"Lancang betul! Kamu pikir siapa dirimu? Berani-beraninya kamu menghina adikku dan Rudy! Cepat berlutut dan minta ampun!" hardik Jimmy.Sebenarnya, Jimmy berharap Yoga dan Rudy benar-benar bertarung. Sebelum ini, dia sudah acapkali berselisih dengan Yoga, tetapi tidak pernah sekali pun menang. Harapannya, dia bisa membalas dendam pada Yoga dengan bantuan Rudy.Yoga menoleh pada Jimmy dan berkata, "Aku sudah mengampunimu beberapa kali, tapi kamu masih saja nggak berubah. Kali ini, nggak ada lagi kata ampun buatmu!"Rudy mencibir, "Yoga, aku tahu kalau kamu dilindungi Dewa Perang Kulusa. Dialah kartu truf terbesarmu. Tapi, sekarang orang itu sudah dijebloskan ke penjara. Dia bahkan nggak bisa menjamin keselamatannya sendiri, apalagi membantumu.""Bahkan kalau Dewa Perang Kulusa nggak di penjara, masih ada Panglima Bahri yang mendukung kami. Dewa Perang Kulusa tetap bukan tandingannya. Aku benar-benar heran gimana kamu bisa sesombong ini!" tambah Rudy."Menghabisi kalian semua hanyalah ma
"Pasukan Kirin, dengarkan perintahku. Sergap bedebah ini untukku! Aku akan mencincangnya sampai mati!" seru Rudy.Bunyi amunisi dimasukkan terus terdengar. Selanjutnya, ribuan pistol hitam diarahkan langsung ke tubuh Yoga."Yoga, apa kamu punya permintaan terakhir?" tanya Rudy dengan nada bengis.Sebelum Yoga menjawab, tiba-tiba terdengar seruan marah dari segala arah. Pasukan lain telah menyerbu ke sini!Naga Hijau memimpin para anggota Geng Naga Hijau untuk maju dan mengepung semua orang. Orang-orang Geng Naga Hijau mengenakan pakaian kasual. Bila dibandingkan dengan para tentara Pasukan Kirin, aura mereka memang tidak terlalu mengintimidasi."Ini pasukanmu? Yoga, jangan bilang padaku kalau sekelompok orang nggak jelas ini adalah kartu trufmu," cibir Rudy.Yoga membalas, "Sekelompok orang yang kamu bilang nggak jelas ini akan membunuhmu."Rudy terkekeh-kekeh dan berujar sinis, "Biar kutebak, mereka ini orang-orang ini Geng Naga Hijau, preman lokal dari Kota Pawana?"Naga Hijau menjaw
Rudy sangat terpukul dengan hasil pertempuran ini. Dia tidak menyangka pasukan elite yang selama ini dibinanya dengan susah payah ternyata selemah ini. Memalukan! Ini adalah aib bagi seluruh pasukan Perbatasan Selatan. Jika hal ini tersebar ke markas Perbatasan Selatan, kelak bagaimana Rudy masih punya muka untuk keluar dan bertemu orang lain?Namun, pertanyaan terbesarnya adalah, apa sekelompok orang yang dibawa Yoga ke sini itu benar-benar hanya preman lokal? Mustahil! Mana mungkin geng lokal memiliki anggota yang merupakan petarung tingkat grandmaster dan tingkat epik master? Dengan kekuatan sehebat itu, mereka sudah bisa mendirikan sekte bela diri kuno! Sebenarnya dari mana Yoga mendapatkan orang-orang ini?Yoga berujar dengan nada dingin, "Rudy, kamu punya kartu truf lain, nggak? Kalau nggak ada, aku mau buat perhitungan denganmu sekarang juga!""Ma ... mau apa kamu?" tanya Rudy sambil mundur dengan wajah pucat."Bukannya kamu hobi mengubur orang hidup-hidup? Kali ini, biar aku ya
Yoga sudah lama menunggu Rudy mengucapkan kata-kata itu. Dia pun membalas dengan sinis, "Telepon saja! Kalau dia berani ke sini, aku juga akan membunuhnya!"Rudy buru-buru mengambil ponsel dan menelepon nomor Dewa Perang Rinadi. Begitu telepon tersambung, dia langsung mengadu, "Ayah, tolong aku ... Yoga mau membunuhku! Cepat datang, dia mau menguburku hidup-hidup!""Apa?" seru Dewa Perang Rinadi di ujung telepon. Jantungnya seketika berdegup kencang. Bukankah dia mengirim Pasukan Kirin untuk melindungi Rudy? Mengapa situasinya jadi seperti ini? Putranya hendak dikubur hidup-hidup!Dewa Perang Rinadi buru-buru bertanya, "Sebenarnya apa yang terjadi?"Rudy segera menceritakan seluk-beluk masalah pada ayahnya.Usai mendengar penuturan Rudy, Dewa Perang Rinadi bertanya lagi dengan nada muram, "Siapa orang-orang yang dibawa Yoga itu? Yang mampu mengalahkan Pasukan Kirin pasti bukan orang biasa. Apa mereka dari sekte bela diri kuno?"Rudy menyahut, "Mereka mengaku sebagai anggota Geng Naga H
Dewa Perang Rinadi adalah saudara kandung Jimmy dan Jafar, tetapi mereka juga berujar dengan segan, "Selamat datang, Dewa Perang Rinadi!""Ayah, cepat selamatkan aku!" seru Rudy dengan pilu.Dewa Perang Rinadi memaki pelan saat melihat kondisi memprihatinkan putranya. Dia lantas melompat turun ke dalam liang kubur. Bruk! Tanah di dalam liang kubur langsung beterbangan, seketika membebaskan Rudy dan yang lainnya."Ayah, tolong balaskan dendamku. Lenganku sudah dibuat patah oleh Yoga!" ujar Rudy sambil memegangi lengannya."Sampah! Kamu bahkan nggak bisa mengalahkan putra buangan itu. Kamu benar-benar membuatku malu!" hardik Dewa Perang Rinadi.Rudy tidak berani membalas ucapan Dewa Perang Rinadi. Di sebelahnya, Jimmy berkata dengan suara bergetar, "Pria bernama Yoga ini dalangnya. Dia sudah bertindak terlalu kejam. Kamu harus membalaskan dendam kami!"Dewa Perang Rinadi hanya mengangguk dingin, lalu mengalihkan pandangannya pada Yoga. Katanya, "Yoga, kamu cuma putra yang dilahirkan wani
"Gi ... gimana mungkin!"Orang-orang Keluarga Wibowo tidak bisa memercayai fakta mengerikan ini. Mereka bergegas mendekat dan menggali Dewa Perang Rinadi keluar dari timbunan batu.Saat ini, sekujur tubuh Dewa Perang Rinadi telah berlumuran darah. Tidak ada satu pun area tubuhnya yang tidak terluka. Seakan-akan kulitnya telah dikupas tanpa belas kasihan. Napasnya juga sangat lemah. Jika Yoga mengerahkan kekuatan yang lebih besar barusan, Dewa Perang Rinadi pasti sudah mati."Ayah nggak apa-apa, 'kan?" tanya Rudy dengan nada tercekat.Dewa Perang Rinadi menatap Yoga dengan ngeri. Dengan tubuh dan jantung bergetar hebat, dia mulai meracau, "Gimana bisa jadi begini? Nggak, ini mustahil! Kamu berada di tingkat eminen master? Tapi, kamu masih sangat muda! Kamu cuma putra buangan, orang yang seharusnya sudah lama mati. Gimana kamu bisa jadi sekuat ini! Nggak, ini nggak mungkin!"Sambil berkata begitu, Dewa Perang Rinadi terbatuk dan memuntahkan darah. Kondisinya sekarang begitu mengerikan! J
Melihat orang-orang Keluarga Wibowo yang tetap bergeming, Dewa Perang Rinadi kembali membentak, "Kenapa diam saja? Cepat telepon Ayah!"Jimmy menyahut, "Begini, setelah Ayah pensiun, kami sama sekali nggak bisa menghubunginya. Dia juga nggak pernah menghubungi kami. Dia berulang kali memperingatkan kami untuk nggak mencarinya. Dia menyuruh kami menjauh darinya dan menganggapnya nggak ada.""Kenapa?" tanya Dewa Perang Rinadi dengan heran.Jimmy menjawab, "Ayah bilang, dia mendapat banyak musuh kuat setelah melayani Raja Agoy yang Perkasa bertahun-tahun. Musuh-musuh kuat itu bisa membunuh kita semua dengan mudah. Kalau mereka mengetahui hubungan Ayah dengan kita, ada kemungkinan mereka akan menggunakan kita untuk mengancam Ayah.""Nggak usah pedulikan itu dulu. Kalau kali ini Ayah nggak turun tangan, seluruh Keluarga Wibowo akan mati!" ujar Dewa Perang Rinadi."Masalahnya, kami nggak punya nomor kontak Ayah," balas Jimmy.Jafar buru-buru menyela, "Aku teringat sesuatu. Setahuku, Ayah mas
Orang-orang Keluarga Wibowo memasang ekspresi puas. Mereka mengira Dipa hendak memberi pelajaran pada Yoga.Tak disangka, sesampainya di depan Yoga, Dipa justru berlutut sambil berkata, "Maafkan keterlambatan saya, Tuan."Bak baru disambar petir, ekspresi orang-orang Keluarga Wibowo langsung membeku. Mata mereka menyiratkan perasaan terkejut, tidak percaya, takut, dan panik. Dipa, kepala pelayan Raja Agoy yang Perkasa, berlutut di depan Yoga dan memanggilnya "Tuan" dengan penuh hormat! Artinya, Yoga adalah Raja Agoy yang Perkasa!Tidak, ini mustahil! Yoga adalah putra tidak berbakti yang ditelantarkan. Setelah dilahirkan, dia sudah ditakdirkan untuk mati muda. Bahkan jika nyawanya berhasil diselamatkan, seharusnya dia hidup di bawah tekanan sebagai budak. Mengapa tahu-tahu dia malah menjadi Raja Agoy yang Perkasa? Ini halusinasi, ini pasti ilusi!Yoga berkata pada Dipa, "Bangunlah. Tubuhmu sudah nggak kuat, nggak perlu berlutut."Dinilai dari reaksi orang-orang Keluarga Wibowo barusan,
"Apa?" Semua orang terkejut saat mendengar jawaban Bimo. Semuanya bertanya-tanya, kapan Bimo melakukannya?Makam besi hitam yang begitu besar direbut dalam rentang waktu selama mereka kabur? Ini terlalu tidak masuk akal!Saat melihat orang-orang dari empat keluarga besar yang munafik ini, Yoga tersenyum menyindir. Mereka baru terpikir akan makam besi hitam sekarang? Lucu sekali!"Kalau begitu, Tuan Bimo, kapan kita berbagi hasil dari makam besi hitam itu?" Tiba-tiba, ada pertanyaan yang salah tempat terdengar. Luna mendongak dengan penuh harap. Matanya tampak berbinar.Semua orang pun menoleh ke arah Luna. Mereka ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak sanggup mengatakannya. Mereka hanya bisa menatap Luna dengan pandangan seperti melihat orang bodoh. Mereka merasa heran, kenapa gadis ini tidak paham situasi?Jelas terlihat, Bimo berniat mengambil makam besi hitam secara seutuhnya! Namun, mereka juga tidak rela menyerahkan makam besi hitam itu begitu saja. Bagaimanapun, semuanya sudah me
Mungkin itu karena semacam belenggu. Setelah itu, Yogi pergi dengan membawa segenap orang."Selanjutnya, aku harus membereskan makam besi hitam ini." Yoga berbalik dan mengamati makam besi hitam ini sekali lagi.Ini adalah sumber besi hitam yang begitu kaya. Di dalam makam tersebut bahkan terdapat banyak harta karun lainnya. Semua ini kini menjadi milik Yoga."Naga Iblis, bawa makam besi hitam ini ke tempat lain. Aku akan menghubungimu lagi nanti." Yoga berseru.Naga Iblis menjawab, "Baik!"Setelah itu, Naga Iblis terbang ke langit jauh sambil membawa makam besi hitam ini. Bagaimanapun, keberadaan makam besi hitam ini hanyalah bencana bagi Kota Pawana. Semuanya tidak akan berhenti kalau belum mendapatkannya."Sepertinya, aku harus memikirkan alasan untuk menutupinya dulu." Yoga bergumam.Di sisi lain, semakin banyak orang yang bisa merasakan menghilangnya formasi itu.Pada awalnya, orang-orang dari empat keluarga besar sudah meninggalkan Kota Pawana. Namun, mereka menghentikan langkah
Yoga menyerang ke seluruh penjuru bagai pemburu iblis yang turun dari langit. Suara Pelindung Kebenaran yang meledak terus terdengar dari sekelilingnya. Sementara itu, Pelindung Kebenaran yang lain ketakutan sampai tidak berani mendekat.Satu demi satu petir yang berkilauan menyembur dari tubuh Yoga. Seiring waktu, auranya juga semakin memadat, seolah-olah memenuhi ruang dan waktu yang berjalan saat ini."Hajar!" Yoga berteriak. Aura membunuhnya memancar. Kemudian, sosok tubuhnya terus bermunculan di berbagai titik di lokasi tersebut.Semua Pelindung Kebenaran terkesiap melihat jurus yang dipakai Yoga. Mereka sama sekali tidak bisa menebak tingkatan kultivatornya."Formasi Puja Dewa nggak pernah gagal sebelum ini. Siapa dia sebenarnya?""Terlalu kuat. Dia akan menjadi musuh kita kelak, ayo pergi!""Selama kita bisa bertahan hidup, pasti ada jalan keluarnya. Kita perlu memberi tahu soal orang ini kepada Pelindung Kebenaran lain!" Semuanya bersuara dengan tidak tenang.Kemudian, satu dem
Semua pandangan menyatu di arah yang sama. Pada saat ini, suhu tinggi sudah melelehkan tempat ini menjadi semacam kaca yang memancarkan cahaya kemilau. Yoga yang masih berada dalam formasi juga terlihat semakin transparan.Tubuhnya sudah memerah hingga menyerupai logam yang terbakar. Retakan yang ada di permukaan tubuhnya juga sudah sirna.Sebagai gantinya, ada kerak kokoh yang muncul dan melapisi tubuhnya. Saat terjatuh ke tanah, kerak-kerak itu mengeluarkan suara tabrakan logam yang nyaring. Tubuh Yoga pun telah menjadi semakin murni.Formasi ini telah membantu Yoga menempa dan memurnikan tubuhnya sehingga menjadi semakin kokoh. Pada saat yang sama, aura yang sangat kuat meluap.Hal ini membuat Yogi, Markus, dan Agnes yang ada di kejauhan terbengong.Markus berkomentar, "Bocah ini hebat juga. Bisa-bisanya menempa diri pakai cara begini!"Agnes membalas, "Ini memang takdir dan jodohnya. Tapi, dia memang cukup bernyali melatih dirinya dengan memanfaatkan kesempatan ini."Sementara itu,
Bimo terdiam. Benak Yoga begitu hening, seperti hamparan bintang di langit. Yoga berteriak dengan kaget, "Kamu benaran menggali kuburan leluhur mereka?"Bimo menjawab, "Lebih baik cepat selesaikan. Cuma salah satu sudut dari formasi, seharusnya nggak bakal membuatmu mati." Setelah itu, suara Bimo pun menghilang.Yoga kehilangan kata-kata. Tua Bangka ini jelas-jelas membuat masalah untuknya! Gara-gara menggali makam leluhur, Bimo diburu hingga ribuan tahun? Tidak heran! Merasa tidak berdaya, Yoga memutuskan untuk mencari cara melawan formasi ini.Tubuhnya sudah menjadi semakin merah dan transparan. Satu demi satu retakan muncul di permukaan tubuhnya, seperti tanah yang retak. Tubuhnya terasa sangat tidak nyaman."Mirip yang di bawah gunung berapi Negara Sakura waktu itu ...."Tiba-tiba.Seperti petir yang menyambar, dia teringat dengan sesuatu. Waktu itu, dia menyatu dengan Pedang Langit dan ditempa menjadi lebih kuat. Kali ini, sekalipun tidak ada Pedang Langit, dia sendiri juga adalah
Jangkauannya semakin luas. Orang-orang dari empat keluarga besar semakin banyak berguguran. Bahkan, ada yang tidak sempat melarikan diri sehingga diserap ke dalam uap darah."Mundur!" Saking paniknya, orang-orang dari empat keluarga besar hanya bisa meneriakkan perintah dengan keras. Saat ini, mundur adalah satu-satunya jalan keluar."Tolong aku!""Jangan buang aku, tolong!""Aku nggak mau mati, aku nggak mau!"Pada akhirnya, banyak orang dari empat keluarga besar yang tidak sempat melarikan diri. Satu demi satu jiwa menghilang. Namun, selain panik, mereka tidak punya solusi lain.Sementara itu, sebelas kultivator prajurit yang sudah terluka parah juga tidak berani melawan karena takut kehilangan nyawa. Seiring meluasnya formasi, mereka pun mundur agar terhindar dari bahaya yang semakin menjadi-jadi. Pada akhirnya, mereka hanya bisa memandang makam besi hitam dari kejauhan."Apa makam besi hitam juga akan rusak kalau formasi ini terus meluas?" ujar Sutrisno dengan wajah pucat.Semua ya
Semua orang tak kuasa berdelik.Asal tahu saja, tubuh Yoga adalah yang terkuat dari semua orang ini. Bagaimanapun, tubuhnya adalah hasil perpaduan dengan Pedang Langit dan sudah diperkaya dengan ratusan senjata ajaib tingkat jumantara. Mana mungkin terluka begitu saja? Jelas-jelas, Yoga cuma sengaja memperlihatkan sedikit darah supaya terbebas dari bahaya."Kalau bukan kamu, rasanya nggak akan ada lagi yang bisa merusak inti formasi!" ucap Markus tak berdaya."Mana mungkin? Di sini ada kultivator prajurit lainnya!" tukas Yoga. Semuanya lantas tertegun dan mengalihkan pandangan mereka ke sebelas kultivator prajurit yang ada di kejauhan.Di medan perang.Bam!Lagi-lagi suara dentuman yang membuat orang-orang dari empat keluarga besar terluka. Tempat ini bagaikan ranjau tersembunyi yang akan meledak sewaktu-waktu.Sebelas kultivator prajurit itu tampak suram. Orang-orang dari empat keluarga besar panik. Mereka saling bertatapan, tapi tidak ada yang mau menyerang. Semuanya tidak berani mel
Seorang Pelindung Kebenaran berseru dengan lantang."Matilah!" Farel berseru dengan marah. Tinjunya menghantam Pelindung Kebenaran itu dan membuat badannya ambruk."Percuma kalian ini empat keluarga besar dari dunia kultivator kuno, bisa-bisanya menyerang kami diam-diam. Sungguh memalukan!" protes seorang Pelindung Kebenaran."Hei, orang terpojok, atas dasar apa kamu berkoar-koar di sini?" Salah satu kultivator prajurit dari empat keluarga besar berseru."Lancarkan Formasi Puja Dewa!" Tiba-tiba, terdengar suara dari kejauhan.Para Pelindung Kebenaran yang mendengarnya terdiam, lalu memasang ekspresi tegas. Mereka menggores pergelangan tangan dan membiarkan darah mereka menetes. Seketika, sebuah formasi raksasa terbentuk.Pada saat yang sama, ada energi mengerikan yang muncul dari dalam formasi itu. Sebelas kultivator prajurit menjadi panik, seolah-olah akan bertemu dengan musuh yang mengerikan. Semuanya sontak berwaspada."Apa? Apa ini?"Orang-orang lain yang melihat situasi ini juga m
Yoga melompat tinggi, bagaikan meriam yang terbang ke arah Winola. Sutrisno yang ingin menyusul juga mengejar ke arah yang sama. Namun, dia terlalu meremehkan kekuatan Yoga.Bam!Yoga mendarat dan menghantam tanah. Tanah tersebut langsung membentuk sebuah lubang yang sangat besar dengan kepulan asap membubung.Di depan sana, dua Pelindung Kebenaran yang tertawa sinis itu sedang bersiap-siap memperlihatkan sesuatu kepada Winola. Namun, pergerakan dari belakang mereka membuat mereka tertegun."Siapa?" Kedua Pelindung Kebenaran itu mencoba menebak. Mereka menatap Yoga dengan waspada."Ternyata ... dia?" Winola berbisik pelan dengan ekspresi terkejut. Dia tidak menyangka, orang yang menyelamatkannya adalah Yoga! Winola yang sudah putus asa kini melihat secercah harapan yang terasa hangat."Bocah! Enyah sana kalau nggak mau mati. Jangan sok jago!""Nggak ada yang bisa mengadang Pelindung Kebenaran!" Dua Pelindung Kebenaran itu menatap Yoga dengan lantang dan tegas.Sementara itu, Yoga menga