Di bawah gedung, ada sederetan mobil mewah yang diparkirkan di depan restoran. Setelah itu, beberapa pria berjas turun dari mobil mewah itu. Pemimpinnya adalah pria terkaya di Negara Daruna, Darius. Yang lainnya adalah para pendukungnya. Mereka mengikat sebuah rotan di punggung mereka dan berjalan ke depan pintu restoran sambil berlutut."Darius dari Grup Binarwan datang untuk minta maaf pada Pak Yoga! Sebelumnya aku telah banyak menyinggung Pak Yoga. Mohon Pak Yoga bisa memaafkanku!"Seketika, suasana di ruangan itu menjadi gempar. Seorang pria terkaya di negara ini bisa datang untuk meminta maaf langsung ke sini!Siapa sebenarnya yang bisa membuat Darius sampai seperti ini? Apakah orang yang disebutkannya itu ada di restoran ini?Tidak ada seorang pun yang bersuara di dalam ruang privat itu. Mata semua orang membelalak karena saking terkejutnya. Tentu saja mereka langsung beranggapan bahwa orang yang disebutkan Darius itu adalah Yoga! Ternyata Darius benar-benar datang untuk meminta
Acara perayaan itu berakhir dengan cepat. Setelah mengantarkan kepergian semua kerabat, di ruangan itu hanya tersisa keluarga inti Karina. Karina langsung bertanya dengan buru-buru, "Yoga, kamu nggak mau ceritakan pada kami apa yang terjadi?"Ambar yang tadinya masih tersenyum ceria, kini menjadi muram lagi. "Karina, kamu masih nggak mengerti? Yoga sedang berlagak hebat dengan memanfaatkan nama orang lain."Yoga kebingungan. 'Berlagak hebat dengan memanfaatkan nama orang lain? Apa maksudnya?'Ambar melanjutkan, "Memangnya Pak Darius berlutut padanya? Dia berlutut pada Pak Kusuma, bos dari Perusahaan Hansa! Pak Darius pasti mengira Pak Kusuma datang untuk menghadiri perayaan ini, makanya dia datang untuk minta maaf di sini!"Karina langsung tersadar. Penjelasan Ambar terdengar lebih masuk akal. Karina tahu bahwa Yoga memang lumayan kaya dan mungkin punya status rahasia. Namun, sehebat apa pun status yang dirahasiakannya, tidak mungkin sampai membuat Darius tunduk padanya, bukan?Perlu d
Nadya baru percaya saat Layla menunjukkan histori pembicaraannya dengan Yoga. Dalam ruang obrolan itu, Yoga bahkan mengancam akan membunuh Layla jika Layla masih terus mendekatinya. Tentu saja, semua pembicaraan ini direkayasa oleh Layla sendiri dengan menggunakan ponsel Yoga.Nadya jadi semakin kejam saat melihat hal ini. Dia menggertakkan gigi dan memaki, "Dasar pria berengsek! Benar-benar bajingan! Aku benar-benar salah penilaian bisa memercayainya waktu itu."Nadya melihat bayangannya yang dulu dalam diri Layla. Dia merasa simpati terhadap kejadian yang menimpa Layla. Nadya mengeluarkan selembar cek dan berkata, "Ambillah cek ini. Kamu makan dulu, lalu pergi ke rumah sakit untuk aborsi. Nggak pantas melahirkan anak untuk bajingan seperti ini.""Terima kasih! Terima kasih!" seru Layla sambil menangis tersedu-sedu. Namun saat dia baru saja berdiri, kakinya tiba-tiba terasa lemas dan terjatuh."Nggak bisa, aku benar-benar lemas karena kelaparan. Bu Nadya, bisa nggak kamu bantu antarka
"Berengsek!" Mata Nadya seketika memerah. Ternyata selama ini dia salah paham pada Yoga. Yoga tidak pernah mengkhianatinya sama sekali. Nadya merasa dirinya benar-benar bodoh bisa ditipu. Saat teringat dengan sikapnya terhadap Yoga beberapa hari ini dan bahkan membantu musuh untuk mencuri bahan obat tingkat delapan, Nadya merasa benar-benar menyesal."Yoga, maafkan aku ...." Air mata Nadya berlinang saat mengucapkan hal itu."Kenapa? Kenapa kamu mempermainkanku?" teriak Nadya dengan histeris.Layla juga ikut emosional. "Yoga membunuh pria yang paling kucintai. Jadi, aku juga mau membunuh kekasihnya dan membuatnya mengalami bagaimana rasanya kehilangan orang yang paling dicintai!"Nadya berusaha menahan rasa sedihnya dan berkata, "Aku mau kamu kembali bersamaku dan minta maaf pada Yoga!"Setelah itu, Nadya berlari ke arah Layla. Sementara itu, Layla adalah seorang petarung tingkat tinggi. Hanya dengan satu tendangan saja, dia bisa membuat Nadya tersungkur di tanah."Memangnya kamu sangg
"Berengsek!" maki Layla. Baru mendengar penjelasan Yoga saja dia sudah bergidik ngeri. "Bunuh saja aku ....""Argh!" Sebelum Layla menyelesaikan ucapannya, teknik jarum itu telah menunjukkan efeknya. Rasa sakit yang mendadak ini hampir saja membuatnya syok dan pingsan. Layla meronta-ronta di lantai dengan penuh penderitaan dan berteriak kesakitan. Kedua tangannya terus menggaruk tubuhnya, seolah-olah ingin mencabut seluruh kulit di tubuhnya."Jawab pertanyaanku dengan baik, aku akan memberimu pembebasan," ujar Yoga."Baik, aku akan bilang semuanya!" Saat ini, Layla sudah disiksa hingga putus asa dan terpaksa memohon ampun."Kamu mau bawa Nadya ke mana? Apa tujuanmu?""Aku mau bawa dia ke Aula Haima. Aku mau menggunakan Nadya sebagai umpan untuk memancingmu ke sana, lalu membunuhmu."Aula Haima! Yoga sudah lama mendengar nama ini. Ada empat faksi besar di Negara Daruna. Di antaranya adalah Aula Digdaya, Aula Naga, Aula Kirin, dan Aula Haima. Sayangnya, Aula Naga telah hancur saat Raja N
Layla menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, tapi mereka berdua sering menghubungi satu sama lain. Sepertinya sedang menyusun rencana besar."Yoga membalas, "Bawa aku ke Aula Haima, aku akan membuatmu mati tanpa perlu menderita.""Baik, baik!" jawab Layla langsung. Tadinya dia masih bingung mau bagaimana memancing Yoga ke Aula Haima, tapi sekarang Yoga malah berinisiatif meminta Layla untuk membawanya ke sana. Tentu saja Layla sangat senang.Yoga mengantarkan Nadya pulang terlebih dahulu, lalu mengikuti Layla ke markas pusat Aula Haima. Tak disangka, markasnya berada di pertigaan antara tiga negara. Suasana di sini sangat kacau. Selain itu, di sekitar tempat itu adalah hutan primitif yang sering menjadi sarang kejahatan.Pembunuh, tentara bayaran, pecandu narkoba, dan bahkan pembantai, semuanya berkumpul di tempat ini. Bisa dibilang, tempat ini adalah surga bagi para penjahat dari dunia mafia. Ada banyak tulang belulang yang berserakan di tempat ini. Bukan hanya tulang hewan, tetapi
Iblis Bawah Bulan mengayunkan tangannya secara perlahan. Sebuah cambuk berukuran 2 meter tiba-tiba muncul di tangannya. Di cambuk itu tertanam paku baja yang berkekuatan dahsyat, bahkan menghasilkan suara letupan saat dipukulkan. Ketika ujung cambuk mengenai beberapa pohon besar di sekitarnya, pohon-pohon itu langsung hancur tak bersisa.Cambuk Pukulan Dewa adalah keterampilan tempur yang membuat Iblis Bawah Bulan populer. Dia pernah membunuh seorang ahli bela diri tingkat raja master dengan satu cambukan. Sejak saat itu, dia langsung menjadi terkenal.Yoga sama sekali tidak menghindar dan malah tersenyum mengejek. Berhubung merasa ditantang, Iblis Bawah Bulan tiba-tiba meningkatkan kekuatannya seraya berseru, "Matilah!"Ketika Cambuk Pukulan Dewa hampir mengenai tubuh Yoga, pria itu tiba-tiba menghilang. Cambuk Pukulan Dewa tidak mengenai apa pun.Apa yang terjadi? Ke mana perginya Yoga? Iblis Bawah Bulan sangat terkejut. Tak lama kemudian, Yoga muncul di belakangnya dan meninju dada
"Aku Erika dari ibu kota," jawab gadis itu."Kamu boleh ikut," ujar Yoga."Terima kasih," sahut Erika.Sepanjang perjalanan, Yoga memahami secara singkat tentang Master Bian. Dia adalah penempa senjata yang sangat terkemuka di Dunia Abu. Hampir sepertiga senjata terbaik di Dunia Abu dibuat olehnya. Itu sebabnya, dia dijuluki Raja Senjata. Bahkan, Tombak Digdaya milik Dewa Digdaya juga merupakan hasil karyanya. Bian ini juga merupakan tetua dari Aula Haima.Layla membawa Yoga ke sebuah bangunan yang terlihat sangat bobrok. Sekarang sudah larut malam, tetapi lampu di dalam masih menyala dan suara menempa terus terdengar."Ini tempat Master Bian membuat senjata, dia seharusnya ada di dalam," ujar Layla."Ayo, kita masuk," balas Yoga.Saat ini, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki kuda dari belakang. "Minggir, minggir! Guru, ini aku, aku sudah pulang!"Yoga berbalik, lalu mendapati seorang pria berjanggut menunggang kuda dengan kecepatan tinggi hingga hampir menabrak mereka.Entah mengap
Yoga tersenyum sinis dan menatap kerumunan orang di depannya dengan dingin, lalu mengangkat kepalanya dengan ekspresi angkuh. Jubahnya yang berkibar meskipun tidak ada angin membuatnya terkesan santai, tetapi berwibawa. Aura kuat yang misterius tiba-tiba memancar dari tubuhnya, sehingga orang-orang di sekitarnya makin waspada dan mengawasi setiap gerakannya."Bimo, jangan kira kamu sudah menang karena membawa orang untuk menyerang kami.""Kami sudah mempersiapkan tempat ini sepenuhnya untuk menghadapi kemungkinan kamu datang ke sini.""Kamu ini sama saja mencari mati sendiri. Lihat saja bagaimana kami membunuhmu."Dalam sekejap, semua orang yang berada di sana menjadi sangat bersemangat dan tertawa terbahak-bahak.Saat ini, Yoga mengernyitkan alis dan mengamati sekelilingnya. Dia menyadari ada ancaman yang terus mendekat, seolah-olah memang ada yang tidak beres."Ayo mulai aktifkan formasi!" teriak seseorang dengan lantang.Sepuluh tetua dan lima jenderal itu pun langsung bergerak. Mer
"Benda berharga yang bisa diambil? Maksudnya, kami disuruh merampok?" tanya Sutrisno dengan ekspresi yang berubah, tidak percaya dengan apa yang didengarnya."Benar, mana mungkin kami bisa melakukan hal seperti ini. Bukankah seharusnya kita bertarung melawan musuh?" kata Winola yang terlihat bingung dan sangat penasaran.Keduanya menatap Yoga dengan tajam karena ingin tahu dengan jawabannya.Namun, Yoga sebenarnya mengatakan itu hanya demi menyingkirkan keduanya, mana mungkin ada jawaban untuk pertanyaan mereka. Pada akhirnya, dia mengernyitkan alis dan berkata setelah berpikir sejenak, "Mungkin saja dia memperhatikan kalian, jadi ingin memberi kalian kesempatan untuk berprestasi."Mendengar perkataan itu, ekspresi Sutrisno dan Winola terlihat sangat terkejut. Kemungkinan untuk berprestasi ini bukannya mustahil.Winola langsung berkata, "Benar. Tuan Bimo pasti melihat potensi kita, jadi ingin membimbing kita."Sutrisno menambahkan, "Memang ada kemungkinannya. Kalau begitu, kita harus b
"Di mana Tuan Bimo sekarang?" tanya seseorang dengan segera saat Yoga memberikan perintah."Tuan Bimo selalu bertindak dengan hati-hati, teliti, dan sulit untuk ditebak. Aku juga nggak tahu dia ada di mana sekarang," jawab Yoga dengan tenang.Semua orang saling memandang dengan ekspresi tak berdaya, hanya bisa mulai bergerak.Winola bertanya, "Tuan Bimo ... kapan dia berbicara denganmu?"Sutrisno juga bertanya, "Benar. Bukankah tadi kamu selalu bersama kami?"Keduanya maju dengan ekspresi bingung dan memperhatikan Yoga. Mereka sudah bersama dengan Yoga sejak tadi, tetapi tidak terlihat sosok Bimo di sekitar."Tuan Bimo punya kemampuan transmisi suara sejauh ribuan mil, jadi wajar saja kalian nggak mendengarnya," jawab Yoga sambil menunjuk kepalanya, lalu menggelengkan kepala dengan tak berdaya. Dia merasa kedua orang ini benar-benar terlalu santai.Pada saat itu, orang-orang dari empat keluarga besar sudah berpencar dan mengelilingi Gunung Lorta. Setelah itu, mereka bergerak mendekat k
Yoga kembali menyerang. Dia langsung menghabisi dua jenderal yang tersisa. Tubuh mereka terjatuh ke tanah. Darah mengalir deras dan mewarnai tanah dengan warna merah pekat.Suasana di tempat itu berubah menjadi sangat sunyi hingga hanya keheningan yang tersisa. Semua orang menatap Yoga dengan kagum sekaligus gentar. Sorot mata mereka penuh semangat juang yang berkobar."Hidup Tuan Bimo!""Hidup Tuan Bimo!""Hidup Tuan Bimo!"Dalam sekejap, mereka dipenuhi semangat yang meluap-luap. Orang-orang itu berteriak dengan penuh kegembiraan. Semua Pelindung Kebenaran telah dihabisi tanpa tersisa.Menurut mereka, Bimo benar-benar mengubah situasi pertempuran dengan begitu mendominasi. Pada momen ini, semua orang merasakan tekanan yang sangat kuat darinya."Ayo, pergi ke Gunung Lorta! Hancurkan markas Pelindung Kebenaran!" Dengan hanya satu kalimat dari Yoga, semua orang di tempat itu menjadi sangat bersemangat. Mereka mengangguk penuh antusias dan percaya diri.Di mata mereka, Bimo begitu kuat h
Suasana di medan perang mendadak menjadi sangat sunyi. Tatapan dingin Yoga tertuju pada tiga jenderal yang tersisa. Ketiganya merasakan ketakutan yang luar biasa, seolah-olah mereka berdiri di tepi jurang maut.Mencabik tangan dan kaki? Apa Yoga berniat menyiksa mereka sampai mati? Pikiran ini membuat mereka makin cemas. Ketiga jenderal itu tidak lagi tenang. Mereka ingin berbicara, tetapi ketakutan mengunci mulut mereka."Dimulai dari kamu," ujar Yoga tiba-tiba sambil menunjuk salah satu dari mereka."Aku?" Jenderal yang ditunjuk itu gemetar hebat. Wajahnya pucat pasi, sementara bibirnya bergetar tanpa henti.Yoga menatapnya dengan ekspresi yang datar. Dia bertanya dengan nada penuh tekanan, "Katakan, di mana markas kalian?"Jenderal itu menjawab dengan suara penuh ketegangan, "Aku ... aku bakal kasih tahu kamu! Markas kami ada di dalam Gunung Lorta!""Kamu bisa-bisanya berkhianat? Cari mati!"Dua jenderal lainnya memelotot penuh amarah. Mereka sulit percaya bahwa salah satu dari mere
Saat ini, energi yang dilepaskan Yoga makin mengamuk. Kekuatan yang dia miliki terus meningkat dan mencapai level yang luar biasa. Kilatan petir tiba-tiba menyambar, seolah-olah merespons kekuatannya dan langsung menghantam tubuh Yoga.Suara ledakan yang menggema membuat semua orang secara refleks menutup telinga dan mata mereka. Serangan ini membuat mereka merasakan teror yang luar biasa. Bahkan tanah di bawah mereka bergetar hebat, seolah-olah seluruh gunung bergoncang.Dari kejauhan, Winola dan Sutrisno mengarahkan pandangan tajam mereka ke arah sana. Alis mereka berkerut dalam-dalam. Mereka berdua bisa merasakan sesuatu yang tidak biasa."Petir itu ... kenapa rasanya seperti Yoga?" tanya Winola dengan penasaran."Apa mungkin ... ini adalah ajaran dari Tuan Bimo pada Yoga?" ujar Sutrisno yang coba menebak kemungkinan lain."Mungkin saja ...." Winola akhirnya mengangguk dan menerima kemungkinan tersebut. Bagaimanapun, Bimo adalah sosok yang sangat kuat. Bukan hal aneh jika dia mengaj
Dalam sekejap, suasana di medan perang makin tegang. Rasa gelisah makin menjalar di antara semua orang. Bagaimanapun juga, tidak ada yang ingin mati.Mereka datang ke sini hanya untuk membantu Bimo membasmi para Pelindung Kebenaran. Namun sekarang, mereka justru dihadapkan pada situasi yang begitu mencekam."Bunuh!" Para Pelindung Kebenaran makin bersemangat bertarung. Semangat juang mereka sudah makin membara. Pada saat itu, hampir semua orang bisa melihat betapa brutal dan nekatnya para Pelindung Kebenaran.Yoga memandang semua itu dengan tenang. Dia menyaksikan perubahan di medan perang. Tatapannya tajam, tetapi sikapnya tetap acuh tak acuh."Bimo, kamu mulai takut, 'kan? Ini adalah Formasi Domain Darah!""Begitu formasi ini diaktifkan, bahkan kamu yang legendaris 1.000 tahun lalu pun nggak akan mampu mengatasinya!""Formasi kuno ini diciptakan khusus untuk melawan para ahli hebat seperti dirimu. Kamu nggak akan punya peluang kali ini!"Kelima jenderal itu berbicara dengan sombong.
"Ini ... sebenarnya kekuatan tingkat apa?""Nggak mungkin, ini nggak mungkin! Apa dia benar-benar sudah melampaui tingkat kultivator jenderal?""Mana mungkin Bimo punya kekuatan seperti ini? Ini sungguh nggak masuk akal!"Kelima jenderal itu tergeletak di tanah. Mereka memandang ke atas dan menatap siluet Yoga. Tatapan mereka penuh dengan keterkejutan dan ketidakpercayaan. Namun, kenyataan yang ada tidak bisa dibantah. Dengan hanya satu serangan, Yoga telah menjatuhkan mereka semua ke tanah.Yoga perlahan mengangkat tangannya. Sambil menatap mereka dengan tatapan dingin yang menusuk, dia berseru, "Sekarang, kalau kalian nggak punya strategi cadangan, bersiaplah untuk mati!"Pada saat itu, hawa dingin perlahan menyebar ke sekeliling dan membuat suasana menjadi makin mencekam. Kelima jenderal itu menggigil hebat di tempat mereka berdiri. Aura mengerikan yang terpancar dari Yoga membuat mereka kehilangan ketenangan. Rasanya benar-benar menakutkan!Salah satu dari mereka berbicara dengan s
Tampaknya dalam sekejap, Yoga akan tercabik-cabik oleh kekuatan dahsyat itu. Namun saat berikutnya, dia perlahan mengangkat tangan.Dengan gerakan yang terlihat seperti membelah ombak, Yoga melambaikan tangannya secara vertikal. Seketika, kekuatan dahsyat keluar dari tubuhnya dan langsung merobek segala sesuatu.Formasi besar yang digunakan untuk menyerangnya sontak menjadi tidak berguna dan hancur total. Kekuatan Yoga telah mencapai tingkatan semi kultivator raja. Formasi ini sama sekali bukan ancaman baginya.Yoga membiarkan kelima jenderal itu tetap hidup hanya karena satu alasan. Dia ingin melihat apakah di sekitar mereka masih ada sisa-sisa Pelindung Kebenaran yang bersembunyi."Apa? Formasi ini bisa dihancurkan?""Nggak mungkin! Kenapa dia bisa sekuat ini?""Bimo sebelumnya nggak begitu ahli dalam menghadapi formasi. Gimana dia bisa menghancurkannya secepat ini?"Kelima jenderal itu melongo. Wajah mereka penuh keterkejutan dan rasa tidak percaya. Tatapan mereka bahkan terlihat sa