Sekarang, Yoga sudah semakin mandiri dan bahkan membuat Ambar terlihat hebat di hadapan keluarganya untuk yang pertama kalinya. Andaikan Yoga yang dulu juga sebaik Yoga saat ini, mungkin saja Ambar akan mencegah Karina bercerai dengan Yoga.Namun, Ambar juga tidak akan membiarkan Karina kembali bersama Yoga. Bagaimanapun juga, Yoga sudah diincar Bahri. Jadi, Yoga tidak akan mungkin bertahan lama setelah diincar oleh tokoh sehebat itu.Dalam perjalanan pulang, Yoga bertanya pada Naga Hijau, “Bagaimana kondisi tubuh kalian sekarang?”“Setelah pertarungan besar itu, kekuatanku merosot dengan pesat. Meskipun masih berada di tingkat grandmaster, kekuatan tempurku malah berjarak sangat jauh dari kekuatan seorang ahli bela diri tingkat grandmaster. Aku bahkan sering mengalami gejala jantung berdebar dan sesak napas. Kadang-kadang, hanya bekerja sedikit saja akan membuatku kelelahan seharian. Kondisi 1.000 orang yang ikut bertarung waktu itu juga kurang lebih sama denganku,” jawab Naga Hijau.
Yoga menunjuk ke sebuah kompleks di seberang rumah Yanto dan berkata, “Kalian pindah saja ke kompleks itu. Makin cepat, makin bagus.” “Oke, aku akan segera mengaturnya,” jawab Naga Hijau.Setelah menangani urusan dengan Naga Hijau, Yoga mengendarai mobilnya menuju ke pinggir kota dan berhenti di depan sebuah gang yang sempit dan terpencil. Gang sempit ini hanya bisa dilewati sebuah becak. Sebelum masuk ke gang itu, Yoga sudah mencium aroma alkohol yang menyengat.Ada tiga keluarga yang tinggal di gang ini. Rumah yang terletak di tengah adalah sebuah kedai miras kecil. Aroma alkohol yang menyengat itu berasal dari kedai ini. Yoga pun berjalan masuk ke kedai itu.Kedai ini sudah tua dan sangat bobrok. Di depan pintu, terletak 9 toples besar yang berisi berbagai macam miras seperti, arak putih, arak beras, dan sebagainya. Di samping toples-toples miras itu, terdapat sebuah keranjang yang dipenuhi dengan uang receh.Para tamu mengambil miras yang mereka inginkan sendiri, lalu membayar den
Namun, orang tua Yoga tidak pernah menyalahkan Hagi dan malah menyemangati Yoga untuk lebih banyak berhubungan dengan Hagi. Saat terjadi ledakan besar di Kediaman Kusuma, Hagi beruntung bisa menyelamatkan nyawanya karena sedang pingsan di jalanan akibat mabuk. Setelah kejadian itu, Hagi pun memberikan dua buah buku kepada Yoga. Dia mengatakan bahwa buku-buku itu ditemukannya di reruntuhan Kediaman Kusuma. Berkat kedua buku itu, Yoga memiliki kekuatan tempur dan keterampilan medis sehebat saat ini. Tentu saja, Yoga menjadi begitu hebat bukan karena mempelajari buku-buku itu sendiri. Ada banyak bagian yang tidak dimengertinya, tetapi Hagi selalu bisa memberinya petunjuk.Hagi memiliki sebuah kebiasaan, yaitu suka membual setelah mabuk. Dia pernah mengatakan bahwa dirinya adalah pemimpin ke-30 Sekte Hagisana. Di bawah pimpinannya, Sekte Hagisana memiliki 300 murid di masa puncaknya dan kekuatan seluruh sekte juga merupakan yang terhebat di antara 36 sekte besar.Setelah itu, entah kenap
Begitu keluar, Yoga melihat ada sebuah sosok di kejauhan yang sedang bergerak. Udara juga dipenuhi dengan bau darah. Api bumi paling takut terhadap darah. Ternyata, ada orang yang sengaja merusak api bumi. Reaksi pertama Yoga adalah, orang itu adalah utusan Bahri. Dia pun langsung murka dan mengejar sosok itu dengan kekuatan penuh.Pada saat yang sama, sosok itu juga sudah menyadari kemunculan Yoga dan berusaha sekuat tenaga untuk melarikan diri. Namun, dia tidak mungkin bisa menang dari Yoga yang mengerahkan kekuatan penuh.Tidak lama kemudian, Yoga sudah berhasil menyusul orang itu dan berseru, “Berhenti!”Orang itu sama sekali tidak menoleh dan lanjut melarikan diri. Namun, Yoga lanjut mengejarnya dan menarik baju hitam ketat yang dikenakannya.Srek! Baju orang itu langsung robek dan menunjukkan punggung yang mulus nan putih dan ... tank top. Ternyata orang itu adalah seorang wanita.Orang berpakaian hitam itu juga menjadi marah karena malu. Dia pun berhenti melarikan diri dan mulai
“Kalau begitu, aku akan tunjukkan padamu apa aku berani atau nggak,” ujar Yoga. Setelah itu, Yoga mengeluarkan sebilah pedang lunak dan menodongkannya ke leher Wenny.Wenny pun bertambah panik dan berseru, “Yoga, kamu nggak boleh membunuhku! Ada alasan kuat kenapa aku melindungi nyawa Panglima Bahri.”“Aku akan memberimu kesempatan untuk menjelaskannya. Bicaralah,” ujar Yoga.Wenny berkata, “Singkirkan dulu kakimu dari tubuhku.”Setelah ragu sejenak, Yoga pun melepaskan Wenny. Saat ini, Wenny merasa sangat kesal. Sebagai cucu Dirga dan putri dari keluarga terkemuka ibu kota yang dihormati orang-orang, dia malah diinjak oleh pria menyebalkan ini. Ini merupakan penghinaan terbesar yang pernah dialaminya.Kemudian, Wenny menjelaskan, “Sejujurnya, kami curiga Panglima Bahri berkomplot dengan musuh untuk merugikan Daruna dan bahkan berencana untuk menjatuhkan Pak Presiden. Saat ini, Organisasi Naga sedang menyelidiki masalah ini.”“Berhubung aku adalah orang yang paling nggak mungkin menim
Yoga buru-buru mendekat dan menggenggam tangan Ayu. Dia merasa sangat terharu dan tidak mampu mengeluarkan suara apa pun selain sepatah kata, “Ibu.”“Anak-anakku yang baik ....” Ayu mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengucapkan beberapa patah kata itu. Setelah itu, dia pun kehilangan kesadaran lagi. Saat ini, tubuhnya terlalu lemah sehingga hanya mengucapkan beberapa patah kata itu saja sudah menguras seluruh tenaganya.Setelah beberapa saat, Yoga baru berhasil menenangkan dirinya dan berkata, “Ibu masih perlu istirahat. Kita keluar saja dulu. Jangan mengganggunya lagi.”“Oke!” Semua orang pun berjalan keluar dengan enggan.Setelah itu, Lili berkata dengan suara tercekat, “Kak, kelak kita jangan pernah berpisah lagi ya.”“Jangan khawatir. Kakak jamin, kita nggak akan berpisah lagi,” jawab Yoga sambil tersenyum dan mengelus kepala Lili.Setelah menyuruh Lili pergi beristirahat, Yoga memanggil Hagi ke sebuah sudut untuk merokok. Kemudian, dia berkata, “Pak Hagi, jangan kasih tahu Lili
"Aku sejak awal sudah memberi tahu Tetua Indra untuk datang mengobati Andreas," lanjut SantiBahri yang tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya berucap, "Santi, terima kasih, ya."Setelah satu hari satu malam, Tetua Indra dari Sekte Sembilan Aliran akhirnya tiba. Ketika memeriksa keadaan Andreas, raut wajahnya tampak muram.Jantung Santi seketika berdetak dengan kencang. Dia bertanya dengan gelisah, "Tetua Indra, apa kamu bisa mengobatinya?"Indra menarik napas dalam-dalam, lalu menyahut, "Nona, Tuan Muda terkena Teknik Pemutus Keturunan milik Sekte Hagisana. Kondisinya hanya bisa diobati oleh orang-orang Sekte Hagisana. Aku minta maaf karena nggak bisa berbuat apa-apa."Ayahnya Santi adalah ketua Sekte Sembilan Aliran. Jadi, Indra memanggil Santi dengan sebutan "Nona" dan memanggil Andreas dengan sebutan "Tuan Muda".Santi bertanya, "Bukankah Sekte Hagisana sudah lama hancur? Bagaimana mungkin masih ada orang yang menguasai teknik dari Sekte Hagisana?"Indra membalas, "Saat itu, ketu
"Bu, Perusahaan Farmasi Sehat Abadi itu Perusahaan Farmasi Kusuma kita yang dulu. Tenang saja, aku akan membuat perusahaan kita kembali berjaya," ucap Yoga.Ayu berkata dengan senang, "Yoga, Lili, Ibu hanya berharap kalian berdua sehat dan bahagia. Ibu nggak peduli hal yang lain."Setelah Lili selesai menyuapi sup ginseng, Yoga berucap, "Lili, kamu sudah begadang kemarin malam. Pergilah istirahat. Aku mau berbicara dengan Ibu.""Baik," sahut Lili sembari pergi dengan berat hati.Setelah Lili pergi, Yoga berujar, "Bu, sebenarnya selama ini aku terus menyelidiki fakta kasus pembantaian saat itu. Aku sudah menyingkirkan 2 dari 4 dalang utamanya. Selain itu, aku juga menemukan bahwa ayah kandungku bukan Ayah, tapi Bahri. Apa Ibu bisa menceritakan padaku tentang kejadian saat itu?"Yoga memberitahukan semua yang dirinya selidiki kepada ibunya. Namun, dia tentu saja juga menyembunyikan banyak hal, salah satunya tentang membunuh orang. Dia tidak ingin membuat ibunya khawatir.Ayu awalnya terk
"Kalian ... dengar ini dari mana?" tanya Luna. Dia langsung tertegun begitu mendengar rahasia yang disampaikan oleh Winola dan Sutrisno. Dia menatap kedua orang itu lekat-lekat dengan ekspresi penuh keterkejutan.Dalam hatinya, perasaannya sudah tak karuan. Rahasia yang dia dapatkan dengan susah payah, kenapa bisa sampai di telinga mereka? Apakah mereka mendengar ini dari Yoga juga? Namun, itu sepertinya tidak mungkin.Luna tersenyum canggung dengan ekspresi putus asa. Dia akhirnya membalas dengan ragu-ragu, "Sebenarnya aku sendiri juga nggak begitu tahu. Kalau nggak ada lagi yang perlu dibicarakan, kalian bisa pergi sekarang."Sutrisno dan Winola saling memandang dan langsung menangkap keganjilan itu. Mereka makin yakin bahwa rahasia Pil Ketenangan Jiwa yang dikatakan Yoga pasti benar."Oke. Kalau begitu, kami permisi dulu," ujar Winola sambil tersenyum, lalu berbalik dan pergi. Tiba-tiba terdengar suara keras."Lapor!" Seorang bawahan masuk dengan wajah cemas, lalu memberi tahu, "Bar
"Ya sudah, aku akan memberitahumu!" balas Yoga. Dia tanpa ragu-ragu langsung menyampaikan rahasia yang sama dengan suara yang sengaja diperkeras agar Winola juga mendengarnya."Apa ... ini benar?" tanya Winola sambil menatap Yoga. Dia terlihat sangat terkejut dan tidak percaya. Semudah itukah untuk mendapatkan rahasia Pil Ketenangan Jiwa? Namun, Winola tetap merasa tidak yakin.Yoga melihat mereka dengan tatapan tajam, lalu memberi tahu, "Jangan bicara omong kosong lagi. Kalian berdua sudah tahu rahasia Pil Ketenangan Jiwa, jadi segeralah pergi dari sini. Inilah yang kukatakan pada Keluarga Kusuma dan Keluarga Husin.""Percaya atau nggak, terserah kalian. Kalau nggak percaya, kalian bisa langsung pergi ke rumah Keluarga Husin atau Keluarga Kusuma untuk tanyakan pada mereka!" tegas Yoga.Winola dan Sutrisno saling bertatapan. Mereka merasa bingung, tetapi tidak punya pilihan lain selain pergi.Di sisi lain, Yoga terlihat sudah mulai marah. Kalau terus mendesak, mereka juga tidak yakin a
"Sebaiknya kamu pikirkan baik-baik. Ini adalah terakhir kalinya aku menawarkan kesempatan padamu!" ucap Winola sambil menatap Yoga dengan dingin.Sorot matanya sangat tajam. Dalam hatinya, Winola sebenarnya merasa sangat muak. Dia enggan mengorbankan kebahagiaannya sendiri demi mengetahui rahasia Yoga."Mau berapa kali pun tawaranmu, aku nggak peduli. Kalau nggak ada hal penting, segera pergi," usir Yoga dengan nada jengkel."Kamu tahu nggak? Sekarang, ada banyak orang mengincar rahasia Pil Ketenangan Jiwa. Keluarga Kusuma dan Keluarga Husin sudah tahu tentang rahasia itu!" ujar Winola dengan marah."Oh ... terus kenapa?" tanya Yoga yang mengangkat alis dan terlihat bingung.Keluarga Husin memang tahu rahasianya, tetapi sekarang Keluarga Kusuma juga tahu. Kemungkinan mereka sudah bersekongkol atau mungkin ada yang membocorkannya."Kenapa? Mereka adalah keluargamu, tapi terus-menerus memanfaatkanmu. Apa kamu nggak marah? Lebih baik kamu kasih tahu aku juga, biar aku bisa ikut bersaing m
"Sekarang, rahasianya sudah kuberi tahu. Sebaiknya kamu cepat pergi. Jangan ganggu kami lagi. Kami cuma mau hidup tenang," ujar Ayu sambil menyeka air mata. Raut wajahnya penuh dengan kesedihan dan keputusasaan."Oke!" jawab Farel. Dia bangkit dan hendak pergi, tetapi malah tiba-tiba berhenti dan berbalik.Farel menatap Yoga sambil mengernyit, lalu bertanya, "Kalau begitu, kenapa kamu sendiri nggak mencari nadi naga dan kunci untuk menyatukan negeri?""Apa gunanya bagiku? Negeri ini sudah bersatu, makmur, dan kuat. Untuk apa aku mencari rahasia yang nggak lagi relevan?" balas Yoga dengan tenang."Hmph! Dasar sok suci!" maki Farel sebelum pergi.Setelah kembali, Farel tidak langsung memberi tahu Keluarga Kusuma, melainkan menuju rumah Keluarga Husin dan merencanakan cara untuk menemukan nadi naga.Kemudian, Farel memanggil kultivator-kultivator prajurit yang masih ada di sekitar dan memberitahukan rahasia itu kepada mereka.Informasi ini langsung menghebohkan Keluarga Husin. Mereka sege
Setelah menerima telepon, Yoga langsung datang ke tempat di mana Ayu berada. Ketika melihat Farel ada di sampingnya, dia langsung terlihat kesal. Apa yang dilakukan orang itu di sini?"Nak, kamu jelaskan saja rahasia Pil Ketenangan Jiwa padanya," ucap Ayu dengan suara kecil sambil menunduk. Ada rasa sedih dan keraguan di dalam hatinya."Kamu dengar, 'kan? Yoga, lebih baik kamu kasih tahu rahasianya. Kalau nggak, akan ada lebih banyak orang yang terseret karena hal ini," ujar Farel dengan nada dingin. Tatapannya penuh ejekan dan ketidakpedulian terhadap Yoga."Kamu ... mau tahu rahasia Pil Ketenangan Jiwa?" tanya Yoga dengan ekspresi agak berubah. Aura membunuh mulai terpancar dari dirinya.Rahasia Pil Ketenangan Jiwa memang diinginkan oleh banyak orang. Selain Keluarga Kusuma, sekarang bahkan Keluarga Husin juga ingin ikut campur?Farel membalas dengan angkuh, "Cepat kasih tahu, supaya aku nggak perlu cari Lili lagi.""Apa?" tanya Yoga. Dia langsung terlihat sangat marah dengan mata be
Ucapan Farel mengejutkan semua orang di sana."Apa? Kenapa dia bisa nggak tahu? Apa ayahnya juga nggak tahu?" tanya Luna dengan kaget."Aku nggak yakin Arjuna tahu atau nggak, tapi Yoga sudah pasti nggak tahu. Masalah ini sudah pernah menggemparkan dunia bela diri kuno sebelumnya. Biarpun begitu menghebohkan, tetap nggak ada yang tahu rahasianya," jelas Farel sambil menggeleng."Sial, sepertinya satu-satunya jalan adalah mencari Arjuna. Gimana kita bisa mendapatkan rahasia Pil Ketenangan Jiwa ini?" gumam Luna sambil mengernyit."Nggak ada yang bisa memastikan apakah Arjuna masih hidup atau sudah mati. Keberadaannya juga menjadi misteri. Gimana kita bisa mencarinya?" ucap Farel dengan cuek sambil mengangkat bahunya. Dia sudah pernah memikirkan berbagai kemungkinan yang ada sebelumnya."Sialan! Gimana sekarang?" ucap Luna sambil menghela napas frustrasi."Tenang, serahkan saja padaku. Tapi, aku punya syarat. Kalau rahasia Pil Ketenangan Jiwa benaran didapatkan, 70% manfaatnya harus diber
Pada saat yang sama, di Kediaman Kusuma."Jadi ini Pil Ketenangan Jiwa? Apa rahasia yang tersembunyi di dalamnya?" tanya Luna sambil menatap dingin pria yang berlutut di bawah."Aku juga nggak tahu. Dia hanya memberiku pil itu tanpa mengatakan apa-apa. Dia pasti ingin menjadikanku tumbal!" sahut pria itu dengan raut muram. Dia berlutut ketakutan di sana.Pria yang diberikan Pil Ketenangan Jiwa oleh Yoga ini baru mau pergi ketika orang-orang Keluarga Kusuma tiba-tiba mengadangnya. Dia seketika tahu bahwa situasinya tidak baik."Begitu banyak orang yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi kenapa dia hanya memberikannya padamu?" tanya Luna lagi sambil mengernyit. Dia mengamati Pil Ketenangan Jiwa itu dengan ekspresi bingung."Aku benaran nggak tahu. Aku nggak bohong!" ucap pria itu dengan panik. Dia sudah berusaha menjelaskan semuanya, tetapi lawan bicara sama sekali tidak mau percaya.Situasi pria ini memang mencurigakan. Sebab, dia adalah orang pertama yang diberikan Pil Ketenangan J
Yoga menatap pria di depannya dengan alis berkerut dan ekspresi muram. Setelah beberapa saat, akhirnya dia menghela napas. Sepertinya pria itu tidak berbohong."Kalau kamu mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa, apa kamu akan memberikannya ke Keluarga Kusuma?" tanya Sutrisno ingin tahu."Nggak, kebanyakan dari kami yang sudah mendengar kabar ini memutuskan untuk mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa sendiri, baru mencari tahu rahasianya. Kami tahu Keluarga Kusuma nggak mungkin membagikan jawabannya," ujar pria itu dengan ekspresi kaku.Yoga mengernyit. Sepertinya semua masalah kali ini adalah ulah Keluarga Kusuma ...."Aku punya ide," bisik Sutrisno di telinga Yoga.Yoga tertegun sejenak usai mendengar ide Sutrisno. Keduanya saling memandang, memutuskan dalam diam bahwa ide itu cukup bagus."Karena kamu begitu menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, aku akan berikan padamu!" ucap Yoga sambil menyerahkan sebutir Pil Ketenangan Jiwa pada pria itu."Hah? Apa?" gumam itu sambil menatap Yoga dengan raut tidak
Sutrisno terdiam menatap Yoga. Apa pria itu ingin memperdaya dirinya? Yoga benar-benar tidak tahu malu. Dia berencana untuk membuat dirinya menanggung semua bahaya!Sutrisno berucap, "Kalau memang ada rahasia, katakan langsung padaku. Kalau nggak ada, jangan mempermainkanku begini.""Mungkin memang ada rahasianya. Kamu cari saja sendiri!" balas Yoga.Sutrisno terdiam. Yoga ini mudah saja bicara. Akhirnya, Sutrisno menghela napas dan berkata, "Baiklah ...."Satu masalah selesai. Namun, Yoga masih harus menyelamatkan Nadya. Yoga membalas pesan dari nomor asing tadi.[ Aku akan memberimu Pil Ketenangan Jiwa. Tapi, kalau Nadya sampai celaka, kamu akan mati! ]Balasan dari orang itu segera datang.[ Taruh Pil Ketenangan Jiwa itu di meja bar Hotel Okane. ]Yoga berkendara menuju hotel itu dan meletakkan Pil Ketenangan Jiwa di tempat yang ditentukan.Pesan lain masuk ke ponsel Yoga.[ Kamu bisa pergi sekarang. Nadya ada di kamar 301 Hotel Pater! ]Yoga tersenyum sinis saat membaca pesan itu.