Di luar, berdiri sekelompok preman yang sedang menyandera seorang pemuda yang wajahnya sudah babak belur.“Kak Yoga, tolong aku ...,” seru pemuda yang wajahnya babak belur itu.Setelah mengamatinya secara saksama, Yoga baru menyadari bahwa pemuda itu adalah Gatot. Ekspresinya pun langsung menjadi muram. Bajingan itu pasti menimbulkan masalah lagi dan hendak menyuruh Yoga untuk membantunya menyelesaikan masalah itu.Yoga pun bertanya dengan dingin, “Buat apa kalian datang kemari?”“Apa kamu itu kakak iparnya Gatot? Cepat bereskan barangmu dan pergi dari vila ini! Vila ini sudah jadi milik kami!” ujar seorang pria botak.Yoga pun langsung marah dan bertanya, “Ini adalah vila yang kubeli dengan uangku sendiri. Sejak kapan vila ini jadi milik kalian?”“Kali ini, Gatot nggak bisa bayar utangnya dan sudah menggadaikan vila ini kepada kami,” jawab si Botak.Yoga pun memelototi Gatot dan berseru, “Gatot sialan! Apa-apaan kamu?”“Kak, cepat berikan vila ini pada mereka. Nanti, aku akan menjelas
Yoga pun berkata, “Ya sudahlah, bagaimanapun Karina adalah mantan istriku. Bawalah aku pergi ke bank kalian. Aku akan membayar utang Gatot itu.”Si Botak mengira Yoga takut pada ancamannya dan berkata dengan sombong, “Huh! Sudah takut, ‘kan? Ayo ikut kami kembali. Kalau kamu patuh, aku nggak akan melaporkan hal ini pada Pak Andi.”Yoga pun mengejek dalam hati, ‘Bagaimana kamu mau kasih tahu Andi mengenai hal ini? Dengan menyusulnya ke alam baka?’Sekelompok preman itu pun melepaskan Gatot, lalu membawa Yoga pergi. Sebelum Yoga pergi, Gatot tidak lupa berpesan, “Yoga, coba saja kalau kamu berani mengadu ke ibuku! Aku nggak akan mengampunimu!"Lokasi Bank Cuci Uang Tatula sangatlah tersembunyi, yaitu di sebuah garasi mobil bawah tanah yang belum selesai didirikan. Saat ini, layanan peminjaman uang dan penggadaian aset kepada bank ini sudah dihentikan. Ini seharusnya adalah dampak dari musnahnya empat keluarga besar ibu kota provinsi.Si Botak membawa Yoga masuk ke kantor supervisor merek
Si Botak pun tertegun. Ada apa ini?Suwanto berkata dengan gemetar, “Tuan Yoga, masalah waktu itu ... hanyalah sebuah salah paham. Aku juga terpaksa melakukannya karena harus menjalankan perintah Pak Andi. Semua ini salah Pak Andi.”“Aku tentu saja tahu. Kalau nggak, apa kamu kira kamu masih bisa berdiri dan berbicara denganku di sini sekarang?” tanya Yoga.“Baguslah kalau kamu tahu ...,” jawab Suwanto dengan lega.“Jangan banyak omong kosong lagi! Aku akan memberimu 10 menit untuk mentransferkan seluruh utang beserta bunganya ke rekening ini. Kalau kurang sepeser pun, aku akan menghabisimu,” ujar Yoga.Suwanto pun berkata dengan serbasalah, “Sebelumnya, Keluarga Wardam sudah mengambil sebagian besar uang dari bank cuci uang ini untuk merekrut pasukan. Uang yang tersisa hanya sekitar 20 triliun. Aku akan memberikan seluruh uang itu kepadamu.”Pada akhirnya, Suwanto mentransferkan seluruh uang yang tersisa di bank cuci uang ini kepada Yoga. Kebetulan total uang itu mencapai 20 triliun.
Karina berkata, “Gatot, cepat minta maaf pada Yoga!”Ada bekas tamparan yang jelas di pipi Gatot. Tak perlu diragukan lagi, Karina pasti sudah menamparnya. Setelah mendengar perintah Karina, dia pun berkata dengan enggan, “Maaf.”Yoga tidak menggubris Gatot sehingga suasana di dalam mobil menjadi semakin canggung. Pada akhirnya, Lili memecahkan keheningan dengan bertanya, “Kak, kamu nggak terluka akibat kejadian semalam, ‘kan?”“Nggak kok. Kakakmu ini sangat beruntung, kamu nggak usah khawatir,” jawab Yoga sambil tersenyum.Ambar pun mencibir, “Bisa-bisanya kamu berkata seperti itu! Yoga, coba jawab. Ada rumor yang bilang kalau Dewa Perang Kulusa berutang budi padamu. Apa itu benar?”Yoga mengangguk, lalu menjawab, “Emm, kami pernah menjadi tentara bersama dan aku yang mempromosikannya.”“Lihatlah dia, lalu lihat lagi dirimu sendiri. Kalian pernah menjadi tentara bersama, tapi dia mampu menjadi Dewa Perang Kulusa, sedangkan kamu masih nggak punya apa-apa sampai sekarang. Kamu punya kon
Yanti menjawab, “Pesan makanan? Ini adalah hotel kelas atas yang menu restorannya pakai bahasa asing. Kamu juga nggak mungkin ngerti setelah melihatnya. Aku sudah pesan makanannya kok. Kalian tinggal tunggu untuk makan.”“Oke, oke!” Ambar pun mengangguk dengan patuh.Tidak lama kemudian, makanan mereka pun dihidangkan. Meskipun makanannya terlihat mewah, jenisnya sangat sedikit. Yoga dan Karina langsung tahu bahwa makanan yang dipesan Yanti adalah makanan yang harganya paling murah di restoran ini. Ternyata Yanti hanya berlagak hebat.“Kalian nggak pernah makan makanan seperti ini, ‘kan? Cepat makan! Mungkin saja ini adalah satu-satunya kesempatan kalian untuk makan di tempat ini.”Jika bukan demi Karina, Yoga pasti sudah membawa Lili pergi dari tempat ini.Semua orang hanya makan beberapa suap sebelum berhenti makan. Jika tidak, makanannya akan langsung ludes.Kemudian, Yanti melirik Yoga dengan tatapan mengejek dan bertanya, “Yoga, apa kerjaanmu masih hanya melakukan pekerjaan rumah?
Yoga menjawab, “Aku nggak punya maksud apa-apa kok.”Hendrik mendengus, “Apa ini caramu minta tolong sama orang lain? Huh, dengan sikapmu ini, kamu nggak akan mungkin bisa bekerja di perusahaan kami untuk selamanya.”“Memangnya aku ada mohon sama kamu?” tanya Yoga.“Kamu ....” Hendrik pun menjadi malu.“Cukup! Yoga, kalau dengar dari ucapanmu, apa kamu merasa keluarga kami kurang kaya? Waktu kamu dan Karina menikah, berapa banyak mahar yang kamu berikan padanya?” tanya Yanti.“Nggak ada,” jawab Yoga. Waktu itu, dia tidak memiliki apa-apa sehingga tidak bisa memberikan mahar untuk Karina.Yanti pun mencibir, “Heh, kamu bukan cuma nggak kasih mahar, tapi semua biaya pernikahan juga ditanggung Karina, ‘kan? Apa kamu nggak malu waktu mengejek Hendrik?”Yoga melirik Karina, lalu berkata, “Karina, ulang tahun pernikahan kita akan segera tiba. Untuk menebusnya, aku putuskan untuk menghadiahkan hotel ini kepadamu.”Pfft! Haha! Yanti dan Hendrik pun tertawa terbahak-bahak. Yoga benar-benar hany
Tidak lama kemudian, transaksi ini pun selesai. Yenny memberikan kontrak itu kepada Yoga sambil berkata, “Pak Yoga, silakan tandatangani kontrak ini. Setelah itu, hotel ini akan langsung jadi milik Bapak. Aku merasa sangat terhormat karena bisa melayani Bapak.”Yoga pun memberikan kontrak itu kepada Karina dan berkata, “Karina, kamu saja yang tanda tangan. Hotel ini untukmu.”Karina tidak menerima kontrak itu dan hanya duduk mematung di kursinya. Dia masih belum tersadar dari keterkejutannya. Orang lainnya juga merasa sangat tercengang dan tidak percaya bahwa ini adalah kenyataan. Transaksi sebesar 20 triliun itu sudah selesai hanya dalam hitungan menit? Bu ... bukannya ini terlalu luar biasa?Kemudian, Hendrik mencibir, “Yoga, buat apa kamu mengundang seorang aktris untuk bersandiwara bersamamu? Memangnya kamu anggap kami ini orang bodoh?”Yanti juga berkata dengan ekspresi suram, “Kak Ambar, apa maksud kalian? Apa kalian nggak peduli lagi sama harga diri kalian demi memuaskan kesombo
Ambar berkata, “Yanti, jangan pergi dulu. Makanannya masih belum disajikan. Biasanya, kalian pasti nggak rela pesan makanan-makanan ini, ‘kan? Hari ini, aku akan traktir kalian supaya kalian bisa makan dengan puas.”“Ah, oke! Oke!” Yanti dan Hendrik tentu saja tidak berani “membantah”. Mereka hanya bisa menahan kekesalan mereka. Setelah makan dengan cepat, Yanti dan Hendrik pun buru-buru mengakhiri pertemuan ini. Saat baru berjalan keluar dari ruang privat, mereka menyadari ada bahwa ada sekelompok orang yang sedang berkerumun di lobi hotel.Ada seorang wanita paruh baya yang tidak berhenti menangis sambil berteriak, “Apa ada dokter di lokasi? Aku mohon, tolonglah suamiku. Aku pasti akan memberikan imbalan yang besar untuk kalian.”“Ada apa ini?” tanya Yoga sambil berjalan mendekat dengan kening berkerut.Yenny buru-buru menghampirinya dan menjawab, “Pak Yoga, ada seorang tamu VIP yang tiba-tiba pingsan seusai makan. Aku sudah menelepon ambulans, tapi ini adalah jam pulang kerja. Ambu