Yoga menatap dengan saksama. Ternyata itu bukan kabut, melainkan Racun Jiwa. Mikroorganisme itu sangat kecil sehingga terlihat seperti kabut saat berkumpul. Selain itu, kedelapan tahanan itu melepaskan Racun Jiwa yang berbeda-beda. Semua racun itu dapat menyerang sel darah putih manusia, melemahkan jaringan otot, mengorosi organ dalam dan tulang.Yoga berkata, "Kalau tebakanku nggak salah, ini adalah formasi Sihir Beracun tingkat atas, Formasi Delapan Jiwa. Begitu terkena racun ini, seseorang akan lumpuh dalam beberapa saat dan hanya bisa menyaksikan tubuhnya meleleh.""Yang bisa membentuk formasi ini hanya ahli terhebat. Demi melawanku, Keluarga Sumargo benar-benar berjerih payah, sampai-sampai para monster tua ini turun tangan."Buana menyahut, "Aku nggak nyangka pengetahuanmu cukup luas juga. Benar, ini Formasi Delapan Jiwa. Kedelapan orang ini adalah senior hebat dari Sekte Sihir Beracun. Kamu seharusnya merasa terhormat karena mati di tangan mereka.""Tapi, aku merasa kalian yang
Yoga berkata, "Kalian sudah mau mati, untuk apa tahu sebanyak itu?"Berkat Mantra Iblis Hati yang ditinggalkan oleh ibunya, Yoga berhasil menjinakkan Raja Cacing Giok.Buana hendak melarikan diri saat melihat sudah tidak ada harapan untuk menang. Kedelapan senior itu juga ingin kabur, tetapi tidak berdaya. Otot, tulang, dan organ mereka telah diserang, membuat mereka kesulitan untuk berdiri. Mereka hanya bisa meminta tolong pada Buana."Buana, tolong kami. Kalau kami mati, Keluarga Sumargo nggak bakal mengampunimu," ujar salah seorang senior itu.Nyawa Buana saja sudah terancam, mana mungkin dia peduli pada orang lain lagi. Dia menimpali, "Senior-senior, maafkan aku. Kalian sudah sekarat, nggak ada gunanya aku menolong kalian. Jadi, aku pamit dulu."Buana bergegas melarikan diri. Kedelapan senior itu hanya bisa menerima nasib. Beberapa saat lagi, mereka akan menyaksikan tubuh mereka hancur karena Racun Jiwa. Dipikirkan saja sudah membuat mereka merinding.Pilihan paling baik untuk seka
Panggilan segera terhubung. Buana berkata, "Pak Karno, ada perubahan situasi. Yoga membunuh Pak Dirga saat mengobatinya. Aku menangkapnya, tapi dia melarikan diri dari penjara dan mencoba membunuhku. Aku curiga Yoga sudah lama ingin merebut takhta. Tolong beri keputusan secepatnya.""Suruh Yoga bicara denganku," ujar Karno dengan suara penuh wibawa."Baik." Buana langsung melemparkan ponselnya kepada Yoga.Karno bertanya, "Yoga, apa yang dikatakan Buana benar?""Yang dia katakan nggak sesuai kenyataan. Buana adalah mata-mata yang diatur Keluarga Sumargo. Sejak awal, dia sudah mengkhianatimu. Pak Dirga dan lainnya jatuh sakit juga karena dia. Dia bahkan bersekongkol dengan kedelapan ahli untuk membunuhku," jelas Yoga."Oke, aku sudah mengerti. Emran, tangkap Buana," perintah Karno tanpa merasa ragu sedikit pun.Duar! Buana bak disambar petir. Dia tidak menyangka Karno akan memercayai Yoga begitu saja dan mengabaikan dirinya yang telah berjasa selama ini. Bagaimana hal ini mungkin?Emran
Melihat situasi ini, Yoga ragu-ragu sesaat. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk menyelamatkan Emran dan lainnya terlebih dahulu. Bagaimanapun, tidak pantas jika mengorbankan nyawa Pasukan Imperial demi mengejar Buana.Namun, Emran malah menyemangati Yoga untuk mengejar Buana. "Pak Yoga, jangan pedulikan kami. Kejar saja Buana."Yoga menenangkan, "Nggak masalah, biarkan saja dia hidup untuk beberapa hari lagi. Ini sama saja dengan memancing ikan besar."Ikan besar yang dimaksud oleh Yoga jelas adalah Keluarga Sumargo. Tanpa menunda, Yoga langsung menetralisasi racun di tubuh mereka. Dengan bantuan Raja Cacing Giok, Pasukan Imperial pun pulih dengan cepat.Emran memimpin Pasukan Imperial untuk berlutut pada Yoga. "Pak Yoga, terima kasih banyak. Kami berutang nyawa padamu. Kelak kalau kamu butuh bantuan, panggil saja kami.""Sama-sama," sahut Yoga dengan nada datar. Kemudian, dia menelepon Karno. "Guru, ada yang ingin kutanyakan.""Katakanlah," balas Karno."Apa Pulau Neraka yang kita tem
Suara yang mendadak ini membuat Wenny terperanjat. Saat berikutnya, Dirga memuntahkan segumpal darah hitam dan menarik napas dalam-dalam.Dirga hidup kembali! Wenny bergegas menghampiri dan berkata, "Kakek, syukurlah, kamu hidup kembali. Huhuhu, kamu mengejutkanku saja.""Air ...," ujar Dirga. Wenny segera menuangkan segelas air untuk Dirga. "Kakek, ini airnya."Setelah minum beberapa teguk, rona wajah Dirga berangsur membaik. Wenny segera menyuruh staf medis untuk memeriksa kondisi kakeknya.Hasilnya sungguh mencengangkan. Berbagai indikator fisiologis Dirga mendekati normal, bahkan sel darah putihnya pulih dengan cepat. Staf medis sampai terkejut."Ajaib sekali, ini benar-benar keajaiban di dunia medis.""Detak jantungnya jelas-jelas sudah nggak ada lagi tadi, tapi sekarang semua normal kembali. Pak Dirga benar-benar beruntung."Wenny berlinang air mata saat berkata, "Kakek, kamu mengejutkanku saja tadi. Gimana bisa kamu hidup kembali?"Dirga menjawab dengan heran, "Kenapa? Bukannya
Yoga mengangguk. Dirga meneruskan, "Sebenarnya aku dan Pak Karno sudah mencurigai Buana sejak awal. Tapi, Keluarga Sumargo menguasai Racun Jiwa. Begitu kami bertindak, mereka mungkin akan menyebarkan racun itu ke mana-mana. Ketika saat itu tiba, kita bakal kewalahan. Tapi, kalau seluruh rakyat Daruna sudah divaksin, kita nggak perlu takut lagi.""Baiklah. Beri aku beberapa hari untuk mengembangkan vaksin itu," sahut Yoga sambil merenung.Faktanya, para ahli di lembaga medis juga meneliti vaksin Racun Jiwa selama beberapa tahun ini. Namun, tidak ada perkembangan apa pun. Yoga malah mengatakan hanya butuh beberapa hari. Hal ini membuat Dirga tak kuasa tertawa. Anak muda memang mementingkan gengsi."Pak Dirga, apa kamu tahu tentang Penjara Jahanam?" tanya Yoga."Tahu," sahut Dirga sambil mengangguk."Kamu tahu lokasinya di mana?" tanya Yoga lagi."Nggak tahu," jawab Dirga.Yoga merasa kecewa mendengarnya. Dirga bertanya, "Untuk apa kamu menanyakan tentang ini?""Aku mendapat informasi kal
Namun, setelah Yoga pergi, ekspresi semua orang berubah drastis. Tatapan mereka terhadap Yoga tampak dipenuhi kebencian.Ashila menyeduh kopi untuk Yoga, lalu mengantarkannya. Dia tidak lupa untuk mengganti pakaiannya menjadi rok pendek dan stoking panjang agar terlihat seksi."Pak, sepertinya kamu nggak minum dari tadi. Ini kopi supaya kamu punya energi," ujar Ashila."Letakkan saja," sahut Yoga tanpa mengangkat kepalanya sedikit pun."Baik." Ashila meletakkannya, tetapi tidak langsung pergi. Dia berjalan ke belakang Yoga dan berujar, "Pak, kamu harus memperhatikan waktu bekerja dan istirahat. Aku pernah belajar memijat. Aku akan memijatmu supaya merasa lebih rileks."Sebelum Yoga menjawab, Ashila sudah memulai pijatannya. Tujuannya tentu bukan sekadar memijat. Kakinya yang ramping terus digesekkan ke tubuh Yoga. Kedua tangannya pun pelan-pelan menyentuh bagian bawah tubuh Yoga."Pak, nggak ada siapa pun di sini. Gimana kalau aku membantumu merilekskan tubuh? Kujamin kamu akan merasa
"Keluarga Sumargo pada dasarnya memang keturunan kultivator kuno, jadi kalian punya sedikit darah kultivator kuno. Tapi, akan sulit untuk mengubah fisik manusia biasa menjadi kultivator kuno. Beri aku waktu setengah bulan lagi untuk mengatasi kesulitan ini.""Kamu harus terus melindungiku dari Yoga. Jangan sampai dia datang ke Penjara Jahanam untuk menyelamatkan ibunya. Begitu eksperimenku berhasil, kita bisa pergi ke Pulau Neraka untuk menjadi kultivator kuno yang sesungguhnya," jelas Dewa Digdaya.Nalif membalas, "Tenang saja, Yoga nggak ada apa-apanya bagiku. Omong-omong, suruh para keturunan Keluarga Sumargo itu kembali.""Oke." Dewa Digdaya mengiakan.Nalif menatap Buana sembari berkata, "Buana, aku mengutus 10 keturunan Keluarga Sumargo yang fisiknya telah diubah menjadi fisik kultivator kuno untuk membantumu. Kamu nggak boleh gagal kali ini. Bunuh dia kalau bisa. Kalau nggak bisa, cegah dia supaya nggak bisa pergi ke Penjara Jahanam. Ngerti?"Tatapan Buana dipenuhi antusiasme. D
"Apa?" Semua orang yang berada di tempat itu terkejut dan ekspresi mereka terlihat sangat muram."Siapa mereka?" tanya Samsul dengan nada dingin."Mereka ... adalah orang-orang dari Keluarga Husin," jawab bawahan itu.Dalam sekejap, ekspresi semua orang menjadi muram. Mereka saling memandang dengan mengernyitkan alis karena merasa gelisah."Ini .... Kamu orang dari Keluarga Husin ya?" tanya Samsul yang tiba-tiba menoleh dan menatap Yoga dengan mata yang bersinar.Pada saat itu, Yoga baru perlahan-lahan berdiri dengan ekspresi bangga, lalu tersenyum dingin dan berkata dengan tenang, "Aku rasa aku nggak perlu menyembunyikan identitasku lagi, aku adalah Olga Husin.""Dasar bajingan! Jadi kamu ini orang dari Keluarga Husin, ternyata semua ini adalah konspirasi dari Keluarga Husin," teriak Samsul dengan marah."Benar. Sekarang kalian sudah tahu pun nggak ada gunanya lagi, nggak ada yang bisa menyelamatkan kalian. Bersiaplah untuk mati," teriak Yoga dengan lantang dan aura yang menekan.Kata
Di bawah arahan pemimpin pengawal itu, Yoga dibawa ke sebuah tempat yang terbuka. Sudah ada tiga puluhan ahli yang berdiri tegak di sana dan menatap Yoga dengan ekspresi serius. Sementara itu, seorang paruh baya sedang duduk di kursi dan menunggu dengan tenang."Aku Samsul dari Keluarga Kusuma. Kamu orang dari Rumah Lelang Diseto yang menjual besi hitam?" tanya Samsul sambil mengamati Yoga dari atas ke bawah dengan tatapan yang tajam karena dia merasa ada yang tidak beres dengan pria yang seluruh tubuhnya tertutup ini. Aura di tubuh pria ini tidak terasa seperti orang tua, melainkan seorang pemuda.Sementara itu, tatapan Samsul yang tajam membuat Yoga merasa tidak nyaman.Yoga menjawab, "Benar, aku orangnya."Samsul berkata, "Barang yang kamu inginkan sudah siap. Kalau sudah setuju, kita bisa mulai bertransaksi sekarang."Yoga berkata, "Baiklah, tapi aku harus memeriksa barangnya dulu."Samsul pun menganggukkan kepala sebagai isyarat pada bawahannya.Tak lama kemudian, anggota Keluarga
Yoga berdiri tegak dengan aura penuh wibawa. Ekspresinya serius saat berbicara demikian. Kata-katanya langsung membuat Sutrisno tertegun.Ini ... ini pasti hanya bercanda, 'kan? Sutrisno bahkan merasa seperti sedang berkhayal. Seandainya orang lain yang mengatakan hal itu, dia pasti sudah marah. Namun sayangnya, orang yang mengatakannya adalah Yoga.Dalam suasana tegang ini, sebuah suara jernih tiba-tiba terdengar. "Kalau begitu, aku besok bisa melakukan apa?" Suara itu berasal dari seorang wanita yang melangkah masuk dari pintu. Sosoknya anggun dan menawan. Itu adalah Winola.Sutrisno langsung tersentak. Matanya membelalak tak percaya ketika bertanya, "Kamu ... sudah dengar semuanya?""Ya." Winola tidak berniat menyangkalnya. Dia pun mengangguk ringan. Dia telah mendengar cukup banyak, bahkan bisa menebak bahwa Yoga pasti sedang merencanakan sesuatu untuk besok.Terutama saat mendengar rencana Yoga untuk mengguncang dunia kultivator kuno. Di dalam hatinya, semangatnya menggebu-gebu. D
Seiring dengan tertidurnya Bimo, tidak ada jawaban sama sekali ketika Yoga memanggilnya dua kali. Dia benar-benar telah tertidur.Yoga bergumam dalam hati. Dia merasa sedikit tidak yakin. 'Satu bulan ... bisakah aku menemukannya?'Benda seperti itu, bahkan ketika Yoga sendiri masuk ke area terlarang, hanya bisa menemukan satu. Sementara dua benda yang tersisa ... dia sama sekali tidak memiliki petunjuk. Selain itu, kini dirinya juga telah menjadi target dari para penjaga gerbang.Setelah berpikir panjang, Yoga menyadari bahwa dia harus mempercepat langkahnya. Setelah melalui berbagai rintangan dalam perjalanan pulang, Yoga akhirnya kembali ke vila.Namun begitu masuk ke dalam, Yoga langsung melihat Sutrisno sudah duduk di ruang tamu. Dia sedang menunggunya dengan ekspresi penuh kegelisahan."Apa itu kamu? Sebenarnya kamu bukan? Apa kamu yang bunuh anggota Keluarga Husin?" tanya Sutrisno dengan nada cemas. Dia terus-menerus menekannya untuk memberikan jawaban.Yoga menghela napas. Dia m
"Benar! Kita harus rebut kembali obat-obatan. Besi hitam nggak boleh jatuh ke tangan mereka!""Tapi ... di mana manusia hantu lainnya? Bukannya yang ada di sini kebanyakan hanya orang-orang dari Keluarga Husin?" Di tengah kerumunan, seseorang tiba-tiba mengajukan pertanyaan itu.Sutrisno membalas dengan santai, "Apa pedulimu? Mereka memang nggak pernah akur satu sama lain. Mungkin mereka langsung kabur begitu keadaan menjadi genting!"Mendengar itu, orang-orang yang ada di sana pun mengangguk-angguk seakan menerima penjelasan tersebut tanpa banyak berpikir.Winola melirik Sutrisno sekilas. Pikirannya penuh dengan beban berat. Di tempat ini, hanya dia dan Sutrisno yang memiliki hubungan dekat dengan Yoga. Mereka berdua sangat memahami kepribadian Yoga. Kemungkinan besar, Keluarga Husin telah dijebak olehnya.Tak lama setelah itu, orang-orang mulai bergerak. Mereka berpencar untuk mencari keberadaan Keluarga Husin.Saat ini, Yoga duduk bersila dalam meditasi di kejauhan. Setelah beberapa
"Yang aku inginkan adalah membuat Keluarga Husin benar-benar tunduk sepenuhnya! Rasa takut? Itu nggak ada dalam kamusku!" Suara Yoga penuh dengan keangkuhan dan keyakinan mutlak.Di tempat itu, para manusia hantu hanya bisa terdiam. Mereka semua menatapnya dengan ekspresi kosong. Namun, di mata mereka kini muncul kilatan kekaguman yang makin mendalam.Bagaimanapun juga, orang yang berani bersikap begitu arogan, yang berani berhadapan langsung dengan Keluarga Husin, bukanlah orang biasa. Keberanian seperti ini ... tidak dimiliki oleh semua orang!"Gawat! Ada orang-orang dari tiga kekuatan lain yang datang! Mereka adalah anggota dari tiga keluarga besar lainnya!" Tiba-tiba, suara seseorang menggema.Semua orang di sana langsung tersentak kaget. Mereka segera menoleh ke arah Yoga. Tiga keluarga besar lainnya ... datang juga?Prajna mengusulkan dengan nada tegang, "Apa yang harus kita lakukan? Sebaiknya kita segera pergi!"Yoga tersenyum licik. Sepasang matanya berkilat penuh arti ketika b
Kata-kata Yoga langsung membuat Girbet melihat secercah harapan. Dengan penuh kegembiraan, dia merangkak maju dalam posisi berlutut.Segera, Girbet sudah sampai di hadapan Yoga. Dia membenturkan kepalanya ke tanah berkali-kali dengan sekuat tenaga. Dia takut jika terlambat sedikit saja, Yoga akan berubah pikiran.Girbet berkata dengan penuh kegelisahan dan ketergesaan, "Makasih! Makasih banyak! Aku akan segera kembali dan mengambil uangku! Aku janji akan kasih semuanya padamu!"Setelah itu tanpa membuang waktu, Girbet berbalik dan hendak pergi. Namun, tiba-tiba terdengar suara Yoga. "Tunggu!"Hati Girbet seakan berhenti berdetak sejenak. Wajahnya menjadi pucat pasi. Dia ingin berpura-pura tidak mendengar dan terus melangkah pergi. Namun, pada saat berikutnya ... sosok-sosok aneh bermunculan di sekelilingnya.Mereka semua memiliki penampilan yang mengerikan. Ternyata itu adalah para manusia hantu dari area terlarang."Bos sudah menyuruhmu berhenti, apa kamu tuli?" Suara dingin Prajna me
"Kenapa bisa begini?" Ekspresi Alex menjadi makin tegang. Kegelisahannya juga makin menjadi-jadi.Meskipun Jam Penciptaan ini hanya sebuah tiruan, tetap saja seharusnya benda sehebat ini tidak mungkin bisa ditaklukkan dengan begitu mudah oleh pemuda itu."Nggak ada yang istimewa dari barang ini," ucap Yoga. Dia menatap Jam Penciptaan sambil merabanya ke atas dan ke bawah. Dalam sekejap, dia langsung melihat kelemahan jam tersebut.Jam ini memang dirancang dengan sangat cermat, bahkan kekuatannya melampaui senjata ajaib tingkat jumantara. Dari sini saja, bisa dibayangkan betapa luar biasanya kekuatan Jam Penciptaan yang asli. Namun pada akhirnya ... jam ini hanyalah barang tiruan!Seiring dengan suara yang tajam, Yoga langsung merobek Jam Penciptaan menjadi dua bagian. Dengan tubuh fisiknya yang luar biasa kuat, juga dengan kekuatan yang melampaui batas, benda palsu seperti ini baginya tidak berbeda dengan selembar kertas yang bisa dirobek kapan saja.Alex terperanjat. Matanya terbelala
Bisa-bisanya Girbet ingin melawan orang sehebat ini. Sungguh konyol! Dia tiba-tiba mendongak, lalu menatap Jam Penciptaan di langit dengan sedikit kehilangan fokus. Apakah Alex akan menang?....Pada saat ini, aura dari Jam Penciptaan menyebar ke sekeliling dan menutupi seluruh area dengan tekanan yang luar biasa. Banyak orang yang memperhatikan pemandangan ini. Semuanya menunjukkan ekspresi keterkejutan."Ini ... ini adalah aura dari Jam Penciptaan milik Keluarga Husin! Astaga, mereka sudah bergerak secepat ini?""Sampai-sampai menggunakan Jam Penciptaan .... Apa para manusia hantu ini benar-benar telah memaksa Keluarga Husin sampai ke titik ini?""Keberadaan Jam Penciptaan adalah simbol dari warisan yang luar biasa kuat. Jangan-jangan Keluarga Husin sudah kehabisan cara untuk bertahan?"Dalam sekejap, banyak orang mulai berdiskusi dengan penuh semangat. Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa situasi akan berkembang hingga ke tahap yang begitu ekstrem.Di dalam kelompok Keluarga Bra