Namun, orang tua Yoga tidak pernah menyalahkan Hagi dan malah menyemangati Yoga untuk lebih banyak berhubungan dengan Hagi. Saat terjadi ledakan besar di Kediaman Kusuma, Hagi beruntung bisa menyelamatkan nyawanya karena sedang pingsan di jalanan akibat mabuk. Setelah kejadian itu, Hagi pun memberikan dua buah buku kepada Yoga. Dia mengatakan bahwa buku-buku itu ditemukannya di reruntuhan Kediaman Kusuma. Berkat kedua buku itu, Yoga memiliki kekuatan tempur dan keterampilan medis sehebat saat ini. Tentu saja, Yoga menjadi begitu hebat bukan karena mempelajari buku-buku itu sendiri. Ada banyak bagian yang tidak dimengertinya, tetapi Hagi selalu bisa memberinya petunjuk.Hagi memiliki sebuah kebiasaan, yaitu suka membual setelah mabuk. Dia pernah mengatakan bahwa dirinya adalah pemimpin ke-30 Sekte Hagisana. Di bawah pimpinannya, Sekte Hagisana memiliki 300 murid di masa puncaknya dan kekuatan seluruh sekte juga merupakan yang terhebat di antara 36 sekte besar.Setelah itu, entah kenap
Begitu keluar, Yoga melihat ada sebuah sosok di kejauhan yang sedang bergerak. Udara juga dipenuhi dengan bau darah. Api bumi paling takut terhadap darah. Ternyata, ada orang yang sengaja merusak api bumi. Reaksi pertama Yoga adalah, orang itu adalah utusan Bahri. Dia pun langsung murka dan mengejar sosok itu dengan kekuatan penuh.Pada saat yang sama, sosok itu juga sudah menyadari kemunculan Yoga dan berusaha sekuat tenaga untuk melarikan diri. Namun, dia tidak mungkin bisa menang dari Yoga yang mengerahkan kekuatan penuh.Tidak lama kemudian, Yoga sudah berhasil menyusul orang itu dan berseru, “Berhenti!”Orang itu sama sekali tidak menoleh dan lanjut melarikan diri. Namun, Yoga lanjut mengejarnya dan menarik baju hitam ketat yang dikenakannya.Srek! Baju orang itu langsung robek dan menunjukkan punggung yang mulus nan putih dan ... tank top. Ternyata orang itu adalah seorang wanita.Orang berpakaian hitam itu juga menjadi marah karena malu. Dia pun berhenti melarikan diri dan mulai
“Kalau begitu, aku akan tunjukkan padamu apa aku berani atau nggak,” ujar Yoga. Setelah itu, Yoga mengeluarkan sebilah pedang lunak dan menodongkannya ke leher Wenny.Wenny pun bertambah panik dan berseru, “Yoga, kamu nggak boleh membunuhku! Ada alasan kuat kenapa aku melindungi nyawa Panglima Bahri.”“Aku akan memberimu kesempatan untuk menjelaskannya. Bicaralah,” ujar Yoga.Wenny berkata, “Singkirkan dulu kakimu dari tubuhku.”Setelah ragu sejenak, Yoga pun melepaskan Wenny. Saat ini, Wenny merasa sangat kesal. Sebagai cucu Dirga dan putri dari keluarga terkemuka ibu kota yang dihormati orang-orang, dia malah diinjak oleh pria menyebalkan ini. Ini merupakan penghinaan terbesar yang pernah dialaminya.Kemudian, Wenny menjelaskan, “Sejujurnya, kami curiga Panglima Bahri berkomplot dengan musuh untuk merugikan Daruna dan bahkan berencana untuk menjatuhkan Pak Presiden. Saat ini, Organisasi Naga sedang menyelidiki masalah ini.”“Berhubung aku adalah orang yang paling nggak mungkin menim
Yoga buru-buru mendekat dan menggenggam tangan Ayu. Dia merasa sangat terharu dan tidak mampu mengeluarkan suara apa pun selain sepatah kata, “Ibu.”“Anak-anakku yang baik ....” Ayu mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengucapkan beberapa patah kata itu. Setelah itu, dia pun kehilangan kesadaran lagi. Saat ini, tubuhnya terlalu lemah sehingga hanya mengucapkan beberapa patah kata itu saja sudah menguras seluruh tenaganya.Setelah beberapa saat, Yoga baru berhasil menenangkan dirinya dan berkata, “Ibu masih perlu istirahat. Kita keluar saja dulu. Jangan mengganggunya lagi.”“Oke!” Semua orang pun berjalan keluar dengan enggan.Setelah itu, Lili berkata dengan suara tercekat, “Kak, kelak kita jangan pernah berpisah lagi ya.”“Jangan khawatir. Kakak jamin, kita nggak akan berpisah lagi,” jawab Yoga sambil tersenyum dan mengelus kepala Lili.Setelah menyuruh Lili pergi beristirahat, Yoga memanggil Hagi ke sebuah sudut untuk merokok. Kemudian, dia berkata, “Pak Hagi, jangan kasih tahu Lili
"Aku sejak awal sudah memberi tahu Tetua Indra untuk datang mengobati Andreas," lanjut SantiBahri yang tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya berucap, "Santi, terima kasih, ya."Setelah satu hari satu malam, Tetua Indra dari Sekte Sembilan Aliran akhirnya tiba. Ketika memeriksa keadaan Andreas, raut wajahnya tampak muram.Jantung Santi seketika berdetak dengan kencang. Dia bertanya dengan gelisah, "Tetua Indra, apa kamu bisa mengobatinya?"Indra menarik napas dalam-dalam, lalu menyahut, "Nona, Tuan Muda terkena Teknik Pemutus Keturunan milik Sekte Hagisana. Kondisinya hanya bisa diobati oleh orang-orang Sekte Hagisana. Aku minta maaf karena nggak bisa berbuat apa-apa."Ayahnya Santi adalah ketua Sekte Sembilan Aliran. Jadi, Indra memanggil Santi dengan sebutan "Nona" dan memanggil Andreas dengan sebutan "Tuan Muda".Santi bertanya, "Bukankah Sekte Hagisana sudah lama hancur? Bagaimana mungkin masih ada orang yang menguasai teknik dari Sekte Hagisana?"Indra membalas, "Saat itu, ketu
"Bu, Perusahaan Farmasi Sehat Abadi itu Perusahaan Farmasi Kusuma kita yang dulu. Tenang saja, aku akan membuat perusahaan kita kembali berjaya," ucap Yoga.Ayu berkata dengan senang, "Yoga, Lili, Ibu hanya berharap kalian berdua sehat dan bahagia. Ibu nggak peduli hal yang lain."Setelah Lili selesai menyuapi sup ginseng, Yoga berucap, "Lili, kamu sudah begadang kemarin malam. Pergilah istirahat. Aku mau berbicara dengan Ibu.""Baik," sahut Lili sembari pergi dengan berat hati.Setelah Lili pergi, Yoga berujar, "Bu, sebenarnya selama ini aku terus menyelidiki fakta kasus pembantaian saat itu. Aku sudah menyingkirkan 2 dari 4 dalang utamanya. Selain itu, aku juga menemukan bahwa ayah kandungku bukan Ayah, tapi Bahri. Apa Ibu bisa menceritakan padaku tentang kejadian saat itu?"Yoga memberitahukan semua yang dirinya selidiki kepada ibunya. Namun, dia tentu saja juga menyembunyikan banyak hal, salah satunya tentang membunuh orang. Dia tidak ingin membuat ibunya khawatir.Ayu awalnya terk
Ayu menambahkan, "Ibumu merasa putus asa dan menyerahkanmu pada kami. Dia menyuruh kami bersembunyi, lalu menarik perhatian para pembunuh sendirian. Selanjutnya, kamu juga sudah tahu. Aku bersembunyi di Kota Pawana, menikah dengan ayahmu, dan menyembunyikan identitas. Demi mengenang ibumu dan supaya kamu nggak melupakannya, aku menggunakan namanya, Ayu."Setelah mendengar cerita Ayu, Yoga mengepalkan kedua tangannya. Niat membunuhnya seketika melonjak. Dia mematri dua nama di dalam benaknya, lalu menggerutu di dalam hati, 'Bahri! Santi! Aku akan membunuh kalian! Nyawa harus dibayar dengan nyawa!'Hagi menyalahkan diri sendiri. Dia berkata, "Semua salahku yang nggak berguna ini. Aku gagal melindungi ibumu. Aku merasa sangat malu dengan leluhur Sekte Hagisana." Selama ini, Hagi selalu hidup dengan rasa bersalah karena tidak bisa menyelamatkan Ayu.Ayu menghibur, "Pak Hagi, jangan menyalahkan diri sendiri. Kalau bukan karena dirimu, Yoga mungkin sudah mati saat masih kecil."Yoga berucap,
Ayu memperlakukan Karina seperti putrinya sendiri. Karina tentu saja sangat gembira saat mendengar kabar ini. Setelah memutuskan panggilan, Karina mengabari ibunya dan Gatot terlebih dulu, lalu bergegas menemui ibunya Yoga.Tidak lama setelah Karina melajukan mobilnya, sebuah mobil Volkswan mengadang jalannya. Terlihat Hendrik yang turun dari mobil itu dengan ekspresi panik.Melihat ini, Karina membentak, "Hendrik, apa yang kamu lakukan? Cepat minggir!"Hendrik berkata sambil terisak, "Kak, ibuku kecelakaan. Sekarang, dia sedang dirawat di ICU dan masih dalam masa kritis. Aku nggak punya uang, juga nggak punya kenalan di rumah sakit. Kamu bisa membantuku nggak? Kalau kamu nggak ke sana, ibuku mungkin nggak akan selamat.""Kecelakaan?" Karina sontak terkejut. Dia berucap, "Cepat! Antar aku ke rumah sakit."Nyawa lebih penting. Karina sejak awal sudah melupakan konflik di antara kedua keluarga mereka. Dia hanya ingin menyelamatkan nyawa orang."Oke, masuklah ke mobil," sahut Hendrik. Dia