Hanya saja, ahli bela diri tingkat grandmaster dari Geng Naga Hijau memiliki satu kelebihan, yaitu mereka tidak takut mati. Setiap serangan mereka mengandung niat untuk mati bersama musuh. Hal ini membuat para ahli bela diri tingkat grandmaster dari Sekte Sembilan Aliran tidak berani menghadapi mereka secara langsung.Saat ini, para ahli bela diri tingkat grandmaster dari Sekte Sembilan Aliran merasa agak takut dan tidak mampu lanjut bertarung lagi. Bagaimanapun juga, mereka adalah murid dari Sekte Sembilan Aliran yang memiliki status tinggi. Jika tewas dalam pertarungan dengan para preman dari Geng Naga Hijau ini, mereka akan sangat dirugikan.Setelah melihat situasi ini, Gandi pun murka dan berseru, “Dasar sekelompok pecundang! Kalau nggak mampu menghabisi Geng Naga Hijau, lebih baik kalian mati saja! Dengar baik-baik, orang yang mampu membunuh satu anggota Geng Naga Hijau akan dapat bonus 200 juta. Yang berhasil membunuh seorang ahli bela diri tingkat semi grandmaster akan dapat bon
Setelah menghabisi Kenny, efek Ramuan Iblis Neraka juga telah hilang sepenuhnya. Naga Hijau dan yang lain pun jatuh terduduk di lantai dan merasa sangat kelelahan. Satu per satu anggota Geng Naga Hijau lainnya juga jatuh terduduk di lantai dan merasa sangat tidak bertenaga. Namun, mereka semua sedang tersenyum.Mereka hanyalah anggota sebuah geng mafia kecil, tetapi mampu menjatuhkan pasukan empat keluarga besar dan Sekte Sembilan Aliran. Mereka sudah bisa membanggakan hal ini seumur hidup!Di sisi lain, Wenny juga merasa sangat terkejut. Saat ini, dia akhirnya menyadari bahwa dirinya sudah terlalu meremehkan Yoga. Ternyata, kakeknya menjodohkannya kepada Yoga karena memiliki alasannya tersendiri. Segera tersadar dari keterkejutannya, dia segera melaporkan berita ini kepada Dirga.Dirga dan tokoh hebat lain di Kota Terlarang pun tercengang setelah mendengar berita itu. Dari dulu, memang ada banyak contoh peristiwa di mana pasukan kecil mengalahkan pasukan besar. Namun, belum ada perist
Tentara bersenjata yang tak terhitung jumlahnya buru-buru melompat turun dari mobil, lalu mempersempit jarak pengepungan dalam waktu singkat.Yoga tidak marah dan malah tertawa. Dia bergumam, “Akhirnya dalang aslinya keluar juga? Aku mau tahu siapa sebenarnya orang itu.”Pasukan tentara itu segera mengepung Yoga dan membidikkan senjata mereka ke kepala Yoga. Pemimpin mereka tidak lain adalah Kamal.Begitu melihat Kamal, Gandi langsung berseru, “Pak Kamal, tolong ....”“Diam!” bentak Kamal.Kemudian, Yoga menatap Kamal dengan ekspresi kecewa dan bertanya, “Pak Kamal, kalau begitu, Bapak benar-benar adalah dalang aslinya?”Kamal tidak menjawab pertanyaan Yoga dan hanya bertanya, “Yoga, bisa nggak kamu ampuni mereka demi aku?”“Aku mau tahu kenapa Bapak begitu melindungi mereka hingga rela turun tangan sendiri,” jawab Yoga.Kamal berkata, “Ayah mereka punya hubungan yang baik denganku. Aku pernah berjanji pada ayah mereka untuk melindungi mereka sepanjang hidup mereka.”“Bapak benar-benar
“Apa maksudmu?” tanya Kamal dengan ekspresi serius.Dewa Perang Kulusa menjawab, “Setahuku, orang-orang ini berpartisipasi dalam pembantaian Keluarga Kusuma. Wajar saja Tuan Yoga ingin membalaskan dendam Keluarga Kusuma. Tapi, malah ada yang hendak mencegahnya. Aku benar-benar nggak tahan melihatnya lagi. Jadi, aku pun datang untuk menegakkan keadilan.”“Kurang ajar! Apa Yoga yang menyuruhmu datang kemari?” tanya Kamal dengan marah.“Bukan. Tapi, aku berutang budi pada Tuan Yoga, makanya aku datang untuk membalas budinya,” jawab Dewa Perang Kulusa.Kamal menghela napas dalam-dalam, lalu berkata, “Membalas budi? Yoga, sepertinya aku terlalu merendahkan kemampuanmu.”Yoga pun tersenyum mengejek dan menjawab dalam hati, ‘Kamu bukan hanya merendahkan kemampuanku, tapi juga nggak tahu apa-apa mengenai kemampuanku. Aku ini Raja Agoy yang Perkasa. Bagiku, kekuatan seorang Dewa Perang Kulusa masih bukan apa-apa.’“Pak Kamal, apa masih ada yang mau Bapak katakan? Kalau nggak, jangan ganggu aku
Wenny pun segera menelepon kakeknya untuk melaporkan tentang hal ini. Kemudian, Dirga tidak berhenti menelepon Yoga, tetapi Yoga tidak menjawabnya.Kamal sama sekali tidak terlihat takut. Dia berkata, “Kalau kematianku bisa membuatmu berhenti menyelidiki masalah ini. Aku rela menyerahkan nyawaku.”“Biarpun kamu mati, aku juga akan lanjut menyelidiki masalah ini,” tutur Yoga.Saat Yoga hendak bertindak, Wenny tiba-tiba berseru, “Yoga, berhenti! Kakek menyuruhmu menjawab teleponnya. Dia bilang, Kakek Kamal itu adalah penyelamat adikmu. Kalau kamu membunuhnya, itu nggak ada bedanya dengan membalas air susu dengan air tuba.”Berhubung Yoga tidak menerima teleponnya, Dirga pun buru-buru menelepon Wenny kembali dan memberitahukan hal ini kepadanya.Kemudian, Yoga menerima telepon itu dan bertanya, “Pak Dirga, apa benar Pak Kamal pernah menyelamatkan nyawa adikku?”Dirga buru-buru menjawab, “Tentu saja! Waktu 4 orang berpakaian hitam itu nggak mendapatkan jawaban tentang Pil Ketenangan Jiwa d
Setelah kembali ke Kota Pawana, langkah pertama yang diambil Yoga tentu saja adalah menggunakan bahan obat yang diberikan Dirga untuk menyembuhkan ibunya. Berhubung ibunya mengetahui kebenaran masalah ini, seluruh kebenarannya akan terungkap begitu ibunya sadar.Untuk menyadarkan ibunya, hanya dengan mengandalkan bahan-bahan obat itu saja tidak akan cukup. Ibunya juga membutuhkan api bumi. Jadi, Rumah Wisnu di pedesaan itu adalah pilihan yang terbaik.Namun, begitu tiba di rumah itu, Yoga langsung tercengang. Rumah yang sebelumnya ditutupi oleh rumput liar itu sudah rata dengan tanah dan dipenuhi dengan darah, kotoran, serta puing-puing lainnya. Sebuah tempat yang seharusnya mengandung api bumi itu sudah dirusak hingga tidak bisa diperbaiki lagi.Yoga pun langsung murka dan mengumpat, “Sialan! Ini kerjaan siapa!”Kemudian, ponselnya tiba-tiba berdering. Layar ponsel menunjukkan segelintir nomor dari ibu kota yang tidak dikenalnya. Yoga menerimanya tanpa ragu dan bertanya, “Siapa ini?”
Sepasang suami istri itu mengenakan pakaian mewah dan kacamata bingkai hitam. Mereka terlihat bermartabat dan gerak-gerik mereka juga memberikan kesan bahwa mereka sangat sombong.Wisnu sedang duduk di hadapan mereka dan menuangkan teh dengan rendah hati. Begitu melihat kemunculan Yoga, Wisnu buru-buru menyambutnya dan berkata, “Yoga, akhirnya kamu pulang juga.”“Siapa mereka?” tanya Yoga.“Katanya, mereka itu pemilik vila ini,” jawab Wisnu.Pemilik vila ini? Ada apa ini? Ini adalah vila yang dibeli Raja Kegelapan untuk Yoga. Kenapa vila ini bisa jadi milik mereka?Sebelum Yoga sempat bertanya, sepasang suami istri itu sudah terlebih dahulu bertanya, “Kamu yang namanya Yoga Kusuma?”Yoga mengangguk, lalu menyahut, “Benar, siapa kalian?” “Kami adalah orang tuanya Nadya,” jawab kedua orang itu.Yoga pun merasa agak bingung. Kenapa dia tidak pernah mendengar Nadya mengungkit tentang orang tuanya? Sebelumnya, saat Nadya dipersulit di Kediaman Wibowo, orang tua Nadya juga tidak muncul untu
Di luar, berdiri sekelompok preman yang sedang menyandera seorang pemuda yang wajahnya sudah babak belur.“Kak Yoga, tolong aku ...,” seru pemuda yang wajahnya babak belur itu.Setelah mengamatinya secara saksama, Yoga baru menyadari bahwa pemuda itu adalah Gatot. Ekspresinya pun langsung menjadi muram. Bajingan itu pasti menimbulkan masalah lagi dan hendak menyuruh Yoga untuk membantunya menyelesaikan masalah itu.Yoga pun bertanya dengan dingin, “Buat apa kalian datang kemari?”“Apa kamu itu kakak iparnya Gatot? Cepat bereskan barangmu dan pergi dari vila ini! Vila ini sudah jadi milik kami!” ujar seorang pria botak.Yoga pun langsung marah dan bertanya, “Ini adalah vila yang kubeli dengan uangku sendiri. Sejak kapan vila ini jadi milik kalian?”“Kali ini, Gatot nggak bisa bayar utangnya dan sudah menggadaikan vila ini kepada kami,” jawab si Botak.Yoga pun memelototi Gatot dan berseru, “Gatot sialan! Apa-apaan kamu?”“Kak, cepat berikan vila ini pada mereka. Nanti, aku akan menjelas