Ashila juga menimpali dengan semangat, "Wenny, apa kabar? Kamu baru kembali dari Provinsi Sadali?"Wenny mengangguk seraya menyahut, "Benar. Aku baru turun dari pesawat. Kak Ashila, apa yang kamu lakukan di bandara?"Ashila membalas, "Aku sedang menjemput bosku. Pak Kusuma, pemilik Perusahaan Farmasi Hansa.""Apa?" Wenny bertanya dengan kaget, "Kak Ashila, Pak Kusuma itu bosmu? Sejak kapan kamu bekerja untuknya?""Belum lama ini, aku baru ganti pekerjaan dan bekerja di Perusahaan Farmasi Hansa. Sekarang, aku menjadi penanggung jawab Perusahaan Farmasi Hansa di Ibu Kota," jawab Ashila.Wenny berujar dengan senang, "Bagus sekali. Kak Ashila, apa aku boleh ikut menjemput Pak Kusuma?"Ashila bertanya dengan penasaran, "Wenny, kalau aku dengar dari nada bicaramu, apa kamu juga pernah mendengar tentang Pak Kusuma?""Tentu saja!" Wenny menimpali dengan ekspresi bangga, "Jujur saja, aku dan Pak Kusuma sangat berjodoh. Dulu saat perusahaanku mengalami krisis, Pak Kusuma yang membantuku menyelam
"Kenapa aku merasa Pak Kusuma terus menghindariku, ya?" tanya Wenny.Ashila menghibur, "Tenang saja, kita akan mengadakan pesta sambutan untuk Pak Kusuma malam ini. Kita pasti bertemu dengannya nanti."Wenny seketika dipenuhi antusiasme. "Benar, aku pasti bisa bertemu Pak Kusuma hari ini."Yoga menaiki mobil, bersiap-siap pergi ke Kota Terlarang untuk mengobati Dirga. Tidak lama sesudah naik, dia ditelepon oleh sebuah nomor asing."Halo, siapa ini?" tanya Yoga."Halo, Pak Yoga. Aku sekretaris pribadi Pak Karno. Panggil saja aku Buana. Pak Karno yang menyuruhku meneleponmu," sahut orang di ujung telepon.Sekretaris pribadi Karno jelas bukan sembarang orang. Buana berhak memberikan saran atas semua keputusan yang dibuat oleh Karno. Bahkan di beberapa rapat besar, Buana dapat menggantikan Karno membuat keputusan.Jabatan Buana lebih rendah sedikit daripada Dirga. Akan tetapi, karena Buana terus melayani Karno, statusnya terlihat berada di atas Dirga sedikit.Yoga bertanya dengan penasaran
Yoga membalas, "Oke."Begitu mendengar suara ini, Ashila dan Wenny termangu. Kenapa suara ini terdengar begitu familier, bahkan mirip dengan suara Yoga? Keduanya tidak berpikir terlalu banyak. Lagi pula, suara pria dewasa hampir sama.Ashila berkata, "Pak, aku sudah mengatur pesta malam di aula lantai paling atas untuk menyambut kedatanganmu. Kuharap kamu bisa ikut serta malam ini. Semua staf akan hadir.""Oke." Yoga mengiakan dengan culas lagi.Ashila dan Wenny merasa sangat senang. Ashila berujar, "Kalau begitu, aku nggak akan mengganggu istirahatmu lagi. Sampai ketemu malam ini."Keduanya berjalan pergi dengan pelan. Sementara itu, Yoga yang merasa lelah pun berbaring untuk istirahat. Energinya terkuras banyak karena peluru itu. Meskipun tidak terluka, tubuhnya justru sangat lelah.Yoga tidur sampai pukul 7.30 malam. Dia terbangun karena panggilan telepon Buana. Buana berujar, "Pak, aku sudah dalam perjalanan ke tempatmu. Aku akan tiba sejam lagi. Apa ada barang yang ingin kamu bawa
"Sobat, cuma kamu yang bisa menjilat wanita sampai seperti ini. Benar-benar nggak tahu malu.""Astaga, kamu pria paling muka tebal yang pernah kutemui.""Nona Wenny cantik dan pintar, banyak pria yang mengejarnya. Siapa kamu? Berani sekali kamu mengincarnya.""Biar kuperingatkan, segera tinggalkan tempat ini dan jangan ganggu Nona Wenny. Kalau nggak, kami nggak akan sungkan-sungkan padamu."Yoga melirik semua orang itu dan merasa sangat kecewa. Dia berkata, "Pantas saja, kinerja kantor di ibu kota menjadi yang terburuk beberapa tahun ini. Justru aneh kalau prestasi kalian bagus."Begitu ucapan ini dilontarkan, semua orang sontak murka."Berengsek, berani sekali kamu mengutuk kami!""Cepat minta maaf! Kalau nggak, jangan harap bisa meninggalkan tempat ini hari ini!""Satpam, blokir semua pintu keluar. Hari ini, dia nggak boleh keluar sebelum minta maaf!"Para satpam segera menghalangi pintu. Beberapa staf pria bahkan menyingsingkan lengan baju dan memasang postur siap berkelahi. Sementa
Buana berkata dengan sopan, "Pak Kusuma, maaf sudah membuatmu lama menunggu. Kita sudah bisa berangkat sekarang."Pemandangan ini membuat semua orang tercengang. Buana memanggil Yoga dengan sebutan Pak Kusuma! Ternyata, pria yang mereka anggap sebagai penjilat Wenny adalah bos mereka! Bagaimana mungkin?Ketika teringat pada perilaku barusan, mereka ingin sekali mencari tempat untuk bersembunyi. Terutama Ashila, dia bahkan ingin bunuh diri sekarang. Lelucon macam apa ini?Yoga berkata, "Buana, tunggu sebentar. Ada masalah yang harus kutangani di sini.""Baik." Buana mengiakan. Orang bodoh sekalipun tahu bahwa Yoga akan balas dendam. Jadi, mereka mulai memohon."Pak, kami benar-benar minta maaf. Kami sudah meremehkanmu sebelumnya. Kami memang bodoh. Tolong ampuni kami untuk kali ini saja.""Kami tulus meminta maaf padamu, Pak. Tolong beri kami kesempatan sekali lagi."Yoga menyahut dengan dingin, "Kesempatan nggak datang begitu saja, semua tergantung pada kemampuan kalian sendiri."Yoga
Buana segera menenangkan, "Nona, jangan cemas. Aku sudah mengundang Pak Kusuma dari Perusahaan Farmasi Hansa kemari. Aku yakin Pak Dirga akan pulih sebentar lagi."Begitu mendengarnya, sekujur tubuh Wenny sontak menegang. Dia segera memandang ke belakang Buana. Apakah ini pria yang diimpikannya selama ini? Meskipun tidak bisa melihat paras Yoga, sorot matanya yang tegas itu membuat Wenny terpana.Wenny menyapa dengan hormat, "Pak Kusuma, terima kasih sudah menolongku waktu itu. Kali ini, mohon bantuanmu untuk menyembuhkan kakekku.""Bukan masalah," sahut Yoga sambil melambaikan tangan. Suara serak itu membuat Wenny makin terpesona.Buana berkata, "Pak Kusuma, kita nggak bisa menunda lagi. Tolong segera obati Pak Dirga.""Oke." Yoga maju untuk memeriksa denyut nadi Dirga. Denyut nadi Dirga sangat lemah, bahkan rumit sehingga agak sulit untuk diobati.Kemudian, Yoga mengamati catatan medis Dirga dan mendapati bahwa masalah terbesarnya adalah jumlah sel darah putih yang menurun drastis. O
Keluarga Sumargo benar-benar berjerih payah untuk melawannya. Mereka sampai mencelakai Dirga dan para petinggi Kota Terlarang.Buana mendengus. "Huh! Omong kosong apa yang kamu katakan? Aku nggak ngerti. Sekarang, aku menuntutmu karena telah membunuh Pak Dirga. Sebaiknya kamu bekerja sama dalam penyelidikan.""Tenang saja, aku nggak akan melawan." Yoga menunjukkan senyuman nakal. Sementara itu, Wenny sungguh panik. Dia buru-buru menyuruh staf medis untuk menyelamatkan kakeknya, tetapi semua upaya penyelamatan itu tidak berguna. Detak jantung dan napas Dirga tidak bisa kembali lagi."Huhuhu!" Wenny menangis dengan putus asa. Dia berlari ke depan Yoga untuk bertanya, "Pak, apa yang dikatakan Pak Buana benar? Kamu ingin membunuh kakekku?"Yoga menatap mata Wenny, lalu membalas dengan tulus, "Kalau aku bilang aku nggak bersalah, apa kamu akan percaya?"Wenny menatap mata Yoga, merasa linglung untuk sesaat. Kenapa tatapan ini terlihat makin mirip dengan tatapan Yoga? Ditambah lagi dengan su
Yoga menatap dengan saksama. Ternyata itu bukan kabut, melainkan Racun Jiwa. Mikroorganisme itu sangat kecil sehingga terlihat seperti kabut saat berkumpul. Selain itu, kedelapan tahanan itu melepaskan Racun Jiwa yang berbeda-beda. Semua racun itu dapat menyerang sel darah putih manusia, melemahkan jaringan otot, mengorosi organ dalam dan tulang.Yoga berkata, "Kalau tebakanku nggak salah, ini adalah formasi Sihir Beracun tingkat atas, Formasi Delapan Jiwa. Begitu terkena racun ini, seseorang akan lumpuh dalam beberapa saat dan hanya bisa menyaksikan tubuhnya meleleh.""Yang bisa membentuk formasi ini hanya ahli terhebat. Demi melawanku, Keluarga Sumargo benar-benar berjerih payah, sampai-sampai para monster tua ini turun tangan."Buana menyahut, "Aku nggak nyangka pengetahuanmu cukup luas juga. Benar, ini Formasi Delapan Jiwa. Kedelapan orang ini adalah senior hebat dari Sekte Sihir Beracun. Kamu seharusnya merasa terhormat karena mati di tangan mereka.""Tapi, aku merasa kalian yang