedang berdiri di depan jendela dan melihat pemandangan itu dengan ketakutan. Ekspresi mereka terlihat sangat muram dan wajah mereka pucat pasi. Tidak ada yang menyangka semuanya akan menjadi begitu mengerikan.Winola tiba-tiba berkata, "Aku akhirnya mengerti kenapa Tuan Bimo menyuruh kita datang ke sini."Sutrisno menambahkan, "Ternyata dia ingin melindungi kita. Kalau kita berada di medan perang, kita pasti sudah mati."Winola kembali berkata, "Harus diakui, Tuan Bimo memang bijak. Bukan hanya memperhatikan kita, dia juga ingin melindungi kita."Sutrisno menghela na
Yoga tersenyum sinis dan menatap kerumunan orang di depannya dengan dingin, lalu mengangkat kepalanya dengan ekspresi angkuh. Jubahnya yang berkibar meskipun tidak ada angin membuatnya terkesan santai, tetapi berwibawa. Aura kuat yang misterius tiba-tiba memancar dari tubuhnya, sehingga orang-orang di sekitarnya makin waspada dan mengawasi setiap gerakannya."Bimo, jangan kira kamu sudah menang karena membawa orang untuk menyerang kami.""Kami sudah mempersiapkan tempat ini sepenuhnya untuk menghadapi kemungkinan kamu datang ke sini.""Kamu ini sama saja mencari mati sendiri. Lihat saja bagaimana kami membunuhmu."Dalam sekejap, semua orang yang berada di sana menjadi sangat bersemangat dan tertawa terbahak-bahak.Saat ini, Yoga mengernyitkan alis dan mengamati sekelilingnya. Dia menyadari ada ancaman yang terus mendekat, seolah-olah memang ada yang tidak beres."Ayo mulai aktifkan formasi!" teriak seseorang dengan lantang.Sepuluh tetua dan lima jenderal itu pun langsung bergerak. Mer