Melihat situasi ini, Yoga ragu-ragu sesaat. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk menyelamatkan Emran dan lainnya terlebih dahulu. Bagaimanapun, tidak pantas jika mengorbankan nyawa Pasukan Imperial demi mengejar Buana.Namun, Emran malah menyemangati Yoga untuk mengejar Buana. "Pak Yoga, jangan pedulikan kami. Kejar saja Buana."Yoga menenangkan, "Nggak masalah, biarkan saja dia hidup untuk beberapa hari lagi. Ini sama saja dengan memancing ikan besar."Ikan besar yang dimaksud oleh Yoga jelas adalah Keluarga Sumargo. Tanpa menunda, Yoga langsung menetralisasi racun di tubuh mereka. Dengan bantuan Raja Cacing Giok, Pasukan Imperial pun pulih dengan cepat.Emran memimpin Pasukan Imperial untuk berlutut pada Yoga. "Pak Yoga, terima kasih banyak. Kami berutang nyawa padamu. Kelak kalau kamu butuh bantuan, panggil saja kami.""Sama-sama," sahut Yoga dengan nada datar. Kemudian, dia menelepon Karno. "Guru, ada yang ingin kutanyakan.""Katakanlah," balas Karno."Apa Pulau Neraka yang kita tem
Suara yang mendadak ini membuat Wenny terperanjat. Saat berikutnya, Dirga memuntahkan segumpal darah hitam dan menarik napas dalam-dalam.Dirga hidup kembali! Wenny bergegas menghampiri dan berkata, "Kakek, syukurlah, kamu hidup kembali. Huhuhu, kamu mengejutkanku saja.""Air ...," ujar Dirga. Wenny segera menuangkan segelas air untuk Dirga. "Kakek, ini airnya."Setelah minum beberapa teguk, rona wajah Dirga berangsur membaik. Wenny segera menyuruh staf medis untuk memeriksa kondisi kakeknya.Hasilnya sungguh mencengangkan. Berbagai indikator fisiologis Dirga mendekati normal, bahkan sel darah putihnya pulih dengan cepat. Staf medis sampai terkejut."Ajaib sekali, ini benar-benar keajaiban di dunia medis.""Detak jantungnya jelas-jelas sudah nggak ada lagi tadi, tapi sekarang semua normal kembali. Pak Dirga benar-benar beruntung."Wenny berlinang air mata saat berkata, "Kakek, kamu mengejutkanku saja tadi. Gimana bisa kamu hidup kembali?"Dirga menjawab dengan heran, "Kenapa? Bukannya
Yoga mengangguk. Dirga meneruskan, "Sebenarnya aku dan Pak Karno sudah mencurigai Buana sejak awal. Tapi, Keluarga Sumargo menguasai Racun Jiwa. Begitu kami bertindak, mereka mungkin akan menyebarkan racun itu ke mana-mana. Ketika saat itu tiba, kita bakal kewalahan. Tapi, kalau seluruh rakyat Daruna sudah divaksin, kita nggak perlu takut lagi.""Baiklah. Beri aku beberapa hari untuk mengembangkan vaksin itu," sahut Yoga sambil merenung.Faktanya, para ahli di lembaga medis juga meneliti vaksin Racun Jiwa selama beberapa tahun ini. Namun, tidak ada perkembangan apa pun. Yoga malah mengatakan hanya butuh beberapa hari. Hal ini membuat Dirga tak kuasa tertawa. Anak muda memang mementingkan gengsi."Pak Dirga, apa kamu tahu tentang Penjara Jahanam?" tanya Yoga."Tahu," sahut Dirga sambil mengangguk."Kamu tahu lokasinya di mana?" tanya Yoga lagi."Nggak tahu," jawab Dirga.Yoga merasa kecewa mendengarnya. Dirga bertanya, "Untuk apa kamu menanyakan tentang ini?""Aku mendapat informasi kal
Namun, setelah Yoga pergi, ekspresi semua orang berubah drastis. Tatapan mereka terhadap Yoga tampak dipenuhi kebencian.Ashila menyeduh kopi untuk Yoga, lalu mengantarkannya. Dia tidak lupa untuk mengganti pakaiannya menjadi rok pendek dan stoking panjang agar terlihat seksi."Pak, sepertinya kamu nggak minum dari tadi. Ini kopi supaya kamu punya energi," ujar Ashila."Letakkan saja," sahut Yoga tanpa mengangkat kepalanya sedikit pun."Baik." Ashila meletakkannya, tetapi tidak langsung pergi. Dia berjalan ke belakang Yoga dan berujar, "Pak, kamu harus memperhatikan waktu bekerja dan istirahat. Aku pernah belajar memijat. Aku akan memijatmu supaya merasa lebih rileks."Sebelum Yoga menjawab, Ashila sudah memulai pijatannya. Tujuannya tentu bukan sekadar memijat. Kakinya yang ramping terus digesekkan ke tubuh Yoga. Kedua tangannya pun pelan-pelan menyentuh bagian bawah tubuh Yoga."Pak, nggak ada siapa pun di sini. Gimana kalau aku membantumu merilekskan tubuh? Kujamin kamu akan merasa
"Keluarga Sumargo pada dasarnya memang keturunan kultivator kuno, jadi kalian punya sedikit darah kultivator kuno. Tapi, akan sulit untuk mengubah fisik manusia biasa menjadi kultivator kuno. Beri aku waktu setengah bulan lagi untuk mengatasi kesulitan ini.""Kamu harus terus melindungiku dari Yoga. Jangan sampai dia datang ke Penjara Jahanam untuk menyelamatkan ibunya. Begitu eksperimenku berhasil, kita bisa pergi ke Pulau Neraka untuk menjadi kultivator kuno yang sesungguhnya," jelas Dewa Digdaya.Nalif membalas, "Tenang saja, Yoga nggak ada apa-apanya bagiku. Omong-omong, suruh para keturunan Keluarga Sumargo itu kembali.""Oke." Dewa Digdaya mengiakan.Nalif menatap Buana sembari berkata, "Buana, aku mengutus 10 keturunan Keluarga Sumargo yang fisiknya telah diubah menjadi fisik kultivator kuno untuk membantumu. Kamu nggak boleh gagal kali ini. Bunuh dia kalau bisa. Kalau nggak bisa, cegah dia supaya nggak bisa pergi ke Penjara Jahanam. Ngerti?"Tatapan Buana dipenuhi antusiasme. D
Siuco sontak marah. Dia bertanya, "Apa yang dia sibukkan?""Dia ... sibuk tidur," jawab Ashila.Begitu mendengarnya, orang-orang lembaga medis sontak naik pitam. Yoga lebih memilih untuk tidur daripada menjamu mereka? Benar-benar cari mati!Siuco melemparkan cangkir tehnya dan berkata dengan geram, "Lancang sekali bosmu. Kalau begitu, bawa aku temui dia.""Baiklah." Ashila membawa orang-orang lembaga medis ke ruang istirahat Yoga.Siuco menggedor pintu dengan kuat dan berujar, "Yoga, kami dari lembaga medis. Aku datang untuk menjalankan tugas resmi. Cepat keluar dan temui kami.""Ashila nggak memberitahumu kalau aku sedang tidur? Tolong segera tinggalkan tempat ini," timpal Yoga yang tidak mau mengalah.Siuco akhirnya tidak tahan lagi. Dia menendang pintu ruang istirahat, lalu menerobos masuk. Ketika melihat pintunya yang hancur, Yoga hanya bisa menghela napas. Kenapa ada begitu banyak orang bodoh di dunia ini?Yoga bangkit dari ranjangnya dengan santai, lalu berkata, "Kamu tahu apa ya
Siuco bertanya dengan sinis, "Kenapa? Kamu mau memukulku? Sini, pukul saja aku."Selesai bicara, Siuco mendekatkan wajahnya ke depan Yoga. Sementara itu, Yoga membalas, "Aku akan mengabulkan keinginanmu."Yoga melayangkan tamparannya tanpa ragu sedikit pun sehingga Siuco terpental. Saat mendarat di lantai, Siuco memuntahkan darah.Semua orang tidak menyangka Yoga berani memukul Siuco. Padahal, Siuco adalah anak dari petinggi lembaga medis. Apa Yoga benar-benar tidak takut mati? Perusahaan Farmasi Hansa dan Yoga pasti akan celaka! Kali ini, Perusahaan Farmasi Hansa pasti tidak bisa diselamatkan lagi.Siuco meludah, lalu berucap dengan geram, "Yoga, aku jamin kamu pasti celaka."Kemudian, Siuco memerintah, "Kenapa kalian masih bengong? Cepat hajar dia!""Siap!" seru para anggota lembaga medis. Mereka langsung maju dan hendak menghajar Yoga. Namun, mereka malah ditendang oleh Yoga hingga terpental sebelum menyentuh Yoga. Semua barang-barang di lantai 2 hancur lebur.Ashila dan semua karya
Siuco kebingungan. Saat menyadari Ashila menyerahkan formula vaksin, Siuco langsung antusias. Namun, dia tetap berpura-pura bersikap dingin ketika menanggapi, "Huh, sekarang kalian takut, 'kan? Sudah terlambat. Yoga telah memukul kami. Sekalipun dia menyerahkan formula vaksin, aku juga nggak akan melepaskannya. Suruh Yoga untuk berlutut di lembaga medis selama 3 hari!"Ashila segera menjelaskan, "Pak Siuco, kamu salah paham. Formula vaksin ini bukan pemberian Yoga. Kami yang mencuri formula ini dan memberikannya kepadamu. Sebenarnya kami juga punya dendam dengan Yoga. Kami sama sekali nggak memihak Yoga."Siuco berpikir sejenak sebelum menghardik, "Jangan bicara sembarangan! Bisa-bisanya kalian bilang formula ini hasil curian! Jelas-jelas lembaga medisku yang meneliti formula vaksin ini! Tentu saja, kalian memang banyak membantuku."Ashila dan lainnya langsung mengangguk, lalu menimpali, "Benar. Formula vaksin ini diteliti oleh lembaga medis, jadi sama sekali nggak ada hubungannya deng