Share

Bab 134

Penulis: Vodka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-24 11:22:53
Sepasang suami istri itu mengenakan pakaian mewah dan kacamata bingkai hitam. Mereka terlihat bermartabat dan gerak-gerik mereka juga memberikan kesan bahwa mereka sangat sombong.

Wisnu sedang duduk di hadapan mereka dan menuangkan teh dengan rendah hati. Begitu melihat kemunculan Yoga, Wisnu buru-buru menyambutnya dan berkata, “Yoga, akhirnya kamu pulang juga.”

“Siapa mereka?” tanya Yoga.

“Katanya, mereka itu pemilik vila ini,” jawab Wisnu.

Pemilik vila ini? Ada apa ini? Ini adalah vila yang dibeli Raja Kegelapan untuk Yoga. Kenapa vila ini bisa jadi milik mereka?

Sebelum Yoga sempat bertanya, sepasang suami istri itu sudah terlebih dahulu bertanya, “Kamu yang namanya Yoga Kusuma?”

Yoga mengangguk, lalu menyahut, “Benar, siapa kalian?”

“Kami adalah orang tuanya Nadya,” jawab kedua orang itu.

Yoga pun merasa agak bingung. Kenapa dia tidak pernah mendengar Nadya mengungkit tentang orang tuanya? Sebelumnya, saat Nadya dipersulit di Kediaman Wibowo, orang tua Nadya juga tidak muncul untu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 135

    Di luar, berdiri sekelompok preman yang sedang menyandera seorang pemuda yang wajahnya sudah babak belur.“Kak Yoga, tolong aku ...,” seru pemuda yang wajahnya babak belur itu.Setelah mengamatinya secara saksama, Yoga baru menyadari bahwa pemuda itu adalah Gatot. Ekspresinya pun langsung menjadi muram. Bajingan itu pasti menimbulkan masalah lagi dan hendak menyuruh Yoga untuk membantunya menyelesaikan masalah itu.Yoga pun bertanya dengan dingin, “Buat apa kalian datang kemari?”“Apa kamu itu kakak iparnya Gatot? Cepat bereskan barangmu dan pergi dari vila ini! Vila ini sudah jadi milik kami!” ujar seorang pria botak.Yoga pun langsung marah dan bertanya, “Ini adalah vila yang kubeli dengan uangku sendiri. Sejak kapan vila ini jadi milik kalian?”“Kali ini, Gatot nggak bisa bayar utangnya dan sudah menggadaikan vila ini kepada kami,” jawab si Botak.Yoga pun memelototi Gatot dan berseru, “Gatot sialan! Apa-apaan kamu?”“Kak, cepat berikan vila ini pada mereka. Nanti, aku akan menjelas

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 136

    Yoga pun berkata, “Ya sudahlah, bagaimanapun Karina adalah mantan istriku. Bawalah aku pergi ke bank kalian. Aku akan membayar utang Gatot itu.”Si Botak mengira Yoga takut pada ancamannya dan berkata dengan sombong, “Huh! Sudah takut, ‘kan? Ayo ikut kami kembali. Kalau kamu patuh, aku nggak akan melaporkan hal ini pada Pak Andi.”Yoga pun mengejek dalam hati, ‘Bagaimana kamu mau kasih tahu Andi mengenai hal ini? Dengan menyusulnya ke alam baka?’Sekelompok preman itu pun melepaskan Gatot, lalu membawa Yoga pergi. Sebelum Yoga pergi, Gatot tidak lupa berpesan, “Yoga, coba saja kalau kamu berani mengadu ke ibuku! Aku nggak akan mengampunimu!"Lokasi Bank Cuci Uang Tatula sangatlah tersembunyi, yaitu di sebuah garasi mobil bawah tanah yang belum selesai didirikan. Saat ini, layanan peminjaman uang dan penggadaian aset kepada bank ini sudah dihentikan. Ini seharusnya adalah dampak dari musnahnya empat keluarga besar ibu kota provinsi.Si Botak membawa Yoga masuk ke kantor supervisor merek

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 137

    Si Botak pun tertegun. Ada apa ini?Suwanto berkata dengan gemetar, “Tuan Yoga, masalah waktu itu ... hanyalah sebuah salah paham. Aku juga terpaksa melakukannya karena harus menjalankan perintah Pak Andi. Semua ini salah Pak Andi.”“Aku tentu saja tahu. Kalau nggak, apa kamu kira kamu masih bisa berdiri dan berbicara denganku di sini sekarang?” tanya Yoga.“Baguslah kalau kamu tahu ...,” jawab Suwanto dengan lega.“Jangan banyak omong kosong lagi! Aku akan memberimu 10 menit untuk mentransferkan seluruh utang beserta bunganya ke rekening ini. Kalau kurang sepeser pun, aku akan menghabisimu,” ujar Yoga.Suwanto pun berkata dengan serbasalah, “Sebelumnya, Keluarga Wardam sudah mengambil sebagian besar uang dari bank cuci uang ini untuk merekrut pasukan. Uang yang tersisa hanya sekitar 20 triliun. Aku akan memberikan seluruh uang itu kepadamu.”Pada akhirnya, Suwanto mentransferkan seluruh uang yang tersisa di bank cuci uang ini kepada Yoga. Kebetulan total uang itu mencapai 20 triliun.

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 138

    Karina berkata, “Gatot, cepat minta maaf pada Yoga!”Ada bekas tamparan yang jelas di pipi Gatot. Tak perlu diragukan lagi, Karina pasti sudah menamparnya. Setelah mendengar perintah Karina, dia pun berkata dengan enggan, “Maaf.”Yoga tidak menggubris Gatot sehingga suasana di dalam mobil menjadi semakin canggung. Pada akhirnya, Lili memecahkan keheningan dengan bertanya, “Kak, kamu nggak terluka akibat kejadian semalam, ‘kan?”“Nggak kok. Kakakmu ini sangat beruntung, kamu nggak usah khawatir,” jawab Yoga sambil tersenyum.Ambar pun mencibir, “Bisa-bisanya kamu berkata seperti itu! Yoga, coba jawab. Ada rumor yang bilang kalau Dewa Perang Kulusa berutang budi padamu. Apa itu benar?”Yoga mengangguk, lalu menjawab, “Emm, kami pernah menjadi tentara bersama dan aku yang mempromosikannya.”“Lihatlah dia, lalu lihat lagi dirimu sendiri. Kalian pernah menjadi tentara bersama, tapi dia mampu menjadi Dewa Perang Kulusa, sedangkan kamu masih nggak punya apa-apa sampai sekarang. Kamu punya kon

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 139

    Yanti menjawab, “Pesan makanan? Ini adalah hotel kelas atas yang menu restorannya pakai bahasa asing. Kamu juga nggak mungkin ngerti setelah melihatnya. Aku sudah pesan makanannya kok. Kalian tinggal tunggu untuk makan.”“Oke, oke!” Ambar pun mengangguk dengan patuh.Tidak lama kemudian, makanan mereka pun dihidangkan. Meskipun makanannya terlihat mewah, jenisnya sangat sedikit. Yoga dan Karina langsung tahu bahwa makanan yang dipesan Yanti adalah makanan yang harganya paling murah di restoran ini. Ternyata Yanti hanya berlagak hebat.“Kalian nggak pernah makan makanan seperti ini, ‘kan? Cepat makan! Mungkin saja ini adalah satu-satunya kesempatan kalian untuk makan di tempat ini.”Jika bukan demi Karina, Yoga pasti sudah membawa Lili pergi dari tempat ini.Semua orang hanya makan beberapa suap sebelum berhenti makan. Jika tidak, makanannya akan langsung ludes.Kemudian, Yanti melirik Yoga dengan tatapan mengejek dan bertanya, “Yoga, apa kerjaanmu masih hanya melakukan pekerjaan rumah?

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 140

    Yoga menjawab, “Aku nggak punya maksud apa-apa kok.”Hendrik mendengus, “Apa ini caramu minta tolong sama orang lain? Huh, dengan sikapmu ini, kamu nggak akan mungkin bisa bekerja di perusahaan kami untuk selamanya.”“Memangnya aku ada mohon sama kamu?” tanya Yoga.“Kamu ....” Hendrik pun menjadi malu.“Cukup! Yoga, kalau dengar dari ucapanmu, apa kamu merasa keluarga kami kurang kaya? Waktu kamu dan Karina menikah, berapa banyak mahar yang kamu berikan padanya?” tanya Yanti.“Nggak ada,” jawab Yoga. Waktu itu, dia tidak memiliki apa-apa sehingga tidak bisa memberikan mahar untuk Karina.Yanti pun mencibir, “Heh, kamu bukan cuma nggak kasih mahar, tapi semua biaya pernikahan juga ditanggung Karina, ‘kan? Apa kamu nggak malu waktu mengejek Hendrik?”Yoga melirik Karina, lalu berkata, “Karina, ulang tahun pernikahan kita akan segera tiba. Untuk menebusnya, aku putuskan untuk menghadiahkan hotel ini kepadamu.”Pfft! Haha! Yanti dan Hendrik pun tertawa terbahak-bahak. Yoga benar-benar hany

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 141

    Tidak lama kemudian, transaksi ini pun selesai. Yenny memberikan kontrak itu kepada Yoga sambil berkata, “Pak Yoga, silakan tandatangani kontrak ini. Setelah itu, hotel ini akan langsung jadi milik Bapak. Aku merasa sangat terhormat karena bisa melayani Bapak.”Yoga pun memberikan kontrak itu kepada Karina dan berkata, “Karina, kamu saja yang tanda tangan. Hotel ini untukmu.”Karina tidak menerima kontrak itu dan hanya duduk mematung di kursinya. Dia masih belum tersadar dari keterkejutannya. Orang lainnya juga merasa sangat tercengang dan tidak percaya bahwa ini adalah kenyataan. Transaksi sebesar 20 triliun itu sudah selesai hanya dalam hitungan menit? Bu ... bukannya ini terlalu luar biasa?Kemudian, Hendrik mencibir, “Yoga, buat apa kamu mengundang seorang aktris untuk bersandiwara bersamamu? Memangnya kamu anggap kami ini orang bodoh?”Yanti juga berkata dengan ekspresi suram, “Kak Ambar, apa maksud kalian? Apa kalian nggak peduli lagi sama harga diri kalian demi memuaskan kesombo

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 142

    Ambar berkata, “Yanti, jangan pergi dulu. Makanannya masih belum disajikan. Biasanya, kalian pasti nggak rela pesan makanan-makanan ini, ‘kan? Hari ini, aku akan traktir kalian supaya kalian bisa makan dengan puas.”“Ah, oke! Oke!” Yanti dan Hendrik tentu saja tidak berani “membantah”. Mereka hanya bisa menahan kekesalan mereka. Setelah makan dengan cepat, Yanti dan Hendrik pun buru-buru mengakhiri pertemuan ini. Saat baru berjalan keluar dari ruang privat, mereka menyadari ada bahwa ada sekelompok orang yang sedang berkerumun di lobi hotel.Ada seorang wanita paruh baya yang tidak berhenti menangis sambil berteriak, “Apa ada dokter di lokasi? Aku mohon, tolonglah suamiku. Aku pasti akan memberikan imbalan yang besar untuk kalian.”“Ada apa ini?” tanya Yoga sambil berjalan mendekat dengan kening berkerut.Yenny buru-buru menghampirinya dan menjawab, “Pak Yoga, ada seorang tamu VIP yang tiba-tiba pingsan seusai makan. Aku sudah menelepon ambulans, tapi ini adalah jam pulang kerja. Ambu

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1213

    Yoga berkata, "Waktunya sudah hampir tiba, Pelindung Kebenaran itu akan datang."Prajna menjawab, "Jadi, apa yang harus kita lakukan?"Yoga menjelaskan, "Kalian hanya perlu menjaga di luar. Usahakan untuk mengepung para Pelindung Kebenaran itu, jangan biarkan mereka melarikan diri."Ekspresi Prajna terlihat terkejut dan menatap Yoga dengan bingung. Dia tersenyum pahit dan berkata dengan ragu, "Bos, kamu nggak sedang bercanda, 'kan? Apa kita sanggup bertahan?"Yoga membalas, "Aku akan berusaha sebisa mungkin agar para Pelindung Kebenaran yang ingin melarikan diri itu yang lemah atau yang sudah terluka parah."Prajna dan yang lainnya saling memandang dengan ekspresi bingung, lalu pada akhirnya menganggukkan kepala dan menyetujuinya. "Baiklah."Setelah mendapatkan jawaban, Yoga pun kembali ke puncak gunung. Dia melihat ke sekeliling dengan ekspresi yang makin serius. Aura dari Pelindung Kebenaran di sekitarnya mulai terasa sangat kuat dan formasi yang sangat berbahaya juga mulai terbentuk

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1212

    Pelindung Kebenaran mempersiapkan formasi ini khusus untuk menghadapi empat keluarga besar. Sejak meninggalkan Kota Pawana, empat keluarga besar itu sudah diawasi mereka.Sosok-sosok itu terus bergerak dengan cepat di kegelapan malam. Tujuan mereka adalah untuk membunuh seluruh empat keluarga besar itu.Seiring dengan pergerakan Pelindung Kebenaran ini, sebuah formasi pun perlahan-lahan muncul. Mereka bergerak menggunakan aura Bimo sebagai pusat dan terus memperkecil jaraknya, sehingga formasinya makin solid.Pada saat yang bersamaan, Yoga yang sedang berada di puncak gunung sengaja melepaskan semua aura BimoSaat itu, tiba-tiba terdengar suara Bimo. "Mereka sudah datang."Yoga membuka matanya dan melihat ke sekeliling sambil mengernyitkan alis. Dia bisa merasakan sesuatu yang aneh. Dia pun berkata, "Sepertinya jumlah mereka cukup banyak."Bimo berkata, "Selain itu, mereka juga sudah mempersiapkan semuanya. Sepertinya kali ini mereka bertekad untuk membunuhmu."Yoga menegaskan, "Bukan

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1211

    Semua orang dari empat keluarga besar tidak memiliki pilihan lain dan hanya bisa menyetujuinya karena perintah sudah disampaikan dengan jelas."Kalau semuanya sudah berkumpul, bersiaplah untuk berangkat," kata Yoga dengan tenang dan ekspresi yang datar. Dia tidak yakin apakah orang-orang dari empat keluarga besar akan bekerja dengan sepenuh hati. Namun, para manusia hantu ini pasti akan patuh karena Prajna dan yang lainnya masih berada di bawah pengaruh racun.Oleh karena itu, semua orang berangkat bersama-sama di bawah komando Yoga."Tuan Bimo nggak ikut kita berangkat?" tanya Sutrisno dengan hati-hati setelah mendekat. Dia sudah melihat ke sekeliling, tetapi tidak menemukan keberadaan Bimo.Orang-orang lainnya juga menatap Yoga karena ingin tahu jawabannya. Bagaimanapun juga, hingga saat ini, belum ada seorang pun yang pernah bertemu dengan Bimo secara langsung."Tuan Bimo sudah berangkat, kita harus segera menyusulnya," teriak Yoga dengan lantang.Semua orang merasa kecewa saat mend

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1210

    Setelah masuk, Sutrisno menelepon Yoga. Tak lama kemudian, Yoga pun datang.Sutrisno berkata, "Barangnya sudah dipersiapkan semuanya, sekarang hanya tinggal menunggu perintah dari Tuan Bimo."Yoga membalas, "Tuan Bimo bilang tunggu sebentar lagi."Sutrisno bertanya, "Tunggu? Tunggu apa?"Dia berpikir sudah di saat seperti ini, mengapa harus menunggu lagi?Yoga menjawab, "Kamu tunggu saja. Kenapa begitu terburu-buru?"Sutrisno hanya bisa menggelengkan kepala dengan tak berdaya. Dia juga tidak tahu apa lagi yang ditunggu Bimo sekarang, bukankah lebih baik langsung bergerak saja? Dengan perasaan yang enggan, dia pun menyampaikan pesan itu pada yang lainnya.Ekspresi semua orang terlihat bingung dan merasa sangat curiga. Tidak ada seorang pun yang tahu apa yang sebenarnya mereka tunggu.Satu jam kemudian, akhirnya ada beberapa orang lagi yang datang.Saat melihat orang yang datang, ekspresi semua orang dari empat keluarga besar terlihat kesal dan tatapan mereka menjadi makin serius.Yang d

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1209

    Tidak ada satu pun yang boleh bertindak sewenang-wenang. Jika tidak, orang itu akan menerima sanksi dan dibunuh yang lainnya. Inilah alasannya mengapa organisasi Pelindung Kebenaran bisa bertahan selama ribuan tahun."Tuan Jordi, kamu juga nggak tahan lagi dan ingin membunuh orang itu ya?""Jangan ragu lagi. Orang ini sudah bersekongkol dengan Farel untuk mendapatkan harta karun itu, dia sudah mengkhianati kepercayaan dan kita semua.""Segera lakukan perhitungannya sekarang, selidiki masalah ini. Kita pasti bisa segera menemukan kebenarannya."Semua orang mulai mendesak dengan cemas. Mereka tahu betul harta karun itu baru bisa ditemukan jika kebenarannya terungkap."Harta karun Pil Ketenangan Jiwa ini mungkin benar-benar bisa membuat kita jadi lebih kuat dan bisa membunuh Bimo. Tapi, nggak ada tahu harta yang bisa menyatukan dunia ini sebenarnya apa, semuanya hanya bisa terus membahasnya saja. Apa kalian pernah berpikir mungkin saja ini taktik dari empat keluarga besar untuk memecah be

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1208

    Di tengah pegunungan yang luasnya tak berujung, terdapat sebuah altar dengan beberapa api unggun yang sedang menyala dan memancarkan cahaya yang dingin. Banyak orang yang berpakaian hitam di sekeliling sedang mengucapkan kata-kata yang sulit untuk dimengerti.Tempat ini adalah markas Pelindung Kebenaran. Para petingginya berkumpul di sana dengan ekspresi yang serius dan saling memandang dengan tatapan yang sangat waspada."Aku ingin tahu, siapa yang sebenarnya sudah bekerja sama dengan Keluarga Husin sampai mereka bisa benar-benar mendapatkan harta karunnya?" kata seseorang dengan nada gembira, seolah-olah sedang merayakan sesuatu.Yang lainnya juga melihat ke sekeliling dan berbicara sambil tertawa."Benar, ini adalah kabar yang baik. Sebaiknya kita ungkapkan hal ini dan diskusikan bersama-sama.""Bagi organisasi Pelindung Kebenaran, ini adalah kesempatan yang sangat langka. Kita semua harus bekerja sama.""Kalau memang ada harta karun, ini sama saja sudah sangat berjasa bagi kita. Si

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1207

    Jeje berujar sambil terkekeh, "Hehehe. Makin kacau makin seru! Kalau kacau, itu artinya ada banyak hal menarik yang akan terjadi!"Roselia menimpali, "Tapi lihat saja situasi sekarang, padahal empat keluarga besar di dunia bela diri kuno sudah benar-benar sendirian. Mereka bahkan masih nekat mau mengejar dan memburu Pelindung Kebenaran!"Erna berucap dengan nada tenang, "Biar saja mereka melakukan apa yang mereka mau, tapi soal kerusuhan di area terlarang ini, kita tetap harus berhati-hati!"Kamelia menambahkan, "Benar, aku juga pernah dengar tentang kerusuhan area terlarang di dunia kultivator kuno. Setelah kekacauan itu, pasti akan ada ancaman besar bagi dunia bela diri kuno!"Yoga bertanya dengan penasaran, "Kak Kamelia, kenapa bisa begitu?"Kamelia menjelaskan dengan tenang, "Setiap kali terjadi kerusuhan di area terlarang, pasti akan ada beberapa makhluk berbahaya yang berhasil melarikan diri. Sayangnya, orang-orang di dunia kultivator kuno nggak akan repot-repot mengurusnya."Yog

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1206

    Karina dan Nadya berdiri di ambang pintu. Mereka menatap Yoga dan Winola yang berada di sofa dengan ekspresi kaku. Posisi kedua orang itu terlihat begitu aneh dan mencurigakan."Cepat lepaskan aku!" Wajah Winola langsung memerah karena malu dan marah. Dia berusaha sekuat tenaga untuk meronta. Baru setelah itu Yoga buru-buru melepaskannya. Dia menggaruk kepalanya dengan kikuk dan merasa suasana menjadi sangat canggung.Winola merapikan lengan bajunya, lalu mengalihkan pandangannya ke Karina dan Nadya. Tanpa berkata apa-apa, dia bergegas meninggalkan vila dengan langkah cepat.Karina dan Nadya sama sekali tidak menyapa Winola. Mereka hanya diam sampai Winola benar-benar pergi, lalu serempak menatap Yoga dengan pandangan tajam."Wah, mengharukan sekali. Jadi benar dugaan kami, kamu ini benar-benar nggak pernah puas. Masih saja bermain di belakang kami," sindir Karina.Nadya menimpali, "Aku juga sempat curiga. Mana mungkin hari ini kamu nggak ke mana-mana?""Kalau keluar pun, pasti ada ban

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1205

    Sutrisno menepuk meja dengan keras. Raut wajahnya penuh keyakinan dan semangat."Apa? Kerja sama lagi?" Wajah orang-orang dari Keluarga Husin langsung pucat pasi. Mereka menatap Sutrisno dengan pandangan kosong dan pasrah.Setiap kali bekerja sama dengan Bimo, mereka selalu harus mengalami kerugian besar seperti digerogoti habis-habisan. Sekarang, masih harus kerja sama lagi?Luna yang juga merasa sedikit gentar pun berucap dengan suara pelan, "Sebenarnya bisa tanpa kerja sama juga.""Benar, kita juga bisa melakukan penyelidikan lebih dulu sebelum memutuskan sesuatu," timpal Winola dengan suara rendah."Nggak, kita harus dapat dukungan dari Tuan Bimo. Bagaimanapun, dia adalah yang terkuat di antara kita semua. Dengan bantuannya, semuanya akan beres dengan mudah!" seru Sutrisno dengan penuh semangat. Wajahnya begitu bersemangat, seperti penggemar berat yang memuja idolanya.Semua orang hanya bisa terdiam. Sikap Sutrisno benar-benar seperti penggemar garis keras dari Bimo."Ya sudah, kam

DMCA.com Protection Status