"Katakan, siapa yang mengutusmu?" tanya Yoga."Jangan harap!" Pria berkacamata hitam masih keras kepala. Dia membalas, "Meskipun harus mati, aku tetap nggak akan memberitahumu.""Bagus." Yoga berujar sambil mencibir, "Kamu pasti pernah dengar Teknik Jarum Hantu dan Sarang Ribuan Serangga, 'kan? Aku nggak tahu berapa lama kamu bisa bertahan."Pria berkacamata hitam seketika merinding. Sebagai ahli bela diri, dia tentu saja pernah mendengar tentang Teknik Jarum Hantu dan Sarang Ribuan Serangga. Keduanya termasuk sepuluh siksaan teratas.Melihat Yoga hendak menyuapkan Sarang Ribuan Serangga ke mulutnya, pria berkacamata sontak putus asa. Dia buru-buru berteriak, "Aku akan katakan. Aku mendapatkan Dekret Dewa Digdaya untuk membunuhmu.""Untung kamu tahu diri," sindir Yoga.Kala ini, para penumpang yang tadinya sangat ketakutan mulai tenang. Mereka mengerumuni pria berkacamata hitam dan menaklukkannya. Sementara itu, beberapa orang berdiri di samping Yoga."Pak Kusuma memang pemberani. Aku
Ashila juga menimpali dengan semangat, "Wenny, apa kabar? Kamu baru kembali dari Provinsi Sadali?"Wenny mengangguk seraya menyahut, "Benar. Aku baru turun dari pesawat. Kak Ashila, apa yang kamu lakukan di bandara?"Ashila membalas, "Aku sedang menjemput bosku. Pak Kusuma, pemilik Perusahaan Farmasi Hansa.""Apa?" Wenny bertanya dengan kaget, "Kak Ashila, Pak Kusuma itu bosmu? Sejak kapan kamu bekerja untuknya?""Belum lama ini, aku baru ganti pekerjaan dan bekerja di Perusahaan Farmasi Hansa. Sekarang, aku menjadi penanggung jawab Perusahaan Farmasi Hansa di Ibu Kota," jawab Ashila.Wenny berujar dengan senang, "Bagus sekali. Kak Ashila, apa aku boleh ikut menjemput Pak Kusuma?"Ashila bertanya dengan penasaran, "Wenny, kalau aku dengar dari nada bicaramu, apa kamu juga pernah mendengar tentang Pak Kusuma?""Tentu saja!" Wenny menimpali dengan ekspresi bangga, "Jujur saja, aku dan Pak Kusuma sangat berjodoh. Dulu saat perusahaanku mengalami krisis, Pak Kusuma yang membantuku menyelam
"Kenapa aku merasa Pak Kusuma terus menghindariku, ya?" tanya Wenny.Ashila menghibur, "Tenang saja, kita akan mengadakan pesta sambutan untuk Pak Kusuma malam ini. Kita pasti bertemu dengannya nanti."Wenny seketika dipenuhi antusiasme. "Benar, aku pasti bisa bertemu Pak Kusuma hari ini."Yoga menaiki mobil, bersiap-siap pergi ke Kota Terlarang untuk mengobati Dirga. Tidak lama sesudah naik, dia ditelepon oleh sebuah nomor asing."Halo, siapa ini?" tanya Yoga."Halo, Pak Yoga. Aku sekretaris pribadi Pak Karno. Panggil saja aku Buana. Pak Karno yang menyuruhku meneleponmu," sahut orang di ujung telepon.Sekretaris pribadi Karno jelas bukan sembarang orang. Buana berhak memberikan saran atas semua keputusan yang dibuat oleh Karno. Bahkan di beberapa rapat besar, Buana dapat menggantikan Karno membuat keputusan.Jabatan Buana lebih rendah sedikit daripada Dirga. Akan tetapi, karena Buana terus melayani Karno, statusnya terlihat berada di atas Dirga sedikit.Yoga bertanya dengan penasaran
Yoga membalas, "Oke."Begitu mendengar suara ini, Ashila dan Wenny termangu. Kenapa suara ini terdengar begitu familier, bahkan mirip dengan suara Yoga? Keduanya tidak berpikir terlalu banyak. Lagi pula, suara pria dewasa hampir sama.Ashila berkata, "Pak, aku sudah mengatur pesta malam di aula lantai paling atas untuk menyambut kedatanganmu. Kuharap kamu bisa ikut serta malam ini. Semua staf akan hadir.""Oke." Yoga mengiakan dengan culas lagi.Ashila dan Wenny merasa sangat senang. Ashila berujar, "Kalau begitu, aku nggak akan mengganggu istirahatmu lagi. Sampai ketemu malam ini."Keduanya berjalan pergi dengan pelan. Sementara itu, Yoga yang merasa lelah pun berbaring untuk istirahat. Energinya terkuras banyak karena peluru itu. Meskipun tidak terluka, tubuhnya justru sangat lelah.Yoga tidur sampai pukul 7.30 malam. Dia terbangun karena panggilan telepon Buana. Buana berujar, "Pak, aku sudah dalam perjalanan ke tempatmu. Aku akan tiba sejam lagi. Apa ada barang yang ingin kamu bawa
"Sobat, cuma kamu yang bisa menjilat wanita sampai seperti ini. Benar-benar nggak tahu malu.""Astaga, kamu pria paling muka tebal yang pernah kutemui.""Nona Wenny cantik dan pintar, banyak pria yang mengejarnya. Siapa kamu? Berani sekali kamu mengincarnya.""Biar kuperingatkan, segera tinggalkan tempat ini dan jangan ganggu Nona Wenny. Kalau nggak, kami nggak akan sungkan-sungkan padamu."Yoga melirik semua orang itu dan merasa sangat kecewa. Dia berkata, "Pantas saja, kinerja kantor di ibu kota menjadi yang terburuk beberapa tahun ini. Justru aneh kalau prestasi kalian bagus."Begitu ucapan ini dilontarkan, semua orang sontak murka."Berengsek, berani sekali kamu mengutuk kami!""Cepat minta maaf! Kalau nggak, jangan harap bisa meninggalkan tempat ini hari ini!""Satpam, blokir semua pintu keluar. Hari ini, dia nggak boleh keluar sebelum minta maaf!"Para satpam segera menghalangi pintu. Beberapa staf pria bahkan menyingsingkan lengan baju dan memasang postur siap berkelahi. Sementa
Buana berkata dengan sopan, "Pak Kusuma, maaf sudah membuatmu lama menunggu. Kita sudah bisa berangkat sekarang."Pemandangan ini membuat semua orang tercengang. Buana memanggil Yoga dengan sebutan Pak Kusuma! Ternyata, pria yang mereka anggap sebagai penjilat Wenny adalah bos mereka! Bagaimana mungkin?Ketika teringat pada perilaku barusan, mereka ingin sekali mencari tempat untuk bersembunyi. Terutama Ashila, dia bahkan ingin bunuh diri sekarang. Lelucon macam apa ini?Yoga berkata, "Buana, tunggu sebentar. Ada masalah yang harus kutangani di sini.""Baik." Buana mengiakan. Orang bodoh sekalipun tahu bahwa Yoga akan balas dendam. Jadi, mereka mulai memohon."Pak, kami benar-benar minta maaf. Kami sudah meremehkanmu sebelumnya. Kami memang bodoh. Tolong ampuni kami untuk kali ini saja.""Kami tulus meminta maaf padamu, Pak. Tolong beri kami kesempatan sekali lagi."Yoga menyahut dengan dingin, "Kesempatan nggak datang begitu saja, semua tergantung pada kemampuan kalian sendiri."Yoga
Buana segera menenangkan, "Nona, jangan cemas. Aku sudah mengundang Pak Kusuma dari Perusahaan Farmasi Hansa kemari. Aku yakin Pak Dirga akan pulih sebentar lagi."Begitu mendengarnya, sekujur tubuh Wenny sontak menegang. Dia segera memandang ke belakang Buana. Apakah ini pria yang diimpikannya selama ini? Meskipun tidak bisa melihat paras Yoga, sorot matanya yang tegas itu membuat Wenny terpana.Wenny menyapa dengan hormat, "Pak Kusuma, terima kasih sudah menolongku waktu itu. Kali ini, mohon bantuanmu untuk menyembuhkan kakekku.""Bukan masalah," sahut Yoga sambil melambaikan tangan. Suara serak itu membuat Wenny makin terpesona.Buana berkata, "Pak Kusuma, kita nggak bisa menunda lagi. Tolong segera obati Pak Dirga.""Oke." Yoga maju untuk memeriksa denyut nadi Dirga. Denyut nadi Dirga sangat lemah, bahkan rumit sehingga agak sulit untuk diobati.Kemudian, Yoga mengamati catatan medis Dirga dan mendapati bahwa masalah terbesarnya adalah jumlah sel darah putih yang menurun drastis. O
Keluarga Sumargo benar-benar berjerih payah untuk melawannya. Mereka sampai mencelakai Dirga dan para petinggi Kota Terlarang.Buana mendengus. "Huh! Omong kosong apa yang kamu katakan? Aku nggak ngerti. Sekarang, aku menuntutmu karena telah membunuh Pak Dirga. Sebaiknya kamu bekerja sama dalam penyelidikan.""Tenang saja, aku nggak akan melawan." Yoga menunjukkan senyuman nakal. Sementara itu, Wenny sungguh panik. Dia buru-buru menyuruh staf medis untuk menyelamatkan kakeknya, tetapi semua upaya penyelamatan itu tidak berguna. Detak jantung dan napas Dirga tidak bisa kembali lagi."Huhuhu!" Wenny menangis dengan putus asa. Dia berlari ke depan Yoga untuk bertanya, "Pak, apa yang dikatakan Pak Buana benar? Kamu ingin membunuh kakekku?"Yoga menatap mata Wenny, lalu membalas dengan tulus, "Kalau aku bilang aku nggak bersalah, apa kamu akan percaya?"Wenny menatap mata Yoga, merasa linglung untuk sesaat. Kenapa tatapan ini terlihat makin mirip dengan tatapan Yoga? Ditambah lagi dengan su
"Apa?" Semua orang yang berada di tempat itu terkejut dan ekspresi mereka terlihat sangat muram."Siapa mereka?" tanya Samsul dengan nada dingin."Mereka ... adalah orang-orang dari Keluarga Husin," jawab bawahan itu.Dalam sekejap, ekspresi semua orang menjadi muram. Mereka saling memandang dengan mengernyitkan alis karena merasa gelisah."Ini .... Kamu orang dari Keluarga Husin ya?" tanya Samsul yang tiba-tiba menoleh dan menatap Yoga dengan mata yang bersinar.Pada saat itu, Yoga baru perlahan-lahan berdiri dengan ekspresi bangga, lalu tersenyum dingin dan berkata dengan tenang, "Aku rasa aku nggak perlu menyembunyikan identitasku lagi, aku adalah Olga Husin.""Dasar bajingan! Jadi kamu ini orang dari Keluarga Husin, ternyata semua ini adalah konspirasi dari Keluarga Husin," teriak Samsul dengan marah."Benar. Sekarang kalian sudah tahu pun nggak ada gunanya lagi, nggak ada yang bisa menyelamatkan kalian. Bersiaplah untuk mati," teriak Yoga dengan lantang dan aura yang menekan.Kata
Di bawah arahan pemimpin pengawal itu, Yoga dibawa ke sebuah tempat yang terbuka. Sudah ada tiga puluhan ahli yang berdiri tegak di sana dan menatap Yoga dengan ekspresi serius. Sementara itu, seorang paruh baya sedang duduk di kursi dan menunggu dengan tenang."Aku Samsul dari Keluarga Kusuma. Kamu orang dari Rumah Lelang Diseto yang menjual besi hitam?" tanya Samsul sambil mengamati Yoga dari atas ke bawah dengan tatapan yang tajam karena dia merasa ada yang tidak beres dengan pria yang seluruh tubuhnya tertutup ini. Aura di tubuh pria ini tidak terasa seperti orang tua, melainkan seorang pemuda.Sementara itu, tatapan Samsul yang tajam membuat Yoga merasa tidak nyaman.Yoga menjawab, "Benar, aku orangnya."Samsul berkata, "Barang yang kamu inginkan sudah siap. Kalau sudah setuju, kita bisa mulai bertransaksi sekarang."Yoga berkata, "Baiklah, tapi aku harus memeriksa barangnya dulu."Samsul pun menganggukkan kepala sebagai isyarat pada bawahannya.Tak lama kemudian, anggota Keluarga
Yoga berdiri tegak dengan aura penuh wibawa. Ekspresinya serius saat berbicara demikian. Kata-katanya langsung membuat Sutrisno tertegun.Ini ... ini pasti hanya bercanda, 'kan? Sutrisno bahkan merasa seperti sedang berkhayal. Seandainya orang lain yang mengatakan hal itu, dia pasti sudah marah. Namun sayangnya, orang yang mengatakannya adalah Yoga.Dalam suasana tegang ini, sebuah suara jernih tiba-tiba terdengar. "Kalau begitu, aku besok bisa melakukan apa?" Suara itu berasal dari seorang wanita yang melangkah masuk dari pintu. Sosoknya anggun dan menawan. Itu adalah Winola.Sutrisno langsung tersentak. Matanya membelalak tak percaya ketika bertanya, "Kamu ... sudah dengar semuanya?""Ya." Winola tidak berniat menyangkalnya. Dia pun mengangguk ringan. Dia telah mendengar cukup banyak, bahkan bisa menebak bahwa Yoga pasti sedang merencanakan sesuatu untuk besok.Terutama saat mendengar rencana Yoga untuk mengguncang dunia kultivator kuno. Di dalam hatinya, semangatnya menggebu-gebu. D
Seiring dengan tertidurnya Bimo, tidak ada jawaban sama sekali ketika Yoga memanggilnya dua kali. Dia benar-benar telah tertidur.Yoga bergumam dalam hati. Dia merasa sedikit tidak yakin. 'Satu bulan ... bisakah aku menemukannya?'Benda seperti itu, bahkan ketika Yoga sendiri masuk ke area terlarang, hanya bisa menemukan satu. Sementara dua benda yang tersisa ... dia sama sekali tidak memiliki petunjuk. Selain itu, kini dirinya juga telah menjadi target dari para penjaga gerbang.Setelah berpikir panjang, Yoga menyadari bahwa dia harus mempercepat langkahnya. Setelah melalui berbagai rintangan dalam perjalanan pulang, Yoga akhirnya kembali ke vila.Namun begitu masuk ke dalam, Yoga langsung melihat Sutrisno sudah duduk di ruang tamu. Dia sedang menunggunya dengan ekspresi penuh kegelisahan."Apa itu kamu? Sebenarnya kamu bukan? Apa kamu yang bunuh anggota Keluarga Husin?" tanya Sutrisno dengan nada cemas. Dia terus-menerus menekannya untuk memberikan jawaban.Yoga menghela napas. Dia m
"Benar! Kita harus rebut kembali obat-obatan. Besi hitam nggak boleh jatuh ke tangan mereka!""Tapi ... di mana manusia hantu lainnya? Bukannya yang ada di sini kebanyakan hanya orang-orang dari Keluarga Husin?" Di tengah kerumunan, seseorang tiba-tiba mengajukan pertanyaan itu.Sutrisno membalas dengan santai, "Apa pedulimu? Mereka memang nggak pernah akur satu sama lain. Mungkin mereka langsung kabur begitu keadaan menjadi genting!"Mendengar itu, orang-orang yang ada di sana pun mengangguk-angguk seakan menerima penjelasan tersebut tanpa banyak berpikir.Winola melirik Sutrisno sekilas. Pikirannya penuh dengan beban berat. Di tempat ini, hanya dia dan Sutrisno yang memiliki hubungan dekat dengan Yoga. Mereka berdua sangat memahami kepribadian Yoga. Kemungkinan besar, Keluarga Husin telah dijebak olehnya.Tak lama setelah itu, orang-orang mulai bergerak. Mereka berpencar untuk mencari keberadaan Keluarga Husin.Saat ini, Yoga duduk bersila dalam meditasi di kejauhan. Setelah beberapa
"Yang aku inginkan adalah membuat Keluarga Husin benar-benar tunduk sepenuhnya! Rasa takut? Itu nggak ada dalam kamusku!" Suara Yoga penuh dengan keangkuhan dan keyakinan mutlak.Di tempat itu, para manusia hantu hanya bisa terdiam. Mereka semua menatapnya dengan ekspresi kosong. Namun, di mata mereka kini muncul kilatan kekaguman yang makin mendalam.Bagaimanapun juga, orang yang berani bersikap begitu arogan, yang berani berhadapan langsung dengan Keluarga Husin, bukanlah orang biasa. Keberanian seperti ini ... tidak dimiliki oleh semua orang!"Gawat! Ada orang-orang dari tiga kekuatan lain yang datang! Mereka adalah anggota dari tiga keluarga besar lainnya!" Tiba-tiba, suara seseorang menggema.Semua orang di sana langsung tersentak kaget. Mereka segera menoleh ke arah Yoga. Tiga keluarga besar lainnya ... datang juga?Prajna mengusulkan dengan nada tegang, "Apa yang harus kita lakukan? Sebaiknya kita segera pergi!"Yoga tersenyum licik. Sepasang matanya berkilat penuh arti ketika b
Kata-kata Yoga langsung membuat Girbet melihat secercah harapan. Dengan penuh kegembiraan, dia merangkak maju dalam posisi berlutut.Segera, Girbet sudah sampai di hadapan Yoga. Dia membenturkan kepalanya ke tanah berkali-kali dengan sekuat tenaga. Dia takut jika terlambat sedikit saja, Yoga akan berubah pikiran.Girbet berkata dengan penuh kegelisahan dan ketergesaan, "Makasih! Makasih banyak! Aku akan segera kembali dan mengambil uangku! Aku janji akan kasih semuanya padamu!"Setelah itu tanpa membuang waktu, Girbet berbalik dan hendak pergi. Namun, tiba-tiba terdengar suara Yoga. "Tunggu!"Hati Girbet seakan berhenti berdetak sejenak. Wajahnya menjadi pucat pasi. Dia ingin berpura-pura tidak mendengar dan terus melangkah pergi. Namun, pada saat berikutnya ... sosok-sosok aneh bermunculan di sekelilingnya.Mereka semua memiliki penampilan yang mengerikan. Ternyata itu adalah para manusia hantu dari area terlarang."Bos sudah menyuruhmu berhenti, apa kamu tuli?" Suara dingin Prajna me
"Kenapa bisa begini?" Ekspresi Alex menjadi makin tegang. Kegelisahannya juga makin menjadi-jadi.Meskipun Jam Penciptaan ini hanya sebuah tiruan, tetap saja seharusnya benda sehebat ini tidak mungkin bisa ditaklukkan dengan begitu mudah oleh pemuda itu."Nggak ada yang istimewa dari barang ini," ucap Yoga. Dia menatap Jam Penciptaan sambil merabanya ke atas dan ke bawah. Dalam sekejap, dia langsung melihat kelemahan jam tersebut.Jam ini memang dirancang dengan sangat cermat, bahkan kekuatannya melampaui senjata ajaib tingkat jumantara. Dari sini saja, bisa dibayangkan betapa luar biasanya kekuatan Jam Penciptaan yang asli. Namun pada akhirnya ... jam ini hanyalah barang tiruan!Seiring dengan suara yang tajam, Yoga langsung merobek Jam Penciptaan menjadi dua bagian. Dengan tubuh fisiknya yang luar biasa kuat, juga dengan kekuatan yang melampaui batas, benda palsu seperti ini baginya tidak berbeda dengan selembar kertas yang bisa dirobek kapan saja.Alex terperanjat. Matanya terbelala
Bisa-bisanya Girbet ingin melawan orang sehebat ini. Sungguh konyol! Dia tiba-tiba mendongak, lalu menatap Jam Penciptaan di langit dengan sedikit kehilangan fokus. Apakah Alex akan menang?....Pada saat ini, aura dari Jam Penciptaan menyebar ke sekeliling dan menutupi seluruh area dengan tekanan yang luar biasa. Banyak orang yang memperhatikan pemandangan ini. Semuanya menunjukkan ekspresi keterkejutan."Ini ... ini adalah aura dari Jam Penciptaan milik Keluarga Husin! Astaga, mereka sudah bergerak secepat ini?""Sampai-sampai menggunakan Jam Penciptaan .... Apa para manusia hantu ini benar-benar telah memaksa Keluarga Husin sampai ke titik ini?""Keberadaan Jam Penciptaan adalah simbol dari warisan yang luar biasa kuat. Jangan-jangan Keluarga Husin sudah kehabisan cara untuk bertahan?"Dalam sekejap, banyak orang mulai berdiskusi dengan penuh semangat. Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa situasi akan berkembang hingga ke tahap yang begitu ekstrem.Di dalam kelompok Keluarga Bra