Pasukan Johan dan Halim langsung menjadi kacau. Mereka benar-benar tidak mengerti kenapa mereka sama sekali tidak menyadari bahwa ada begitu banyak orang yang menyelinap ke dalam pasukan mereka. Lagi pula, siapa orang-orang ini?Pada saat yang sama, anggota-anggota Asosiasi Perdagangan Kota juga mulai dijatuhkan secara berkelompok. Jika dilihat secara saksama, semua orang bisa melihat kemunculan banyak “hantu” di antara kerumunan orang itu.Mereka terlihat bagaikan mesin pengumpul nyawa yang membunuh setiap orang yang dilewati mereka. Kecepatan membunuh mereka terlalu tinggi hingga lawan mereka bahkan tidak sempat bersuara sebelum dijatuhkan. Di seluruh lokasi, hanya terdengar suara sayatan pedang dan udara yang dipenuhi dengan bau darah.Saat melihat situasi ini, Pandu merasa sangat ketakutan. Dia tidak mengerti kenapa tidak ada seorang pun yang menyadari bahwa ada begitu banyak pembunuh yang menyelinap ke dalam pasukannya. A ... apa orang-orang ini adalah hantu?“Bunuh! Bunuh mereka
“Satya?” Yoga bertanya, “Siapa itu Satya? Katakan semuanya yang jelas!”Pandu menjawab, “Satya Lingga itu putra sulung orang terkaya di Kota Lokuta. Lima tahun yang lalu, Asosiasi Perdagangan Kota masih hanyalah sebuah asosiasi kecil tak bernama yang kesulitan untuk bertahan hidup. Suatu hari, Satya tiba-tiba datang berkunjung. Katanya, lingkungan Balai Kumara lumayan bagus dan dia ingin pinjam pakai beberapa hari. Ini adalah kesempatan baik untuk menjalin hubungan dengan keluarga terkemuka. Jadi, aku tentu saja menyetujuinya.”“Malam di mana aku meminjamkan tempat ini padanya, Satya langsung menipu adikmu datang kemari dan menyiksanya dengan berbagai cara hingga hampir merenggut nyawanya. Setelah menyiksa adikmu semalaman, tiba-tiba ada 4 helikopter yang datang keesokan paginya bersama dengan keempat orang berpakaian hitam itu. Lalu, Satya pun menyerahkan adikmu kepada mereka,” jelas Pandu.Setelah mendengar cerita Pandu, Yoga mengepalkan tangannya erat-erat. Satya menyiksa Lili semal
Karina dan Nadya saling bertatapan, lalu menerjang keluar secara serentak dengan niat untuk pergi menolong Yoga. Tak disangka, baru saja keluar dari perusahaan, mereka pun melihat Yoga yang kembali dengan memimpin pasukan besar. Mereka semua terlihat sangat rapi dan bersih, tidak seperti orang yang baru saja selesai bertarung.Kedua wanita itu pun merasa agak kebingungan. Apa yang sudah terjadi?Nadya buru-buru bertanya, “Yoga, apa Pandu akhirnya mengampunimu demi menghormati Paman Johan dan Pak Halim?”Yoga menjawab, “Pandu dan Asosiasi Perdagangan Kota sudah dimusnahkan.”“Serius?” tanya Karina dengan kurang yakin.Johan menjawab, “Benar, Asosiasi Perdagangan Kota sudah bubar. Oh iya, Nadya, ini dokumen tadi. Kamu hancurkan saja sendiri. Setelah dipikir-pikir, aku merasa Grup Magani lebih bisa berkembang di bawah kelolamu.”Setelah menyerahkan dokumen itu, Johan buru-buru memimpin pasukannya untuk meninggalkan tempat ini. Nadya pun hanya bisa terdiam.Di sisi lain, Halim juga berkata
Nadya menjawab, “Omong kosong, tentu saja ke rumah sakit!”Yoga berkata, “Sudahlah, Bu Nadya, nggak usah sandiwara lagi. Tadi, aku sudah memeriksamu dengan teknik pengamatan, kamu sangat sehat dan nggak punya penyakit apa pun.”Ah! Begitu kebohongannya terbongkar, Nadya pun merasa agak malu. Namun, dia tentu saja tidak akan mengakuinya. Dia pun berkata dengan tenang, “Aku baru saja minum obat dan sudah sembuh. Antar saja aku pulang ke rumah, ada yang mau kuambil.”“Oke.” Yoga benar-benar tidak mengerti kenapa Nadya berpura-pura sakit. Namun, dia juga malas bertanya lebih banyak lagi. Berhubung suasananya menjadi agak membosankan, Nadya terlebih dahulu memecah keheningan dengan bertanya, “Yoga, kamu sudah cerai dengan Karina, ‘kan? Kenapa kalian masih berhubungan sih? Memangnya bagus kalau begitu?”Hmm? Yoga bisa merasakan sedikit perasaan cemburu dari nada bicara Nadya. Setelah memikirkan kembali tindakan Nadya yang berpura-pura sakit tadi, Yoga baru mengerti bahwa Nadya seharusnya be
Yoga memanfaatkan kesempatan ini untuk meraih gagang senapan dan kedua belah pihak mulai berebut untuk mendapatkan kendali atas senapan itu. Di sisi lain, Nadya juga segera mengeluarkan sebuah pistol dari saku pinggangnya dan melepaskan tembakan ke arah Bondan.Dor! Peluru itu menembus pergelangan tangan Bondan sehingga tangannya putus dan jatuh ke lantai.“Aaaaah!” teriak Bondan dengan kesakitan. Dia tersungkur dan berguling-guling di lantai sambil menutupi tangannya yang putus.Yoga melirik Nadya sambil tersenyum tipis. Wanita seperti apa yang keluar rumah membawa pistol dan juga bisa menembak orang tanpa ragu?Nadya menginjak dada Bondan, lalu menodong kepalanya dengan pistol sambil berkata, “Apa kamu mau meninggalkan wasiat? Waktumu sudah nggak banyak lagi.”Bondan lekas berteriak meminta ampun, “Bu Nadya, ampunilah aku! Berikanlah aku sebuah kesempatan lagi! Bagaimanapun juga, aku sudah melindungimu selama bertahun-tahun.”Nadya langsung murka dan menembak sebelah kaki Bondan tanp
Begitu melihat Karina, Satya langsung terpesona dan jantungnya juga berdegup kencang. Dia tidak menyangka ternyata ada wanita secantik Karina di dunia ini.Saat merasakan tatapan mesum Satya, firasat buruk langsung menyelimuti hati Karina. Dia berpura-pura tenang dan berkata, “Reza, ayo kita diskusi soal utang itu. Bagaimana kamu mau menyelesaikannya?”Reza menjawab, “Kalau kamu bekerja sama denganku, kita anggap saja utang itu lunas.”Karina pun merasa senang dan bertanya, “Oke, kerja sama seperti apa yang kamu inginkan?”Reza menjawab, “Kamu layani dulu Satya dengan baik.”Setelah mendengar ucapan Reza, ekspresi Karina langsung berubah drastis. Dia pun memaki, “Reza, nggak tahu malu banget kamu!”Reza mengangkat bahunya dan menjawab dengan acuh tak acuh, “Terserah kamu mau bilang apa. Asalkan hari ini kamu bisa menyenangkan Satya, aku nggak peduli dimaki kamu.”“Dasar bajingan!” maki Karina. Kemudian, dia pun berbalik dan hendak pergi. Namun, entah sejak kapan, tiba-tiba sudah ada se
Karina tidak lanjut memaki Satya lagi. Dia tahu bahwa semakin dirinya memaki Satya, Satya akan semakin bersemangat. Jadi, dia pun berteriak, “Tolong .... Tolong ....”Melihat sikap Karina ini, Satya langsung murka dan memaki, “Aku suruh kamu memakiku, bukan minta tolong! Berhubung kamu nggak patuh, aku akan menghukummu.”Kemudian, Satya membuang cambuknya dan mengeluarkan sebuah belati dan lanjut berkata, “Ayo, biarkan aku cicipi darahmu. Kamu cantik banget! Darahmu pasti juga sangat manis.”Satya menjilat bibirnya sambil berjalan mendekati Karina secara perlahan. Belati yang digenggamnya sangat tajam dan terlihat menakutkan. Karina tidak pernah merasa begitu putus asa dalam hidupnya. Tepat pada saat belati itu hendak menyayat pergelangan tangan Karina, pintu ruangan ini tiba-tiba ditendang buka. Kemudian, Yoga pun menerjang masuk.Begitu melihat Yoga, Karina langsung merasa sangat lega dan berkata sambil menangis, “Yoga, tolong ....”Pemandangan ini langsung membuat darah Yoga mendid
Setelah para pengawal itu “diledakkan” oleh energi Yoga, mereka semua pun tercengang. Apa itu adalah ... tenaga dalam? Hanya ahli bela diri tingkat grandmaster yang mampu berlatih tenaga dalam. Mungkin saja Yoga adalah seorang ahli bela diri tingkat grandmaster!Yoga masih muda, tetapi sudah mencapai tingkat grandmaster. Para pengawal itu pun merasa sangat ketakutan setelah memikirkannya. Di sisi lain, Reza juga ketakutan dan berniat untuk langsung kabur. Namun, Yoga segera melempar sebuah botol miras ke arah kepala Reza. Botol miras itu langsung pecah begitu mengenai kepala Reza dan Reza juga terjatuh ke lantai.Setelah itu, Yoga berjalan ke hadapan Satya dan mencekik lehernya sambil mengangkatnya dari lantai. Dia berkata dengan dingin, “Katakan, di mana adikku?”Satya menjawab dengan marah, “Aku ini putranya Heru Lingga, orang terkaya di Kota Lokuta. Kalau kamu berani menyentuhku ....”Sebelum Satya sempat menyelesaikan ucapannya, Yoga sudah menendang sebelah lututnya hingga tulangn
Siapa yang tidak menyukai dunia yang normal?Namun, pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara seseorang."Berani-beraninya manusia hantu ini muncul di siang bolong seperti ini. Kalian semua ingin mati ya?"Terlihat sekelompok orang yang perlahan-lahan keluar dan mendekati Yoga dan yang lainnya. Mereka mengenakan serangan yang sama yang terlihat mewah dan indah. Satu per satu mengamati Yoga dan yang lainnya dengan ekspresi yang sangat angkuh."Eh? Ada satu di sini yang masih belum bermutasi jadi manusia hantu. Sungguh langka!""Bagus sekali. Tangkap dia dan lempar ke area terlarang. Kita lihat bagaimana dia berubah menjadi manusia hantu.""Aku dengar prosesnya agak lambat. Bagaimana kalau kita langsung mengirimnya ke area yang lebih dalam?"Semua orang tertawa terbahak-bahak dan terus menyindir. Mereka semua menatap Yoga dengan penuh semangat dan membuat ekspresi Yoga langsung menjadi muram."Bos, apa yang aku katakan nggak salah, 'kan? Kemunculan kita pasti akan membuat mereka merasa ng
Yoga melihat ke sekeliling, lalu menyipitkan matanya. Dia bisa merasakan ada sebuah kutukan yang sangat kuat muncul di wilayah di depannya. Ada kekuatan yang sulit untuk dijelaskan di dalam kutukan itu yang bisa memengaruhi tubuh manusia.Yoga berkata, "Ternyata ini adalah kekuatan yang kalian terima selama ini."Saat mengatakan itu, tatapan Yoga terlihat penuh dengan belas kasihan. Para manusia hantu itu semuanya tadinya adalah manusia, tetapi mereka didesak dan dikucilkan sampai terpaksa datang ke area terlarang ini. Pada akhirnya, mereka malah menjadi orang yang terkutuk.Prajna membalas, "Bos, apa kutukan ini bisa dihilangkan?"Semua orang menatap Yoga dengan penuh harapan karena mereka semua berharap bisa kembali seperti semula.Namun, Yoga tetap menggelengkan kepala, lalu berkata dengan nada yang muram, "Kekuatan dari kutukan ini terlalu hebat, bahkan aku pun hanya bisa menahannya dengan susah payah."Ekspresi Prajna dan yang lainnya langsung menjadi muram dan perlahan-lahan menu
Sangat jelas, perbedaannya hanya pada lokasi. Yoga menyeringai dingin dan menunjukkan ekspresi penuh kejutan.Yoga menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya. Setelah membukanya, terlihat seekor serangga kecil berwarna putih di dalamnya.Yoga meletakkan serangga itu di tanah. Serangga kecil itu perlahan merangkak keluar, lalu mengangkat kepalanya sedikit, seolah-olah sedang memanggil sesuatu.Tak lama kemudian, terdengar suara langkah-langkah yang mendekat. Siluet-siluet mulai bermunculan satu per satu, lalu berkumpul di tempat itu.Di antara kerumunan itu, pemimpinnya adalah Prajna. Begitu melihat Yoga, ekspresinya berubah drastis. Dia bertanya dengan kaget, "Bos, kamu benar-benar datang?" Tatapan terkejut mereka terus mengamati Yoga, seakan-akan tidak percaya apa yang mereka lihat."Ya," jawab Yoga dengan tenang. Suaranya datar tanpa emosi.Yoga telah menanamkan serangga anak di tubuh mereka sebelumnya. Dengan serangga induk putih di tangannya, dia d
Setelah selesai membaca sebuah buku, Yoga perlahan menutupnya. Matanya berkilat dengan ekspresi penuh tanda tanya. Dia terdiam, sementara pandangannya tertuju pada halaman pertama buku itu.Tiba-tiba, suara Bimo terdengar kembali di pikirannya. Dia bertanya, "Gimana perasaanmu setelah membaca?""Sulit diungkapkan ... tapi aku merasa ada sesuatu yang nggak beres!" ucap Yoga.Itulah yang dirasakan Yoga. Sejarah dunia kultivator kuno yang diklaim sudah berlangsung ribuan tahun hanya diceritakan secara sepintas. Banyak peristiwa penting bahkan sama sekali tidak disebutkan. Semua yang tercatat terkesan terlalu biasa, seperti tidak ada apa-apa.Hal ini membuat Yoga merasa, ada banyak hal yang sengaja disembunyikan dari sejarah tersebut. Dia pun merenungkan kata-kata Bimo yang terus terngiang di pikirannya. Apa yang Yoga lihat hanyalah apa yang mereka izinkan untuk dia lihat!"Sudahlah, nggak usah baca lagi!" Yoga akhirnya membuat keputusan itu sambil menghela napas kecil. Dia merasa kecewa.
Yoga memberi tahu, "Aku lagi berada di vila Sutrisno. Untuk sementara, seharusnya nggak akan ada bahaya."Winola mengingatkannya, "Tapi kamu tetap harus berhati-hati. Ingat baik-baik, jangan biarkan besi hitam itu terlihat lagi. Kalau nggak, kamu akan menghadapi lebih banyak bahaya."Yoga bertanya dengan serius, "Menurutmu, apa tiga barang itu bisa ditemukan dengan mudah?""Di mana ada hadiah besar, pasti ada orang yang berani mengambil risiko. Harusnya bisa ditemukan! Jangan terlalu khawatir, aku juga akan membantumu mencarinya secepat mungkin!" ucap Winola."Makasih," jawab Yoga dengan tulus.Kemudian, Winola bertanya, "Apa Tuan Bimo datang?"Yoga menjawab dengan samar, "Dia bisa datang." Jawaban ini penuh arti, tidak langsung mengiakan tetapi juga tidak membantah.Winola bertanya dengan penuh harap, "Kalau begitu ... bisakah kamu memintanya untuk datang?"Bagaimanapun, Winola pernah meminta hal ini kepada Yoga sebelumnya saat masih di dunia bela diri kuno. Jika Bimo bisa datang, dia
Yoga sangat percaya diri dengan penyamarannya. Dengan pakaian serba tertutup seperti itu, mana mungkin ada yang bisa mengenalinya? Begitu pakaian tersebut dilepas, semua urusan akan seolah tak ada hubungannya dengan dirinya."Aduh!" Sutrisno kembali menghela napas panjang. Wajahnya dipenuhi ekspresi tak berdaya dan kesedihan yang mendalam. Tidak disangka, orang yang berada di satu perahu dengannya ini malah menjadi orang pertama yang memunculkan bahaya.Yoga berucap dengan santai, "Sudahlah, berhenti mengeluh. Kamu nggak percaya padaku?"Sutrisno membalas, "Aku terlalu mengenalmu. Setiap kali muncul, kamu nggak pernah bisa duduk diam!"Benarkah? Yoga merenung sejenak dan merasa bahwa itu tidak benar. Menurutnya, dia selalu bersikap sangat tenang dan patuh.Sutrisno akhirnya menutup telepon dengan hati yang gelisah. Dia berharap semuanya tidak akan bertambah buruk. Tepat saat itu, sebuah panggilan telepon masuk lagi ke ponsel Yoga. Kali ini dari Winola. Nada suara Winola terdengar sanga
Burhan tersenyum tipis, lalu mengangkat tangan sedikit untuk memberi isyarat kepada pria muda itu. Orang itu segera membawa besi hitam dengan hati-hati. Dia memegangnya seperti benda paling berharga, lalu beranjak pergi.Pandangan semua orang masih terpaku pada pria muda tersebut. Mereka mengikuti setiap gerakannya dengan penuh perhatian."Semuanya!" Burhan tiba-tiba bertepuk tangan perlahan dan tersenyum. Dalam sekejap, semua orang tak punya pilihan selain mengalihkan pandangan kembali ke arah Burhan. Ekspresi mereka sedikit berubah, sementara raut wajah mereka penuh keterkejutan.Dengan mata terbelalak, mereka menatap Burhan tanpa berkedip, seolah tatapan mereka seperti kail yang mencengkeram sosoknya dengan erat."Pak Burhan, kenapa cepat sekali dibawa pergi? Kami bahkan belum puas melihatnya!""Benar banget! Dari mana kalian mendapatkan besi hitam itu? Kalau kalian ingin menukarnya, apa yang kalian inginkan sebagai gantinya?""Apa pun yang kalian inginkan, katakan saja! Aku akan pa
Di samping, pria muda yang tadi melayani Yoga berbicara dengan sorot mata berkilat dingin, "Pak, apa kita perlu melacak anak muda itu? Kelihatannya dia masih sangat muda. Mungkin saja dia mendapatkan besi hitam secara kebetulan dari suatu tempat."Tatapan matanya penuh perhitungan. Dalam sekejap, dia sudah memikirkan berbagai rencana untuk mendapatkan lebih banyak besi hitam dari Yoga.Mata pria tua itu menajam dingin seperti pisau. Dia menatap pria muda itu penuh peringatan, lalu berucap, "Jangan cari masalah!"Pria muda itu langsung tertegun. Kepalanya tertunduk dan wajahnya berubah pucat. Dia sadar, dirinya telah salah berbicara. Setelah memastikan pemuda itu diam, pria tua itu menarik napas panjang dan memandang jauh ke depan dengan tatapan berat.Pria tua itu memberi tahu, "Orang itu bisa sampai di tempat ini. Apa menurutmu dia nggak punya dukungan di belakangnya? Aku bahkan nggak bisa menilai kekuatannya. Itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa dia luar biasa!""Kalau kita menyin
Tampaknya pria itu ingin lebih teliti mengamati siapa Yoga sebenarnya. Yoga melemparkan sebuah benda kecil dengan santai, lalu berujar, "Berikan ini pada pengurus kalian. Dia pasti akan datang menemuiku."Pria itu menangkap benda tersebut. Begitu melihatnya, dia langsung terkejut hingga terperanjat. Matanya membelalak, sementara pupilnya mengecil. Benda itu ... adalah besi hitam."Oke, aku akan segera mengurusnya!" balas pria itu. Dia tidak berani membuang waktu, melainkan langsung berbalik dan pergi dengan langkah cepat.Melihat pria itu yang tergesa-gesa, Yoga tersenyum dingin penuh ejekan. Hanya sepotong kecil besi hitam saja sudah membuatnya begitu heboh. Padahal, Yoga memiliki seluruh makam yang dipenuhi dengan besi hitam.Bimo memperingatkan, "Eh, benda ini sangat berharga. Jangan sampai menarik perhatian orang yang punya niat jahat!"Yoga membalas tak acuh, "Nggak masalah. Lagian, aku nggak punya barang lain."Bimo menimpali, "Kamu benar-benar belum memahami betapa pentingnya be