“Ayahku pernah memberitahuku. Kalau aku mendapat masalah yang nggak bisa aku selesaikan, aku bisa menghubungimu. Kamu akan membantuku untuk sekali saja.”Ayah Karina pernah menyelamatkan nyawa Pak Halim. Sebagai balas budi, Pak Halim berjanji untuk membantu keluarga mereka sekali saja secara cuma-cuma.Selama bertahun-tahun, mereka tidak pernah rela menyia-nyiakan kesempatan yang diperoleh dengan susah payah ini.Sekarang, Karina ingin menggunakan kesempatan ini untuk menolong Yoga.“Sebutkan waktu dan lokasinya,” kata Pak Halim.Di sisi lain, Yoga membawa Pak Jarot. Dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tak lama kemudian, mereka sampai di sebuah lahan kosong.Yoga menghentikan mobilnya dan berkata dengan acuh tak acuh, “Kamu kenal Tika dan kakaknya yang bernama Ronny Maryadi itu, ‘kan?”Pak Jarot buru-buru menyangkalnya. “Nggak … aku nggak kenal …”Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Yoga langsung menarik telinga Pak Jarot kuat-kuat, hingga mengucurkan darah.“Aduh!” Pak J
Setelah memutuskan telepon, Pandu mengirimkan selembar foto pada Yoga. Itu adalah foto seorang wanita. Wanita di dalam foto itu berambut kusut dan berwajah kotor, pakaiannya juga sangat lusuh sehingga dia terlihat bagaikan seorang pengemis. Wajah dan tangannya dipenuhi dengan luka, sedangkan sudut bibir dan hidungnya terdapat luka gigitan yang jelas. Tampangnya terlihat sangat menyedihkan.Wanita itu sedang memikul dua ember kayu besar di pundaknya yang terlihat berat sehingga tubuhnya yang kecil nan kurus terlihat meringkuk. Dari belakang, dia terlihat seperti seorang nenek-nenek. Sementara itu, ember yang dipikulnya dipenuhi dengan kotoran manusia.Yoga mengumpat dalam hati, lalu memecahkan kaca depan mobil dengan tinjunya. Ekspresinya dipenuhi dengan penderitaan yang sangat kental. Wanita di foto itu tidak lain adalah adik kandungnya, Lili. Pada usia yang seharusnya merupakan usia terbaik seorang wanita, dia malah menjalani hidup yang begitu menyedihkan dan harus mencari nafkah de
Nadya berkata, “Semoga saja. Oh iya, kelak jangan panggil aku Bu Nadya lagi. Langsung panggil aku dengan sebutan Nadya saja.”“Oke,” jawab Yoga. Begitu Yoga keluar dari kantornya, Nadya langsung mengeluarkan ponselnya. Setelah ragu sejenak, dia akhirnya menelepon seseorang dan berkata, “Paman, aku setuju untuk menggabungkan Grup Magani dengan bisnis keluarga. Tapi, aku punya satu syarat ....”Setelah selesai menelepon, Nadya pun tersenyum getir. Dia tidak menyangka dirinya yang selama ini sangat membenci pria akan mengorbankan segalanya demi seorang pria.Malam itu, seluruh tokoh inti dari web gelap yang bersembunyi di segala penjuru dunia seperti tentara bayaran di atas tingkat S dan sebagainya berkumpul, lalu pergi ke Daruna bersama. Jumlah mereka mencapai puluhan ribu orang.Situasi yang abnormal ini segera membuat negara-negara di seluruh dunia merasa waspada dan mengamatinya dengan hati-hati. Terutama Daruna, para pejabat tinggi Daruna langsung mengadakan rapat dan mengeluarkan 1
Johan memperingati Nadya, “Nadya, kali ini, aku akan menolongnya. Tapi, kamu harus menjauhinya kelak. Kalau nggak, anak bau kencur sepertinya pasti akan membawa bencana bagimu lagi.”Nadya menjawab, “Aku akan mempertimbangkannya.”Pada saat ini, ada konvoi mobil yang melaju mendekat lagi dari arah yang berlawanan dan berhenti di depan Grup Magani. Skala konvoi mobil ini sama sekali tidak kalah meriah dari konvoi mobil Johan.Mobil yang memimpin di paling depan itu adalah mobil Maybach. Kemudian, Karina dan seorang pria tua berpakaian tradisional turun dari mobil itu.Yoga mengerutkan keningnya dan bergumam, “Buat apa dia kemari?”Karina berjalan masuk ke Grup Magani bersama pria tua berpakaian tradisional itu, lalu menyapa Nadya, “Permisi, Bu Nadya. Aku datang untuk mencari Yoga.”Nadya hanya mengangguk pelan. Kemudian, Karina menatap Yoga dan berkata, “Yoga, maaf. Semalam, aku sudah salah paham terhadapmu tentang masalah Tika.”“Nggak apa-apa,” jawab Yoga dengan acuh tak acuh.Sifat d
Terdapat dua orang yang sedang duduk di paling depan pasukan ini. Salah satu orang itu adalah Jarot, wakil ketua Asosiasi Perdagangan Kota. Dia baru saja terlepas dari masa-masa kritis dan seluruh tubuhnya masih dibalut perban. Namun, dia tetap bersikeras datang untuk melihat Pandu menghukum Yoga secara langsung.Begitu melihat musuhnya, Jarot berkata dengan marah, “Pak Pandu, aku mau membunuh Yoga dengan tanganku sendiri!”“Aku tahu,” jawab Pandu sambil mengangguk. Kemudian dia melirik pasukan Yoga sekilas dan berkata, “Yoga, aku memang terlalu meremehkanmu. Tak disangka, kamu mampu mengundang Johan dan Halim untuk membantumu.”Yoga bertanya dengan tatapan dingin, “Apa kamu tahu apa yang kupikirkan saat ini?”“Apa?” tutur Pandu.Yoga menjawab, “Aku lagi berpikir mau menghukummu seperti apa supaya bisa membalaskan seluruh penderitaan adikku.”“Haha!” Sekelompok orang tertawa terbahak-bahak, lalu Pandu bertanya, “Hanya dengan mengandalkan sekelompok pecundang yang kamu bawa datang ini?”
Pasukan Johan dan Halim langsung menjadi kacau. Mereka benar-benar tidak mengerti kenapa mereka sama sekali tidak menyadari bahwa ada begitu banyak orang yang menyelinap ke dalam pasukan mereka. Lagi pula, siapa orang-orang ini?Pada saat yang sama, anggota-anggota Asosiasi Perdagangan Kota juga mulai dijatuhkan secara berkelompok. Jika dilihat secara saksama, semua orang bisa melihat kemunculan banyak “hantu” di antara kerumunan orang itu.Mereka terlihat bagaikan mesin pengumpul nyawa yang membunuh setiap orang yang dilewati mereka. Kecepatan membunuh mereka terlalu tinggi hingga lawan mereka bahkan tidak sempat bersuara sebelum dijatuhkan. Di seluruh lokasi, hanya terdengar suara sayatan pedang dan udara yang dipenuhi dengan bau darah.Saat melihat situasi ini, Pandu merasa sangat ketakutan. Dia tidak mengerti kenapa tidak ada seorang pun yang menyadari bahwa ada begitu banyak pembunuh yang menyelinap ke dalam pasukannya. A ... apa orang-orang ini adalah hantu?“Bunuh! Bunuh mereka
“Satya?” Yoga bertanya, “Siapa itu Satya? Katakan semuanya yang jelas!”Pandu menjawab, “Satya Lingga itu putra sulung orang terkaya di Kota Lokuta. Lima tahun yang lalu, Asosiasi Perdagangan Kota masih hanyalah sebuah asosiasi kecil tak bernama yang kesulitan untuk bertahan hidup. Suatu hari, Satya tiba-tiba datang berkunjung. Katanya, lingkungan Balai Kumara lumayan bagus dan dia ingin pinjam pakai beberapa hari. Ini adalah kesempatan baik untuk menjalin hubungan dengan keluarga terkemuka. Jadi, aku tentu saja menyetujuinya.”“Malam di mana aku meminjamkan tempat ini padanya, Satya langsung menipu adikmu datang kemari dan menyiksanya dengan berbagai cara hingga hampir merenggut nyawanya. Setelah menyiksa adikmu semalaman, tiba-tiba ada 4 helikopter yang datang keesokan paginya bersama dengan keempat orang berpakaian hitam itu. Lalu, Satya pun menyerahkan adikmu kepada mereka,” jelas Pandu.Setelah mendengar cerita Pandu, Yoga mengepalkan tangannya erat-erat. Satya menyiksa Lili semal
Karina dan Nadya saling bertatapan, lalu menerjang keluar secara serentak dengan niat untuk pergi menolong Yoga. Tak disangka, baru saja keluar dari perusahaan, mereka pun melihat Yoga yang kembali dengan memimpin pasukan besar. Mereka semua terlihat sangat rapi dan bersih, tidak seperti orang yang baru saja selesai bertarung.Kedua wanita itu pun merasa agak kebingungan. Apa yang sudah terjadi?Nadya buru-buru bertanya, “Yoga, apa Pandu akhirnya mengampunimu demi menghormati Paman Johan dan Pak Halim?”Yoga menjawab, “Pandu dan Asosiasi Perdagangan Kota sudah dimusnahkan.”“Serius?” tanya Karina dengan kurang yakin.Johan menjawab, “Benar, Asosiasi Perdagangan Kota sudah bubar. Oh iya, Nadya, ini dokumen tadi. Kamu hancurkan saja sendiri. Setelah dipikir-pikir, aku merasa Grup Magani lebih bisa berkembang di bawah kelolamu.”Setelah menyerahkan dokumen itu, Johan buru-buru memimpin pasukannya untuk meninggalkan tempat ini. Nadya pun hanya bisa terdiam.Di sisi lain, Halim juga berkata