Share

Bab 33

Penulis: Vodka
Johan memperingati Nadya, “Nadya, kali ini, aku akan menolongnya. Tapi, kamu harus menjauhinya kelak. Kalau nggak, anak bau kencur sepertinya pasti akan membawa bencana bagimu lagi.”

Nadya menjawab, “Aku akan mempertimbangkannya.”

Pada saat ini, ada konvoi mobil yang melaju mendekat lagi dari arah yang berlawanan dan berhenti di depan Grup Magani. Skala konvoi mobil ini sama sekali tidak kalah meriah dari konvoi mobil Johan.

Mobil yang memimpin di paling depan itu adalah mobil Maybach. Kemudian, Karina dan seorang pria tua berpakaian tradisional turun dari mobil itu.

Yoga mengerutkan keningnya dan bergumam, “Buat apa dia kemari?”

Karina berjalan masuk ke Grup Magani bersama pria tua berpakaian tradisional itu, lalu menyapa Nadya, “Permisi, Bu Nadya. Aku datang untuk mencari Yoga.”

Nadya hanya mengangguk pelan. Kemudian, Karina menatap Yoga dan berkata, “Yoga, maaf. Semalam, aku sudah salah paham terhadapmu tentang masalah Tika.”

“Nggak apa-apa,” jawab Yoga dengan acuh tak acuh.

Sifat d
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 34

    Terdapat dua orang yang sedang duduk di paling depan pasukan ini. Salah satu orang itu adalah Jarot, wakil ketua Asosiasi Perdagangan Kota. Dia baru saja terlepas dari masa-masa kritis dan seluruh tubuhnya masih dibalut perban. Namun, dia tetap bersikeras datang untuk melihat Pandu menghukum Yoga secara langsung.Begitu melihat musuhnya, Jarot berkata dengan marah, “Pak Pandu, aku mau membunuh Yoga dengan tanganku sendiri!”“Aku tahu,” jawab Pandu sambil mengangguk. Kemudian dia melirik pasukan Yoga sekilas dan berkata, “Yoga, aku memang terlalu meremehkanmu. Tak disangka, kamu mampu mengundang Johan dan Halim untuk membantumu.”Yoga bertanya dengan tatapan dingin, “Apa kamu tahu apa yang kupikirkan saat ini?”“Apa?” tutur Pandu.Yoga menjawab, “Aku lagi berpikir mau menghukummu seperti apa supaya bisa membalaskan seluruh penderitaan adikku.”“Haha!” Sekelompok orang tertawa terbahak-bahak, lalu Pandu bertanya, “Hanya dengan mengandalkan sekelompok pecundang yang kamu bawa datang ini?”

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 35

    Pasukan Johan dan Halim langsung menjadi kacau. Mereka benar-benar tidak mengerti kenapa mereka sama sekali tidak menyadari bahwa ada begitu banyak orang yang menyelinap ke dalam pasukan mereka. Lagi pula, siapa orang-orang ini?Pada saat yang sama, anggota-anggota Asosiasi Perdagangan Kota juga mulai dijatuhkan secara berkelompok. Jika dilihat secara saksama, semua orang bisa melihat kemunculan banyak “hantu” di antara kerumunan orang itu.Mereka terlihat bagaikan mesin pengumpul nyawa yang membunuh setiap orang yang dilewati mereka. Kecepatan membunuh mereka terlalu tinggi hingga lawan mereka bahkan tidak sempat bersuara sebelum dijatuhkan. Di seluruh lokasi, hanya terdengar suara sayatan pedang dan udara yang dipenuhi dengan bau darah.Saat melihat situasi ini, Pandu merasa sangat ketakutan. Dia tidak mengerti kenapa tidak ada seorang pun yang menyadari bahwa ada begitu banyak pembunuh yang menyelinap ke dalam pasukannya. A ... apa orang-orang ini adalah hantu?“Bunuh! Bunuh mereka

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 36

    “Satya?” Yoga bertanya, “Siapa itu Satya? Katakan semuanya yang jelas!”Pandu menjawab, “Satya Lingga itu putra sulung orang terkaya di Kota Lokuta. Lima tahun yang lalu, Asosiasi Perdagangan Kota masih hanyalah sebuah asosiasi kecil tak bernama yang kesulitan untuk bertahan hidup. Suatu hari, Satya tiba-tiba datang berkunjung. Katanya, lingkungan Balai Kumara lumayan bagus dan dia ingin pinjam pakai beberapa hari. Ini adalah kesempatan baik untuk menjalin hubungan dengan keluarga terkemuka. Jadi, aku tentu saja menyetujuinya.”“Malam di mana aku meminjamkan tempat ini padanya, Satya langsung menipu adikmu datang kemari dan menyiksanya dengan berbagai cara hingga hampir merenggut nyawanya. Setelah menyiksa adikmu semalaman, tiba-tiba ada 4 helikopter yang datang keesokan paginya bersama dengan keempat orang berpakaian hitam itu. Lalu, Satya pun menyerahkan adikmu kepada mereka,” jelas Pandu.Setelah mendengar cerita Pandu, Yoga mengepalkan tangannya erat-erat. Satya menyiksa Lili semal

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 37

    Karina dan Nadya saling bertatapan, lalu menerjang keluar secara serentak dengan niat untuk pergi menolong Yoga. Tak disangka, baru saja keluar dari perusahaan, mereka pun melihat Yoga yang kembali dengan memimpin pasukan besar. Mereka semua terlihat sangat rapi dan bersih, tidak seperti orang yang baru saja selesai bertarung.Kedua wanita itu pun merasa agak kebingungan. Apa yang sudah terjadi?Nadya buru-buru bertanya, “Yoga, apa Pandu akhirnya mengampunimu demi menghormati Paman Johan dan Pak Halim?”Yoga menjawab, “Pandu dan Asosiasi Perdagangan Kota sudah dimusnahkan.”“Serius?” tanya Karina dengan kurang yakin.Johan menjawab, “Benar, Asosiasi Perdagangan Kota sudah bubar. Oh iya, Nadya, ini dokumen tadi. Kamu hancurkan saja sendiri. Setelah dipikir-pikir, aku merasa Grup Magani lebih bisa berkembang di bawah kelolamu.”Setelah menyerahkan dokumen itu, Johan buru-buru memimpin pasukannya untuk meninggalkan tempat ini. Nadya pun hanya bisa terdiam.Di sisi lain, Halim juga berkata

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 38

    Nadya menjawab, “Omong kosong, tentu saja ke rumah sakit!”Yoga berkata, “Sudahlah, Bu Nadya, nggak usah sandiwara lagi. Tadi, aku sudah memeriksamu dengan teknik pengamatan, kamu sangat sehat dan nggak punya penyakit apa pun.”Ah! Begitu kebohongannya terbongkar, Nadya pun merasa agak malu. Namun, dia tentu saja tidak akan mengakuinya. Dia pun berkata dengan tenang, “Aku baru saja minum obat dan sudah sembuh. Antar saja aku pulang ke rumah, ada yang mau kuambil.”“Oke.” Yoga benar-benar tidak mengerti kenapa Nadya berpura-pura sakit. Namun, dia juga malas bertanya lebih banyak lagi. Berhubung suasananya menjadi agak membosankan, Nadya terlebih dahulu memecah keheningan dengan bertanya, “Yoga, kamu sudah cerai dengan Karina, ‘kan? Kenapa kalian masih berhubungan sih? Memangnya bagus kalau begitu?”Hmm? Yoga bisa merasakan sedikit perasaan cemburu dari nada bicara Nadya. Setelah memikirkan kembali tindakan Nadya yang berpura-pura sakit tadi, Yoga baru mengerti bahwa Nadya seharusnya be

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 39

    Yoga memanfaatkan kesempatan ini untuk meraih gagang senapan dan kedua belah pihak mulai berebut untuk mendapatkan kendali atas senapan itu. Di sisi lain, Nadya juga segera mengeluarkan sebuah pistol dari saku pinggangnya dan melepaskan tembakan ke arah Bondan.Dor! Peluru itu menembus pergelangan tangan Bondan sehingga tangannya putus dan jatuh ke lantai.“Aaaaah!” teriak Bondan dengan kesakitan. Dia tersungkur dan berguling-guling di lantai sambil menutupi tangannya yang putus.Yoga melirik Nadya sambil tersenyum tipis. Wanita seperti apa yang keluar rumah membawa pistol dan juga bisa menembak orang tanpa ragu?Nadya menginjak dada Bondan, lalu menodong kepalanya dengan pistol sambil berkata, “Apa kamu mau meninggalkan wasiat? Waktumu sudah nggak banyak lagi.”Bondan lekas berteriak meminta ampun, “Bu Nadya, ampunilah aku! Berikanlah aku sebuah kesempatan lagi! Bagaimanapun juga, aku sudah melindungimu selama bertahun-tahun.”Nadya langsung murka dan menembak sebelah kaki Bondan tanp

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 40

    Begitu melihat Karina, Satya langsung terpesona dan jantungnya juga berdegup kencang. Dia tidak menyangka ternyata ada wanita secantik Karina di dunia ini.Saat merasakan tatapan mesum Satya, firasat buruk langsung menyelimuti hati Karina. Dia berpura-pura tenang dan berkata, “Reza, ayo kita diskusi soal utang itu. Bagaimana kamu mau menyelesaikannya?”Reza menjawab, “Kalau kamu bekerja sama denganku, kita anggap saja utang itu lunas.”Karina pun merasa senang dan bertanya, “Oke, kerja sama seperti apa yang kamu inginkan?”Reza menjawab, “Kamu layani dulu Satya dengan baik.”Setelah mendengar ucapan Reza, ekspresi Karina langsung berubah drastis. Dia pun memaki, “Reza, nggak tahu malu banget kamu!”Reza mengangkat bahunya dan menjawab dengan acuh tak acuh, “Terserah kamu mau bilang apa. Asalkan hari ini kamu bisa menyenangkan Satya, aku nggak peduli dimaki kamu.”“Dasar bajingan!” maki Karina. Kemudian, dia pun berbalik dan hendak pergi. Namun, entah sejak kapan, tiba-tiba sudah ada se

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 41

    Karina tidak lanjut memaki Satya lagi. Dia tahu bahwa semakin dirinya memaki Satya, Satya akan semakin bersemangat. Jadi, dia pun berteriak, “Tolong .... Tolong ....”Melihat sikap Karina ini, Satya langsung murka dan memaki, “Aku suruh kamu memakiku, bukan minta tolong! Berhubung kamu nggak patuh, aku akan menghukummu.”Kemudian, Satya membuang cambuknya dan mengeluarkan sebuah belati dan lanjut berkata, “Ayo, biarkan aku cicipi darahmu. Kamu cantik banget! Darahmu pasti juga sangat manis.”Satya menjilat bibirnya sambil berjalan mendekati Karina secara perlahan. Belati yang digenggamnya sangat tajam dan terlihat menakutkan. Karina tidak pernah merasa begitu putus asa dalam hidupnya. Tepat pada saat belati itu hendak menyayat pergelangan tangan Karina, pintu ruangan ini tiba-tiba ditendang buka. Kemudian, Yoga pun menerjang masuk.Begitu melihat Yoga, Karina langsung merasa sangat lega dan berkata sambil menangis, “Yoga, tolong ....”Pemandangan ini langsung membuat darah Yoga mendid

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1243

    Yogi berbicara sambil menghela napas dengan tak berdaya, sepertinya teringat dengan semua hal yang penuh dengan air mata kesedihan yang pernah terjadi. Itu adalah masa lalu yang tidak ingin diingatnya lagi."Bagus sekali, tapi aku nggak akan membiarkanmu hidup dengan tenang," kata Jordi yang tiba-tiba merobek pakaiannya, lalu memukul dadanya dengan keras.Boom!Darah menyembur dan terlihat banyak serangga hitam kecil yang keluar dari tubuhnya. Seperti kawanan nyamuk, serangga itu terbang naik turun dan bergerak menuju satu arah."Gawat!" teriak Yogi yang tiba-tiba terkejut, lalu segera maju dan terus menyerang satu per satu serangga itu sampai jatuh ke lantai.Agnes dan Markus juga berlarik keluar dan membunuh serangga-serangga hitam itu secara bersamaan.Namun, mereka tetap tidak bisa menangani semuanya dan beberapa serangga hitam itu berhasil lolos. Ukuran serangga itu sangat kecil, bahkan sulit untuk terlihat mata."Aduh!" kata Yogi sambil menghela napas dan menatap ke kejauhan. Pad

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1242

    "Kenapa kamu lagi? Kenapa kamu bisa berada di sini?" tanya Jordi dengan ekspresi terkejut dan menatap orang di depannya dengan ketakutan.Jordi berpikir jelas-jelas Yoga masih berada di dalam formasi, tidak mungkin bisa muncul di sana dengan begitu cepat. Meskipun formasinya hancur, Yoga juga membutuhkan waktu untuk tiba di sana. Namun, orang di depannya ini sepertinya sudah menunggunya cukup lama. Ini benar-benar hal yang mustahil."Sepertinya sudah berlalu cukup lama, jadi kamu sudah melupakan siapa aku," kata Yogi sambil tersenyum dan memancarkan hawa dingin. Tatapannya itu penuh dengan niat membunuh."Kamu? Bukankah kamu ini Yoga?" tanya Jordi dengan tercengang dan merasa aneh. Saat ini, dia benar-benar merasa bingung.Yogi berkata, "Saat itu kamu yang membocorkan keberadaanku dan istriku, jadi istriku dikurung selama bertahun-tahun. Sekarang kamu sudah tahu siapa aku sebenarnya, 'kan?"Jordi bertanya sambil mengernyitkan alisnya, "Istrimu? Dikurung?"Setelah mengingat kembali deng

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1241

    Awalnya, Jordi mengira formasi ini pasti bisa membunuh Bimo, tetapi tetap tidak ada kemajuan sedikit pun. Bimo ini masih tetap sulit untuk dibunuh, bahkan hampir berhasil menghancurkan formasinya. Jika formasi ini gagal, apa lagi yang bisa digunakannya untuk melawan Bimo?Dalam sekejap, Jordi berdiri diam di tempat dan tidak bergerak sedikit pun. Dia benar-benar sangat ketakutan dan merasa putus asa.Yoga tetap melawan boneka-boneka mayat itu sampai tidak bisa bergerak lagi dan tubuh mereka berserakan ke mana-mana."Kamu sudah siap untuk mati?" tanya Yoga sambil tersenyum sinis dan menatap Jordi dengan dingin."Kamu ...," teriak Jordi yang benar-benar kehilangan semangat bertarungnya, lalu mengendalikan semua benang merah dan menyuntikkannya ke dalam tubuh 15 boneka mayat itu. Boneka-boneka mayat yang langsung terlilit benang merah itu pun terlihat seperti mumi. Setelah itu, dia langsung berbalik dan melarikan diri.Yoga berniat untuk mengejar Jordi, tetapi dia langsung dihentikan oleh

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1240

    "Apa ... yang telah kamu lakukan?" tanya Jordi yang tercengang saat melihat fenomena aneh di langit. Dia sama sekali tidak menyangka akan melihat pemandangan yang begitu mengerikan. Formasinya ini sepertinya benar-benar sudah tidak akan bertahan lagi."Aku sudah bilang formasimu ini nggak akan bisa melindungimu lagi," kata Yoga dengan dingin."Nggak, ini nggak mungkin," kata Jordi sambil menatap langit dengan bengong. Melihat satu per satu celah yang muncul di langit, hatinya merasa gelisah.Krak!Pada saat itu, muncul satu celah lagi dan seluruh formasinya pun mulai berguncang sampai ruangan di sekitar bergetar hebat.Jordi seolah-olah mulai menyadari kemampuan Bimo benar-benar luar biasa."Bagaimana kamu bisa melakukan ini?" tanya Jordi."Kamu pernah melihat kekuatan sebenarnya dari seorang kultivator raja?" kata Yoga dengan ambigu."Apa? Kultivator raja?" seru Jordi yang merasa terkejut serta panik dan ekspresinya juga makin muram.Kultivator raja adalah sosok yang sangat kuat, sehi

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1239

    Setelah itu, mata semua orang membelalak dan tiba-tiba hidup kembali. Saat ini, mereka semua sudah menjadi boneka mayat. Jordi pun tertawa terbahak-bahak karena merasa sangat puas saat melihat hasil karyanya ini."Mana mungkin orang-orang yang pengecut ini pantas untuk mengikutiku. Kalau nggak ingin mati, aku sendiri yang akan membunuh kalian dan akhirnya kalian menjadi boneka mayatku. Mulai sekarang, tugas kalian adalah membunuh Bimo," kata Jordi sambil tertawa terbahak-bahak dan menunjuk ke arah Yoga.Dalam sekejap, 15 orang itu langsung berbaris dengan rapi. Mata mereka yang merah terlihat kosong dan menatap tajam ke arah Yoga. Satu per satu dari mereka penuh dengan aura membunuh dan siap untuk menghabisi target mereka di depan."Benar-benar ... sangat kejam," kata Yoga sambil menghela napas. Dia mengira mereka akan bersatu dan menyerangnya bersama-sama. Pada akhirnya, mereka memang bersatu, tetapi karena mereka semua dibunuh oleh Jordi."Serang!" perintah Jordi.Setelah itu, 15 bon

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1238

    Jordi muncul di atas menara lonceng dan mengamati ke arah bawah dengan tenang. Tatapannya terlihat datar dan ekspresi tenang, seolah-olah meremehkan segalanya.Dalam sekejap, mata semua orang yang berada di sana membelalak dan melihat ke atas dengan ekspresi tidak percaya."Tuan Jordi, kenapa kamu keluar?""Bimo ini benar-benar luar biasa, kamu harus hati-hati.""Sebagai pusat informasi, kamu adalah sosok yang sangat penting dan nggak boleh terjadi apa-apa padamu."Semua orang segera membujuk Jordi dengan sangat cemas."Singkirkan wajah kalian itu, membuatku merasa jijik," marah Jordi dengan dingin. Dia sudah melihat segalanya tadi, termasuk dengan sekelompok orang ini yang bertindak dengan sangat memalukan demi bertahan hidup. Hal ini sama sekali tidak mencerminkan semangat seorang Pelindung Kebenaran.Mendengar perkataan itu, para tetua dan jenderal besar yang berada di sana semuanya menundukkan kepala. Mereka semua merasa gugup, tetapi mereka juga tidak berdaya. Bagaimanapun juga, m

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1237

    "Apa?" Setelah mendengar kata-kata itu, wajah semua orang di tempat langsung berubah menjadi pucat pasi. Mereka sangat ketakutan dan gelisah. Bisa-bisanya ketahuan? Bagaimana mungkin rahasia ini bisa bocor? Dalam sekejap, semua orang menjadi panik. Mereka tanpa sadar melirik ke arah menara lonceng."Oh?" Yoga pun tertawa. Nada suaranya terdengar terkejut sekaligus puas.Yoga sebenarnya hanya meminta Winola dan Sutrisno untuk menjauh darinya, tetapi tak disangka mereka malah menemukan sesuatu yang sangat penting. Yoga perlahan mendongak dan menatap ke arah atas, tepat ke lokasi menara lonceng."Kalian jangan bicara sembarangan! Nggak mungkin ada apa-apa di menara lonceng itu!""Benar, tindakan kalian ini adalah pengkhianatan terhadap Bimo! Nggak mungkin pusat formasi ada di sana!""Kalian sungguh keji! Kalian mau mengalihkan perhatian Bimo ya? Pusat formasi yang sebenarnya jelas bukan di sana!"Para tetua dan jenderal mulai berteriak panik. Mereka coba meyakinkan Yoga dengan berbagai

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1236

    "Kalian semua mau mati ya?" Yoga melontarkan pertanyaan dengan nada tenang. Matanya menyapu seluruh orang di tempat itu satu per satu. Wajahnya tetap datar tanpa emosi.Semua orang langsung menutup mulut. Tidak ada yang berani mengucapkan sepatah kata pun. Mereka tahu jika Bimo murka, konsekuensinya bukan hanya kematian, melainkan siksaan yang lebih buruk dari mati.Di saat itulah, Yoga memandang pria di hadapannya dengan tenang. Tanpa berkata sepatah kata pun, dia melayangkan tendangan. Tindakannya membuat pria tersebut terpental.Namun, Yoga sama sekali tidak berniat membunuhnya. Baginya, membunuh pria itu hanya akan menjadikannya salah satu dari boneka dalam formasi ini. Itu hanya akan menambah bebannya. Hal terpenting saat ini adalah menemukan pusat formasi."Hahaha! Aku hidup! Aku benar-benar masih hidup!" seru jenderal itu sambil tertawa terbahak-bahak penuh kegirangan. Wajahnya berseri-seri. Dia tidak mampu menyembunyikan rasa lega yang luar biasa.Mampu bertahan hidup di bawah

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1235

    Hukum alam semesta akan memberikan tekanan jika itu terjadi. Yoga harus tetap waspada. Retakan-retakan di langit adalah hasil dari kekuatan hukum tersebut.Hukum alam semesta telah merasakan keberadaan Yoga sehingga langsung mencarinya tanpa ragu. Bahkan, formasi besar yang mengurung tempat ini pun tak mampu menghentikannya."Sepertinya aku harus sedikit menahan diri," gumam Yoga perlahan.Bimo menambahkan, "Cuma sedikit lagi doang. Meski kekuatanmu mampu menembus level kultivator raja, mana boleh kamu bertindak serampangan begini?""Aku tahu," jawab Yoga singkat, tanpa banyak bicara lagi. Kemudian, dia menoleh ke arah jenderal yang gemetar ketakutan dalam genggamannya. Kakinya bahkan hampir tak mampu menopang tubuhnya."Cepat katakan! Kalau nggak, aku akan menjadikanmu seperti mayat boneka itu, lalu menghancurkanmu hingga menjadi serpihan!" ancam Yoga dengan suara dingin."Aku akan kasih tahu semuanya!" balas jenderal itu sambil buru-buru mengangguk. Ketakutan dan emosinya sudah tak t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status