Keesokan harinya, Yoga melihat Wenny menodong pisau ke lehernya begitu dia membuka mata. Yoga tersenyum getir dan berkomentar, "Ini namanya air susu dibalas dengan air tuba."Wenny yang geram bertanya, "Nggak usah bercanda. Aku mau kamu bicara jujur, apa semalam kamu berbuat macam-macam kepadaku?"Yoga menjawab, "Aku nggak tertarik denganmu."Wenny merasa sangat kesal. Dia mengancam, "Aku peringatkan kamu, kalau orang lain tahu masalah ini, aku pasti akan menghabisimu!"Yoga menimpali, "Tenang saja, aku juga nggak ingin dipermalukan."Wenny yang berang berujar, "Huh, kamu nggak usah sok suci! Aku sarankan kamu untuk segera membatalkan perjanjian pernikahan. Kamu itu seperti pungguk yang merindukan bulan!"Yoga menanggapi, "Seharusnya kamu yang seperti pungguk."Wenny tidak bisa berkata-kata. Dia tidak pernah bertemu dengan orang yang tidak tahu malu seperti Yoga!Yoga mengalihkan pembicaraan, "Siapa 2 ahli bela diri Negara Jepana yang mengejarmu semalam? Kenapa mereka mau membunuhmu?"
Wenny menjawab, "Nggak tahu, tapi menurut dugaanku mereka mungkin ingin mengekstrak zat langka dari darah mereka. Sebelum aku sempat menyelidikinya, foto yang kuambil ini sudah ditemukan oleh ahli bela diri dari Negara Jepana.""Nggak berguna!" cibir Yoga.Wenny terdiam. Dalam hati, dia balik memaki Yoga dan seluruh keluarganya.Yoga berkata lagi, "Aku akan mengusut masalah ini.""Oke, senang bekerja sama denganmu," sahut Wenny.Yoga membalas dengan sinis, "Kerja sama? Kamu belum pantas.""Pergi kamu!" seru Wenny.....Bagas telah mengutus seseorang untuk mengawasi Karina secara diam-diam. Jadi, saat Karina dilarikan ke rumah sakit setelah pingsan di lift, Bagas langsung menerima informasi dan bergegas ke rumah sakit. Namun, dia tidak langsung mengunjungi bangsal Karina. Sebaliknya, dia pergi ke pusat perawat di instalasi rawat inap untuk mencuri sampel darah Karina.Bagas masuk ke toilet, lalu mencampurkan reagen ke sampel darah Karina. Tidak butuh waktu lama bagi darah Karina untuk b
"Terima kasih, terima kasih!" ujar Widya penuh haru. Sambil berlinang air mata, Widya dan putranya pun meminta Karina menandatangani surat donasi organ.Bagas berujar sambil menghela napas, "Karina, biarpun aku nggak menyarankan kamu melakukan ini, aku tetap menghargai niat baikmu. Tenang saja, aku akan mengusahakan yang terbaik untuk menyembuhkanmu. Kalau gagal, aku berjanji akan menjaga keluargamu seumur hidupku.""Terima kasih," balas Karina yang tersentuh.Karina beristirahat sejenak di rumah sakit. Setelah merasa kondisinya sudah lebih stabil, dia pun keluar. Masih ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya di perusahaan.Saat Karina sedang menunggu di lampu merah, sebuah truk besar mendadak menabraknya dari belakang. Bruak! Terdengar bunyi keras, lalu Karina kehilangan kesadarannya.Ketika tersadar, Karina mendapati dirinya terjebak di dalam mobil. Sekujur tubuhnya diserang rasa sakit dan dia tidak kuasa bergerak. Karina ingin mengatakan sesuatu, tetapi bibirnya tidak mampu
Sopir dan petugas pertolongan darurat segera turun dari mobil untuk berunding dengan Widya. "Kami jelas-jelas mengemudi dengan normal. Kamu yang tabrak dulu. Ini tanggung jawabmu sepenuhnya," ucap si sopir.Petugas juga berkata, "Cepat minggir. Kami masih harus menyelamatkan korban. Waktunya nggak boleh tertunda sedikit pun."Mendengar kata-kata mereka, Widya malah membantah, "Omong kosong! Kalian sudah menabrakku, tapi masih merasa paling benar? Kalau kalian nggak mau ganti rugi hari ini, jangan harap bisa pergi."Sopir menyadari bahwa Widya hanya ingin mencari keuntungan. Dia berkata dengan ramah, "Bu, tolong minggir dulu. Biarkan kami selamatkan korban. Departemen hukum rumah sakit kami akan menghubungimu untuk membahas ganti ruginya."Sayangnya, Widya malah makin kesal. Dia segera berseru, "Mimpi! Kalian harus membawaku ke rumah sakit dulu, baru selamatkan dia. Kalau nggak, aku nggak akan kasih kalian pergi."Akhirnya, sopir itu tidak tahan lagi. Dia memberi tahu petugas pertolong
Widya mengadang di depan ambulans. Dia tidak membiarkan petugas medis menurunkan Karina dari mobil.Sopir ambulans sudah sangat emosi. Dia segera memaki, "Sialan! Dasar idiot! Mau menipu uang, tapi nggak bisa menilai situasi. Apa kamu nggak lihat kami lagi berusaha menyelamatkan orang? Kalau penyembuhan pasien terlambat, kamu harus bertanggung jawab sepenuhnya."Widya menangis lebih keras lagi, lalu membalas, "Selamatkan pasien apanya? Kalian cuma sekelompok dokter gadungan yang mencari keuntungan dengan merugikan orang lain. Apa nggak ada orang yang bisa tegakkan keadilan di sini? Sungguh nggak masuk akal ...."Rumah sakit sedang ramai sekarang. Begitu Widya membuat keributan, tempat ini segera dipenuhi oleh orang-orang. Banyak orang yang membicarakan masalah ini.Sopir itu sangat kesal sehingga berkata, "Ayo, kita singkirkan tukang tipu ini dulu. Selamatkan korban lebih penting."Sopir dan dua petugas medis bergegas menarik Widya ke samping. Pada saat itu, suaminya Widya, Bisma, juga
Dilan langsung mengerti maksudnya dan berteriak, "Mana direktur rumah sakit? Cepat panggil dia." Tak lama kemudian, direktur rumah sakit bernama Doni datang setelah menerima kabarnya."Pak Dilan, Anda sudah datang ya. Silakan masuk ...," ujar Doni mempersilakan.Masuk apanya! Dilan langsung marah, "Gimana kerja rumah sakit kalian ini! Paman dan bibiku dipukul orang di sini, tapi kalian malah pura-pura nggak melihatnya dan nggak ada yang menolongnya. Masih ada etika profesi nggak kalian semua?! Kalau nggak mau kerja lagi, aku bisa tarik semua lisensi kalian."Doni langsung panik, "Hah, mereka ini paman dan bibi Anda?""Cepat bawa ke departemen ortopedi, panggil dokter terbaik untuk mengobati mereka!" perintah Doni.Dilan kembali memakinya, "Sudah sampai begini, mau bawa ke ortopedi apaaan lagi! Langsung bawa ke UGD untuk pertolongan darurat."Doni menyeka keringat dinginnya, lalu berkata, "Pak Dilan, mereka hanya keseleo biasa saja. Dokter ortopedi bisa mengobatinya. Lagi pula, dokter U
"Dia mencoba melakukan pembunuhan, Anda harus menghukumnya," kata Dilan mengadu. Hukuman untuk tuduhan melukai orang dan mencoba melakukan pembunuhan sangat berbeda jauh. Semua orang beranggapan Yoga sudah pasti akan sial.Jono memelototi Yoga dengan marah, lalu memberi perintah, "Pengawal, borgol dia."Yoga menimpali dengan dingin, "Kamu langsung menangkap orang tanpa menyelidikinya terlebih dulu, siapa yang memberimu kuasa seperti itu?"Jono menantangnya, "Aku adalah penguasa di daerah timur ini, menurutmu siapa yang memberiku kuasa? Cepat borgol dia."Yoga tidak melawan, dia hanya membiarkan mereka memborgol tangannya. "Mudah saja kalau kalian mau memborgolku, tapi nanti nggak akan semudah itu lagi kalian membukanya. Aku mau kalian berlutut sambil membukanya."Jono tertawa terbahak-bahak, "Pahami dulu kondisimu saat ini. Sekarang ini kamu hanya mangsa yang nggak berdaya. Mau menyuruhku berlutut? Mimpi saja kamu.""Bawa pergi," perintahnya lagi. Di saat itu juga, beberapa mobil dinas
Beberapa orang ini benar-benar merasa putus asa sekarang. Yoga hanya memandang Danesh dan yang lainnya dengan tatapan dingin, "Danesh, ini cara kalian melayani masyarakat? Kalau kalian nggak sanggup mengatasinya, terus terang saja padaku. Aku nggak keberatan cari orang lain untuk menggantikan kalian."Ucapan Yoga ini membuat suasana kembali menjadi riuh. Didengar dari perkataannya, ternyata pemuda ini bisa menggantikan posisi Danesh dan yang lainnya dengan mudah? Sial, mana mungkin mereka bisa menang melawan tokoh besar seperti ini?Danesh dan beberapa orang lainnya langsung berkeringat dingin dan gemetaran, "Pak Yoga, ini memang kelalaian kami. Kami pasti akan memperbaiki kesalahan ini.""Sialan, siapa yang memborgol Pak Yoga? Cepat buka borgolnya."Jono langsung berlari ke hadapannya, "Maaf, maaf, akan kubuka sekarang juga ...."Yoga malah membalas dengan nada dingin, "Tadi sudah kubilang, 'kan? Nggak semudah itu mau membuka borgol ini dariku ...."Jono langsung merasa panik. Danesh