Share

Bab 400

Penulis: Vodka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-30 21:28:34
Wani berkata dengan ekspresi lega, "Yoga, aku nggak menyangka bisa bertemu kamu lagi."

Yoga menimpali, "Kak Wani, kamu nggak usah menikah lagi. Aku datang untuk bawa kamu pulang."

Wani merasa sedih karena dia tahu melarikan diri dari Irfan sangat sulit. Irfan menyergah, "Hei, kamu ini memang nggak tahu diri! Rasakan akibatnya!"

Selesai bicara, Irfan hendak menampar Yoga. Wani yang ketakutan berucap, "Yoga, hati-hati ...."

Gerakan Yoga lebih cepat. Dia juga melayangkan tamparannya ke wajah Irfan. Suara tamparan yang nyaring bergema di tempat itu. Irfan terpental dan menghantam sebuah vas. Dia terus memuntahkan darah.

Semua orang di tempat terkesiap. Mereka merasa Yoga pasti mati hari ini karena berani memukul Irfan di wilayah kekuasaannya.

Wani juga terbengong-bengong. Dia terus memikirkan cara untuk membantu Yoga terlepas dari masalah. Namun, dia tidak menemukan cara apa pun untuk menolong Yoga. Masalah yang ditimbulkan Yoga terlalu besar.

Irfan mengerahkan seluruh tenaganya untuk bang
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 401

    Aiman melanjutkan, "Yoga, kamu tenang saja. Meskipun cacat, aku masih punya senjata mematikan. Aku bisa membereskan Irfan dan bawahannya. Biarkan aku yang balas dendam sendiri hari ini."Yoga tentu bisa menebak pemikiran Aiman. Senjata mematikan yang dimaksud Aiman adalah fondasi bela dirinya yang sudah rusak. Aiman pasti berniat mati bersama Irfan.Yoga meyakinkan, "Paman Aiman, percaya padaku sekali saja."Aiman dan kedua putrinya saling bertatapan. Pikiran mereka sangat kalut. Mereka bukan tidak percaya kepada Yoga, tetapi Irfan terlalu kuat. Keluarga Kusuma yang berada di puncak kejayaan saja tidak sanggup melawan Irfan. Apalagi, sekarang Keluarga Kusuma sudah terpuruk.Anggota Aliansi Keadilan berbondong-bondong masuk ke hotel. Lokasi acara pernikahan pun dipenuhi dengan bawahan Irfan, begitu pula bagian luar hotel. Para tamu acara pernikahan tercengang melihat situasi ini. Mereka tahu Irfan sangat hebat. Namun, tidak disangka Irfan bisa memanggil begitu banyak orang. Irfan benar-

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 402

    Pasukan Imperial tunduk kepada Yoga! Mereka adalah pasukan yang khusus melindungi para tokoh hebat di Kota Terlarang. Jangan-jangan, Yoga punya kedudukan yang setara dengan tokoh hebat di Kota Terlarang? Bisa-bisanya keluarga Aiman mengenal tokoh hebat seperti Yoga! Hal ini benar-benar di luar dugaan!Aiman yang tersadar dari keterkejutannya menangis terharu dan berucap, "Yoga, kalau ibumu tahu, dia pasti akan merasa bangga kepadamu. Orang tua yang hebat pasti akan melahirkan anak yang hebat juga. Kata-kata ini memang benar."Yoga memerintah, "Tahan semua anggota Aliansi Keadilan!""Siap!" sahut Emran. Para Pasukan Imperial langsung bertindak untuk menangkap anggota Aliansi Keadilan.Kala ini, semua anggota Aliansi Keadilan ketakutan setengah mati. Mereka benar-benar tidak menyangka hari ini mereka akan ditangkap oleh Pasukan Imperial. Para anggota Aliansi Keadilan berusaha kabur, termasuk Irfan.Yoga berkelebat dan mencegat Irfan. Dia menendang Irfan hingga terjatuh di lantai. Sementa

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 403

    Irfan merasa putus asa. Dia tahu dirinya pasti tidak bisa selamat lagi hari ini. Irfan berucap dengan suara bergetar, "Aku terima kalau memang harus mati di tanganmu. Tapi, aku mohon jangan siksa aku."Yoga menimpali dengan dingin, "Kamu mau langsung mati? Jangan harap."Irfan yang panik bertanya, "Apa ... apa yang ingin kamu lakukan?" Irfan bahkan tidak bisa mati. Dia tidak berani membayangkan apa yang akan dialaminya nanti.Yoga menyahut, "Sudahlah. Aku akan memberimu kesempatan untuk menebus kesalahanmu. Kalau kamu membantuku, mungkin aku nggak akan menyiksamu."Irfan segera bertanya, "Kamu mau aku bantu apa?"Yoga bertanya balik, "Beri tahu aku, siapa yang menyuruhmu untuk mempersulit keluarga Aiman?"Yoga curiga kemungkinan besar Keluarga Sumargo yang menyuruh Irfan untuk menyiksa keluarga Aiman. Irfan menjawab, "Nggak ada yang menyuruhku berbuat seperti ini. Alasannya hanya karena mereka berutang uang kepadaku sehingga aku mempersulit mereka."Yoga mengancam, "Aku sudah memberimu

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 404

    Aiman tentu tidak memercayainya. Dia menganggap Yoga hanya melebih-lebihkan ucapannya demi menghibur dirinya.Namun, Dirga memercayai ucapan Yoga. Dia memahami Yoga dan tahu bahwa Yoga tidak akan berbohong. Kalaupun Yoga memang melebih-lebihkan ucapannya, Dirga yakin Yoga pasti masih punya Pil Tujuh Indra.Dirga bertanya, "Yoga, apa kamu masih mau medali agung? Kamu tukar saja dengan Pil Tujuh Indra. Aku akan beri kamu diskon kalau kamu ambil lebih banyak medali."Lagi pula, modal untuk pembuatan medali agung hanya senilai jutaan. Jadi, menukar Pil Tujuh Indra dengan medali agung benar-benar menguntungkan.Yoga mengangguk dan menyahut, "Aku butuh 9 medali agung lagi."Sepuluh senior Aula Haima harus mendapatkan medali agung. Meskipun medali ini tidak cukup untuk menebus penderitaan yang mereka alami selama ini, setidaknya Yoga merasa lebih tenang.Dirga langsung menyetujuinya, "Nggak masalah. Aku akan memberimu diskon. Kamu hanya perlu menukarnya dengan 4 butir Pil Tujuh Indra."Aiman

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 405

    Yoga mengangguk. Kebetulan dia memang lapar. Dirga berkomentar, "Kudengar, satai di kota ini sangat terkenal. Hari ini aku benar-benar beruntung."Pasar malam di kota ini merupakan yang terbesar di Provinsi Sadali. Banyak pekerja yang mengunjungi pasar malam ini. Untung saja, cuaca hari ini juga cukup bagus. Mereka memesan satai dan bir. Rasanya benar-benar menyenangkan.Saat mereka sedang makan dengan asyik, tiba-tiba seorang wanita dan 3 pria menghampiri mereka. Wanita yang berpakaian seksi berujar dengan antusias, "Widi, kebetulan sekali. Aku nggak menyangka bisa bertemu kamu di sini."Widi juga terkejut. Dia menanggapi, "Kak Diana, ternyata kamu juga datang ke sini. Apa kamu mau makan?"Diana adalah kolega Widi. Dia juga merupakan seorang penari tiang. Saat Widi baru mulai bekerja, Diana banyak membantunya. Bahkan, Diana yang mengajari Widi tari tiang. Diana menyahut, "Iya. Aku baru pulang kerja. Sekarang aku mau temani 3 tamu untuk minum-minum."Widi merasa gugup setelah melirik k

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 406

    Yoga yang memahami maksud Dirga segera mencengkeram tangan pria buncit dan memelintirnya. Tangan pria buncit langsung patah dan dia berlutut di lantai. Pria buncit berteriak histeris sehingga menarik perhatian banyak orang. Pria buncit membentak, "Sialan! Beraninya kamu pukul aku! Aku akan menghajarmu habis-habisan!"Pria buncit memerintah, "Cepat maju!"Dua bawahan yang dibawa pria buncit langsung menyerang Yoga. Kemudian, Yoga menendang kedua bawahan itu dengan kuat hingga mereka tergeletak di lantai.Diana yang ketakutan berbicara dengan terbata-bata, "Widi ... teman ... temanmu terlalu gegabah ... dia pasti celaka. Sekarang Aliansi Keadilan sudah disingkirkan ... penyokong kita sudah tumbang ... nggak ada yang bisa melindungi kita lagi ...."Widi menghibur, "Kak Diana, nggak apa-apa. Yoga bisa menyelesaikannya sendiri."Yoga berucap, "Kak Widi, Kak Wani, kalian naik ke mobil dulu. Serahkan saja masalah ini kepadaku.""Oke," sahut Widi dan Wani. Kemudian, mereka memapah Diana ke mob

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 407

    Emran berujar, "Siap!"Semua orang di tempat terperangah. Ternyata pria tua yang tampak ramah ini adalah Dirga! Kenapa orang yang bermartabat seperti Dirga bisa datang ke tempat seperti ini? Apa Dirga mau blusukan?Sementara itu, Diana yang duduk di dalam mobil juga terbengong-bengong. Dia menelan ludah, lalu bertanya, "Widi, gimana ... caranya kamu bisa kenal dengan tokoh hebat seperti mereka? Dulu aku nggak pernah dengar kamu menceritakannya. Kalau kamu begitu hebat, kenapa kamu takut kepada Irfan?"Widi tersenyum getir dan menyahut, "Ceritanya panjang. Nanti aku akan menceritakannya kepadamu."Setelah selesai makan, Yoga dan lainnya naik ke mobil. Kemudian, mereka pun pergi. Diana bertanya dengan gugup, "Pak Yoga, apa kamu punya tempat tinggal malam nanti?"Yoga menjawab, "Malam ini aku tidur bersama Paman Aiman saja."Aiman tampak ragu-ragu saat menjelaskan, "Yoga, tempat tinggalku sekarang agak kacau. Jadi, benar-benar nggak ada tempat untukmu .... Kalau nggak, aku pesan kamar hot

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 408

    Yoga tampak meletakkan mantelnya di atas tubuh Diana. Wanita itu langsung tersipu malu, lalu berucap, "Pak Yoga, ternyata kamu suka hal yang menegangkan."Tiba-tiba, Yoga membuka mata wanita itu dengan tangannya dan mengamati dengan cermat. Diana yang kebingungan pun bertanya, "Pak Yoga, apa yang kamu lakukan?""Ternyata dugaanku benar," jawab Yoga dengan nada dingin.Diana tampak makin bingung sehingga bertanya lagi, "Pak Yoga, apa maksudmu?"Yoga segera berujar, "Sudahlah, jangan pura-pura lagi. Katakan, siapa yang suruh kamu melakukan ini?"Diana sontak merasa tidak nyaman. Napasnya bahkan menjadi berat ketika dia berucap, "Pak Yoga, ini kemauanku sendiri. Nggak ada hubungannya dengan orang lain."Yoga menimpali, "Kamu tahu aku nggak tanya tentang itu. Ada alat penyadap di piamamu dan itu ada di kamarku sekarang. Jadi, nggak ada lagi yang bisa mendengar omongan kita. Lebih baik kamu jujur padaku."Diana terlihat sangat gugup. Dia ingin segera pergi sehingga berucap, "Pak Yoga, aku n

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1225

    Yoga tersenyum sinis dan menatap kerumunan orang di depannya dengan dingin, lalu mengangkat kepalanya dengan ekspresi angkuh. Jubahnya yang berkibar meskipun tidak ada angin membuatnya terkesan santai, tetapi berwibawa. Aura kuat yang misterius tiba-tiba memancar dari tubuhnya, sehingga orang-orang di sekitarnya makin waspada dan mengawasi setiap gerakannya."Bimo, jangan kira kamu sudah menang karena membawa orang untuk menyerang kami.""Kami sudah mempersiapkan tempat ini sepenuhnya untuk menghadapi kemungkinan kamu datang ke sini.""Kamu ini sama saja mencari mati sendiri. Lihat saja bagaimana kami membunuhmu."Dalam sekejap, semua orang yang berada di sana menjadi sangat bersemangat dan tertawa terbahak-bahak.Saat ini, Yoga mengernyitkan alis dan mengamati sekelilingnya. Dia menyadari ada ancaman yang terus mendekat, seolah-olah memang ada yang tidak beres."Ayo mulai aktifkan formasi!" teriak seseorang dengan lantang.Sepuluh tetua dan lima jenderal itu pun langsung bergerak. Mer

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1224

    "Benda berharga yang bisa diambil? Maksudnya, kami disuruh merampok?" tanya Sutrisno dengan ekspresi yang berubah, tidak percaya dengan apa yang didengarnya."Benar, mana mungkin kami bisa melakukan hal seperti ini. Bukankah seharusnya kita bertarung melawan musuh?" kata Winola yang terlihat bingung dan sangat penasaran.Keduanya menatap Yoga dengan tajam karena ingin tahu dengan jawabannya.Namun, Yoga sebenarnya mengatakan itu hanya demi menyingkirkan keduanya, mana mungkin ada jawaban untuk pertanyaan mereka. Pada akhirnya, dia mengernyitkan alis dan berkata setelah berpikir sejenak, "Mungkin saja dia memperhatikan kalian, jadi ingin memberi kalian kesempatan untuk berprestasi."Mendengar perkataan itu, ekspresi Sutrisno dan Winola terlihat sangat terkejut. Kemungkinan untuk berprestasi ini bukannya mustahil.Winola langsung berkata, "Benar. Tuan Bimo pasti melihat potensi kita, jadi ingin membimbing kita."Sutrisno menambahkan, "Memang ada kemungkinannya. Kalau begitu, kita harus b

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1223

    "Di mana Tuan Bimo sekarang?" tanya seseorang dengan segera saat Yoga memberikan perintah."Tuan Bimo selalu bertindak dengan hati-hati, teliti, dan sulit untuk ditebak. Aku juga nggak tahu dia ada di mana sekarang," jawab Yoga dengan tenang.Semua orang saling memandang dengan ekspresi tak berdaya, hanya bisa mulai bergerak.Winola bertanya, "Tuan Bimo ... kapan dia berbicara denganmu?"Sutrisno juga bertanya, "Benar. Bukankah tadi kamu selalu bersama kami?"Keduanya maju dengan ekspresi bingung dan memperhatikan Yoga. Mereka sudah bersama dengan Yoga sejak tadi, tetapi tidak terlihat sosok Bimo di sekitar."Tuan Bimo punya kemampuan transmisi suara sejauh ribuan mil, jadi wajar saja kalian nggak mendengarnya," jawab Yoga sambil menunjuk kepalanya, lalu menggelengkan kepala dengan tak berdaya. Dia merasa kedua orang ini benar-benar terlalu santai.Pada saat itu, orang-orang dari empat keluarga besar sudah berpencar dan mengelilingi Gunung Lorta. Setelah itu, mereka bergerak mendekat k

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1222

    Yoga kembali menyerang. Dia langsung menghabisi dua jenderal yang tersisa. Tubuh mereka terjatuh ke tanah. Darah mengalir deras dan mewarnai tanah dengan warna merah pekat.Suasana di tempat itu berubah menjadi sangat sunyi hingga hanya keheningan yang tersisa. Semua orang menatap Yoga dengan kagum sekaligus gentar. Sorot mata mereka penuh semangat juang yang berkobar."Hidup Tuan Bimo!""Hidup Tuan Bimo!""Hidup Tuan Bimo!"Dalam sekejap, mereka dipenuhi semangat yang meluap-luap. Orang-orang itu berteriak dengan penuh kegembiraan. Semua Pelindung Kebenaran telah dihabisi tanpa tersisa.Menurut mereka, Bimo benar-benar mengubah situasi pertempuran dengan begitu mendominasi. Pada momen ini, semua orang merasakan tekanan yang sangat kuat darinya."Ayo, pergi ke Gunung Lorta! Hancurkan markas Pelindung Kebenaran!" Dengan hanya satu kalimat dari Yoga, semua orang di tempat itu menjadi sangat bersemangat. Mereka mengangguk penuh antusias dan percaya diri.Di mata mereka, Bimo begitu kuat h

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1221

    Suasana di medan perang mendadak menjadi sangat sunyi. Tatapan dingin Yoga tertuju pada tiga jenderal yang tersisa. Ketiganya merasakan ketakutan yang luar biasa, seolah-olah mereka berdiri di tepi jurang maut.Mencabik tangan dan kaki? Apa Yoga berniat menyiksa mereka sampai mati? Pikiran ini membuat mereka makin cemas. Ketiga jenderal itu tidak lagi tenang. Mereka ingin berbicara, tetapi ketakutan mengunci mulut mereka."Dimulai dari kamu," ujar Yoga tiba-tiba sambil menunjuk salah satu dari mereka."Aku?" Jenderal yang ditunjuk itu gemetar hebat. Wajahnya pucat pasi, sementara bibirnya bergetar tanpa henti.Yoga menatapnya dengan ekspresi yang datar. Dia bertanya dengan nada penuh tekanan, "Katakan, di mana markas kalian?"Jenderal itu menjawab dengan suara penuh ketegangan, "Aku ... aku bakal kasih tahu kamu! Markas kami ada di dalam Gunung Lorta!""Kamu bisa-bisanya berkhianat? Cari mati!"Dua jenderal lainnya memelotot penuh amarah. Mereka sulit percaya bahwa salah satu dari mere

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1220

    Saat ini, energi yang dilepaskan Yoga makin mengamuk. Kekuatan yang dia miliki terus meningkat dan mencapai level yang luar biasa. Kilatan petir tiba-tiba menyambar, seolah-olah merespons kekuatannya dan langsung menghantam tubuh Yoga.Suara ledakan yang menggema membuat semua orang secara refleks menutup telinga dan mata mereka. Serangan ini membuat mereka merasakan teror yang luar biasa. Bahkan tanah di bawah mereka bergetar hebat, seolah-olah seluruh gunung bergoncang.Dari kejauhan, Winola dan Sutrisno mengarahkan pandangan tajam mereka ke arah sana. Alis mereka berkerut dalam-dalam. Mereka berdua bisa merasakan sesuatu yang tidak biasa."Petir itu ... kenapa rasanya seperti Yoga?" tanya Winola dengan penasaran."Apa mungkin ... ini adalah ajaran dari Tuan Bimo pada Yoga?" ujar Sutrisno yang coba menebak kemungkinan lain."Mungkin saja ...." Winola akhirnya mengangguk dan menerima kemungkinan tersebut. Bagaimanapun, Bimo adalah sosok yang sangat kuat. Bukan hal aneh jika dia mengaj

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1219

    Dalam sekejap, suasana di medan perang makin tegang. Rasa gelisah makin menjalar di antara semua orang. Bagaimanapun juga, tidak ada yang ingin mati.Mereka datang ke sini hanya untuk membantu Bimo membasmi para Pelindung Kebenaran. Namun sekarang, mereka justru dihadapkan pada situasi yang begitu mencekam."Bunuh!" Para Pelindung Kebenaran makin bersemangat bertarung. Semangat juang mereka sudah makin membara. Pada saat itu, hampir semua orang bisa melihat betapa brutal dan nekatnya para Pelindung Kebenaran.Yoga memandang semua itu dengan tenang. Dia menyaksikan perubahan di medan perang. Tatapannya tajam, tetapi sikapnya tetap acuh tak acuh."Bimo, kamu mulai takut, 'kan? Ini adalah Formasi Domain Darah!""Begitu formasi ini diaktifkan, bahkan kamu yang legendaris 1.000 tahun lalu pun nggak akan mampu mengatasinya!""Formasi kuno ini diciptakan khusus untuk melawan para ahli hebat seperti dirimu. Kamu nggak akan punya peluang kali ini!"Kelima jenderal itu berbicara dengan sombong.

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1218

    "Ini ... sebenarnya kekuatan tingkat apa?""Nggak mungkin, ini nggak mungkin! Apa dia benar-benar sudah melampaui tingkat kultivator jenderal?""Mana mungkin Bimo punya kekuatan seperti ini? Ini sungguh nggak masuk akal!"Kelima jenderal itu tergeletak di tanah. Mereka memandang ke atas dan menatap siluet Yoga. Tatapan mereka penuh dengan keterkejutan dan ketidakpercayaan. Namun, kenyataan yang ada tidak bisa dibantah. Dengan hanya satu serangan, Yoga telah menjatuhkan mereka semua ke tanah.Yoga perlahan mengangkat tangannya. Sambil menatap mereka dengan tatapan dingin yang menusuk, dia berseru, "Sekarang, kalau kalian nggak punya strategi cadangan, bersiaplah untuk mati!"Pada saat itu, hawa dingin perlahan menyebar ke sekeliling dan membuat suasana menjadi makin mencekam. Kelima jenderal itu menggigil hebat di tempat mereka berdiri. Aura mengerikan yang terpancar dari Yoga membuat mereka kehilangan ketenangan. Rasanya benar-benar menakutkan!Salah satu dari mereka berbicara dengan s

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1217

    Tampaknya dalam sekejap, Yoga akan tercabik-cabik oleh kekuatan dahsyat itu. Namun saat berikutnya, dia perlahan mengangkat tangan.Dengan gerakan yang terlihat seperti membelah ombak, Yoga melambaikan tangannya secara vertikal. Seketika, kekuatan dahsyat keluar dari tubuhnya dan langsung merobek segala sesuatu.Formasi besar yang digunakan untuk menyerangnya sontak menjadi tidak berguna dan hancur total. Kekuatan Yoga telah mencapai tingkatan semi kultivator raja. Formasi ini sama sekali bukan ancaman baginya.Yoga membiarkan kelima jenderal itu tetap hidup hanya karena satu alasan. Dia ingin melihat apakah di sekitar mereka masih ada sisa-sisa Pelindung Kebenaran yang bersembunyi."Apa? Formasi ini bisa dihancurkan?""Nggak mungkin! Kenapa dia bisa sekuat ini?""Bimo sebelumnya nggak begitu ahli dalam menghadapi formasi. Gimana dia bisa menghancurkannya secepat ini?"Kelima jenderal itu melongo. Wajah mereka penuh keterkejutan dan rasa tidak percaya. Tatapan mereka bahkan terlihat sa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status