Tidak lama kemudian, transaksi ini pun selesai. Yenny memberikan kontrak itu kepada Yoga sambil berkata, “Pak Yoga, silakan tandatangani kontrak ini. Setelah itu, hotel ini akan langsung jadi milik Bapak. Aku merasa sangat terhormat karena bisa melayani Bapak.”Yoga pun memberikan kontrak itu kepada Karina dan berkata, “Karina, kamu saja yang tanda tangan. Hotel ini untukmu.”Karina tidak menerima kontrak itu dan hanya duduk mematung di kursinya. Dia masih belum tersadar dari keterkejutannya. Orang lainnya juga merasa sangat tercengang dan tidak percaya bahwa ini adalah kenyataan. Transaksi sebesar 20 triliun itu sudah selesai hanya dalam hitungan menit? Bu ... bukannya ini terlalu luar biasa?Kemudian, Hendrik mencibir, “Yoga, buat apa kamu mengundang seorang aktris untuk bersandiwara bersamamu? Memangnya kamu anggap kami ini orang bodoh?”Yanti juga berkata dengan ekspresi suram, “Kak Ambar, apa maksud kalian? Apa kalian nggak peduli lagi sama harga diri kalian demi memuaskan kesombo
Ambar berkata, “Yanti, jangan pergi dulu. Makanannya masih belum disajikan. Biasanya, kalian pasti nggak rela pesan makanan-makanan ini, ‘kan? Hari ini, aku akan traktir kalian supaya kalian bisa makan dengan puas.”“Ah, oke! Oke!” Yanti dan Hendrik tentu saja tidak berani “membantah”. Mereka hanya bisa menahan kekesalan mereka. Setelah makan dengan cepat, Yanti dan Hendrik pun buru-buru mengakhiri pertemuan ini. Saat baru berjalan keluar dari ruang privat, mereka menyadari ada bahwa ada sekelompok orang yang sedang berkerumun di lobi hotel.Ada seorang wanita paruh baya yang tidak berhenti menangis sambil berteriak, “Apa ada dokter di lokasi? Aku mohon, tolonglah suamiku. Aku pasti akan memberikan imbalan yang besar untuk kalian.”“Ada apa ini?” tanya Yoga sambil berjalan mendekat dengan kening berkerut.Yenny buru-buru menghampirinya dan menjawab, “Pak Yoga, ada seorang tamu VIP yang tiba-tiba pingsan seusai makan. Aku sudah menelepon ambulans, tapi ini adalah jam pulang kerja. Ambu
Setelah mendengar jawaban itu, Yoga lebih yakin lagi bahwa pasien bukan mengalami hipotermia. Berhubung struktur tubuh manusia sangat ajaib, hipotermia hanya mungkin terjadi sekali dalam hidup seseorang dan tidak mungkin kambuh berulang kali.Yoga pun segera maju dan memeriksa denyut nadi pasien. Begitu selesai melakukannya, Yoga langsung kegirangan. Pasien sedang mengalami kondisi “panas di dalam dan dingin di luar”. Dengan kata lain, ada “api bumi” yang sedang menyala di dalam tubuh pasien dan menyerap suhu tubuh pasien sehingga permukaan tubuhnya terasa dingin.Pasien pasti sering berhubungan dengan api bumi dan mungkin tinggal di tempat yang mengandung api bumi sehingga api bumi sering “meledak” di dalam tubuhnya. Yoga akhirnya menemukan api bumi juga. Dengan begitu, ibunya sudah bisa tertolong. Pada saat ini, karyawan hotel telah mengeluarkan alat pemanas seperti pemanas listrik, kompor, dan sebagainya. Saat mereka hendak menaruhnya di dekat pasien, Yoga buru-buru berseru, “Berhe
Begitu mendengar usulnya, semua orang segera tersadar. Istri pasien juga buru-buru menatap Yoga dan berkata, “Sobat, aku mohon tolonglah suamiku. A ... aku akan bersujud padamu ....”“Berdoa saja semuanya masih belum terlambat,” jawab Yoga. Kemudian, dia memberi perintah, “Cepat gunakan semua es batu itu untuk menutupi tubuh pasien.”Para karyawan buru-buru menutupi seluruh tubuh pasien dengan es batu. Begitu menyentuh tubuh pasien, semua es batu itu langsung meleleh akibat suhu tinggi di dalam tubuh pasien. Kecepatan melelehnya juga sangat cepat dan terlihat jelas.Yoga pun memerintahkan karyawan hotel untuk lanjut menaruh es batu ke atas tubuh pasien. Setelah mengulangi proses ini hingga empat kali, kecepatan meleleh es batu baru kembali menjadi normal.Pada saat ini, kelainan pada tubuh pasien juga sudah hilang. Pembuluh darahnya yang membengkak kembali menyusut, napas dan detak jantungnya juga kembali normal. Wajahnya yang sebelumnya pucat pasi pun kembali merona. Kemudian, pasien
“Kenapa? Kalau bukan berkat aku, Yoga juga nggak mungkin mendapatkan kembali aset keluarganya. Selain itu, dia juga sudah hidup gratis di rumah kita selama bertahun-tahun. Nggak ada salahnya kita menerima hotel ini sebagai imbalan,” ujar Gatot dengan terburu-buru.Karina berkata, “Tapi ....”“Karina, anggap saja hotel ini adalah pembalasan jasa dariku atas kebaikanmu selama ini. Oh iya, kalian nggak usah khawatir soal pernikahan Lili lagi kelak. Aku punya rencana sendiri,” tutur Yoga.Ambar memelototi Yoga dan berdesah, “Haih, Lili itu anak yang baik. Kenapa dia bisa punya kakak seboros kamu. Uang 20 triliun itu bukannya digunakan dengan baik, malah digunakan untuk membeli hotel ini. Karina mana pernah berkecimpung di bisnis hotel ....”Yoga malas mendengar ceramah mereka dan segera membawa Lili meninggalkan tempat ini....“Yoga, kamu lagi di mana?” tanya Nadya setelah teleponnya tersambung.“Aku lagi di rumah. Kenapa?” jawab Yoga.Nadya bertanya lagi, “Apa orang tuaku pernah pergi me
“Gawat!” Yuli tiba-tiba menepuk pahanya, lalu berseru, “Pak Gubernur seharusnya akan segera tiba. Kalau bertemu dengan orang semacam ini di rumah kita, pamor keluarga kita pasti akan menurun dan kita juga akan diremehkan. Nggak bisa, Yoga harus cepat pergi dari sini.”Jafar juga merasa panik dan berkata, “Sialan! Aku benar-benar sudah pikun! Kenapa aku bisa melupakan hal sepenting itu. Yoga, cepat pergi! Jangan bilang kamu pernah datang ke rumah kami!”Yoga benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi dua orang yang gila kuasa ini. Namun, sebelum Yoga sempat bergerak, sebuah mobil mewah pun melaju memasuki halaman rumah ini. Jafar dan Yuli langsung merasa putus asa.“Gawat, Pak Gubernur sudah datang! Bagaimana ini?”“Yoga, ka ... kamu sudah mencelakai kami!”“Jangan panik dulu. Yoga, bersembunyilah di dalam kamar. Jangan bersuara ya! Kalau Pak Gubernur menyadari keberadaanmu, aku nggak akan mengampunimu!” ujar Jafar. Setelah itu, dia mendorong Yoga masuk ke sebuah kamar dengan kua
Begitu melihat amplop itu, Yanto langsung marah dan berseru, “Jafar, aku sangat menghormati kalian. Jadi, aku harap kalian jangan menggunakan cara seperti ini untuk menghinaku.”“Pak Yanto, maaf. Aku nggak bermaksud untuk bersikap nggak sopan terhadapmu,” ujar Jafar dengan buru-buru.Siska buru-buru menengahi, “Oh iya, Yanto, bukannya kamu masih harus menghadiri sebuah rapat yang sangat penting? Aku lihat waktunya sudah hampir tiba.”Yanto menepuk dahinya, lalu mendesah, “Haih, aku benar-benar sudah pikun! Jafar, Yuli, kalau begitu, kami pamit dulu ya.”Jafar dan Yuli langsung panik. Selain gagal meminta bantuan Yanto, sepertinya mereka juga sudah menyinggung Yanto. Ini benar-benar hal yang sangat gawat. Mereka pun berusaha membujuk Yanto untuk tinggal, tetapi Yanto sudah membulatkan tekad untuk pergi.Begitu berjalan sampai di pekarangan, Siska tiba-tiba melihat mobil Yoga dan berseru gembira, “Eh, Yanto, coba lihat. Bukannya itu mobil Yoga?”“Benar! Jafar, apa Yoga juga sedang bertam
Yoga memang sedang mencari api bumi. Jadi, dia pun mengangguk dan menyetujui undangan itu.Yanto merasa sangat gembira dan berkata pada Jafar, “Jafar, hari ini, aku rebut Yoga dari kamu dulu ya. Kapan-kapan, kita baru buat janji untuk ketemu lagi.”Setelah itu, Jafar dan Siska pun membawa Yoga meninggalkan tempat ini. Begitu tersadar dari keterkejutannya, Jafar buru-buru berteriak pada Yoga, “Yoga, kalau ada waktu, sering-sering datang bertamu ya ....”Setelah mereka pergi, Jafar dan Yuli langsung mengerumuni Nadya, lalu bertanya, “Nadya, siapa sebenarnya Yoga? Jangan bilang dia cuma seorang satpam di perusahaan kalian.”Jangankan Jafar dan Yuli, bahkan Nadya sendiri juga merasa sangat terkejut. Dia pun menjawab, “Dia memang hanyalah seorang satpam di perusahaanku ....”“Sembarangan!” Jafar berkata, “Mana mungkin seorang gubernur akan bersikap begitu sopan pada seorang satpam? Mungkin saja Yoga punya identitas tersembunyi. Kita harus bertanya padanya dengan jelas!”Tidak lama kemudian,
"Sebaiknya kamu pikirkan baik-baik. Ini adalah terakhir kalinya aku menawarkan kesempatan padamu!" ucap Winola sambil menatap Yoga dengan dingin.Sorot matanya sangat tajam. Dalam hatinya, Winola sebenarnya merasa sangat muak. Dia enggan mengorbankan kebahagiaannya sendiri demi mengetahui rahasia Yoga."Mau berapa kali pun tawaranmu, aku nggak peduli. Kalau nggak ada hal penting, segera pergi," usir Yoga dengan nada jengkel."Kamu tahu nggak? Sekarang, ada banyak orang mengincar rahasia Pil Ketenangan Jiwa. Keluarga Kusuma dan Keluarga Husin sudah tahu tentang rahasia itu!" ujar Winola dengan marah."Oh ... terus kenapa?" tanya Yoga yang mengangkat alis dan terlihat bingung.Keluarga Husin memang tahu rahasianya, tetapi sekarang Keluarga Kusuma juga tahu. Kemungkinan mereka sudah bersekongkol atau mungkin ada yang membocorkannya."Kenapa? Mereka adalah keluargamu, tapi terus-menerus memanfaatkanmu. Apa kamu nggak marah? Lebih baik kamu kasih tahu aku juga, biar aku bisa ikut bersaing m
"Sekarang, rahasianya sudah kuberi tahu. Sebaiknya kamu cepat pergi. Jangan ganggu kami lagi. Kami cuma mau hidup tenang," ujar Ayu sambil menyeka air mata. Raut wajahnya penuh dengan kesedihan dan keputusasaan."Oke!" jawab Farel. Dia bangkit dan hendak pergi, tetapi malah tiba-tiba berhenti dan berbalik.Farel menatap Yoga sambil mengernyit, lalu bertanya, "Kalau begitu, kenapa kamu sendiri nggak mencari nadi naga dan kunci untuk menyatukan negeri?""Apa gunanya bagiku? Negeri ini sudah bersatu, makmur, dan kuat. Untuk apa aku mencari rahasia yang nggak lagi relevan?" balas Yoga dengan tenang."Hmph! Dasar sok suci!" maki Farel sebelum pergi.Setelah kembali, Farel tidak langsung memberi tahu Keluarga Kusuma, melainkan menuju rumah Keluarga Husin dan merencanakan cara untuk menemukan nadi naga.Kemudian, Farel memanggil kultivator-kultivator prajurit yang masih ada di sekitar dan memberitahukan rahasia itu kepada mereka.Informasi ini langsung menghebohkan Keluarga Husin. Mereka sege
Setelah menerima telepon, Yoga langsung datang ke tempat di mana Ayu berada. Ketika melihat Farel ada di sampingnya, dia langsung terlihat kesal. Apa yang dilakukan orang itu di sini?"Nak, kamu jelaskan saja rahasia Pil Ketenangan Jiwa padanya," ucap Ayu dengan suara kecil sambil menunduk. Ada rasa sedih dan keraguan di dalam hatinya."Kamu dengar, 'kan? Yoga, lebih baik kamu kasih tahu rahasianya. Kalau nggak, akan ada lebih banyak orang yang terseret karena hal ini," ujar Farel dengan nada dingin. Tatapannya penuh ejekan dan ketidakpedulian terhadap Yoga."Kamu ... mau tahu rahasia Pil Ketenangan Jiwa?" tanya Yoga dengan ekspresi agak berubah. Aura membunuh mulai terpancar dari dirinya.Rahasia Pil Ketenangan Jiwa memang diinginkan oleh banyak orang. Selain Keluarga Kusuma, sekarang bahkan Keluarga Husin juga ingin ikut campur?Farel membalas dengan angkuh, "Cepat kasih tahu, supaya aku nggak perlu cari Lili lagi.""Apa?" tanya Yoga. Dia langsung terlihat sangat marah dengan mata be
Ucapan Farel mengejutkan semua orang di sana."Apa? Kenapa dia bisa nggak tahu? Apa ayahnya juga nggak tahu?" tanya Luna dengan kaget."Aku nggak yakin Arjuna tahu atau nggak, tapi Yoga sudah pasti nggak tahu. Masalah ini sudah pernah menggemparkan dunia bela diri kuno sebelumnya. Biarpun begitu menghebohkan, tetap nggak ada yang tahu rahasianya," jelas Farel sambil menggeleng."Sial, sepertinya satu-satunya jalan adalah mencari Arjuna. Gimana kita bisa mendapatkan rahasia Pil Ketenangan Jiwa ini?" gumam Luna sambil mengernyit."Nggak ada yang bisa memastikan apakah Arjuna masih hidup atau sudah mati. Keberadaannya juga menjadi misteri. Gimana kita bisa mencarinya?" ucap Farel dengan cuek sambil mengangkat bahunya. Dia sudah pernah memikirkan berbagai kemungkinan yang ada sebelumnya."Sialan! Gimana sekarang?" ucap Luna sambil menghela napas frustrasi."Tenang, serahkan saja padaku. Tapi, aku punya syarat. Kalau rahasia Pil Ketenangan Jiwa benaran didapatkan, 70% manfaatnya harus diber
Pada saat yang sama, di Kediaman Kusuma."Jadi ini Pil Ketenangan Jiwa? Apa rahasia yang tersembunyi di dalamnya?" tanya Luna sambil menatap dingin pria yang berlutut di bawah."Aku juga nggak tahu. Dia hanya memberiku pil itu tanpa mengatakan apa-apa. Dia pasti ingin menjadikanku tumbal!" sahut pria itu dengan raut muram. Dia berlutut ketakutan di sana.Pria yang diberikan Pil Ketenangan Jiwa oleh Yoga ini baru mau pergi ketika orang-orang Keluarga Kusuma tiba-tiba mengadangnya. Dia seketika tahu bahwa situasinya tidak baik."Begitu banyak orang yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi kenapa dia hanya memberikannya padamu?" tanya Luna lagi sambil mengernyit. Dia mengamati Pil Ketenangan Jiwa itu dengan ekspresi bingung."Aku benaran nggak tahu. Aku nggak bohong!" ucap pria itu dengan panik. Dia sudah berusaha menjelaskan semuanya, tetapi lawan bicara sama sekali tidak mau percaya.Situasi pria ini memang mencurigakan. Sebab, dia adalah orang pertama yang diberikan Pil Ketenangan J
Yoga menatap pria di depannya dengan alis berkerut dan ekspresi muram. Setelah beberapa saat, akhirnya dia menghela napas. Sepertinya pria itu tidak berbohong."Kalau kamu mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa, apa kamu akan memberikannya ke Keluarga Kusuma?" tanya Sutrisno ingin tahu."Nggak, kebanyakan dari kami yang sudah mendengar kabar ini memutuskan untuk mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa sendiri, baru mencari tahu rahasianya. Kami tahu Keluarga Kusuma nggak mungkin membagikan jawabannya," ujar pria itu dengan ekspresi kaku.Yoga mengernyit. Sepertinya semua masalah kali ini adalah ulah Keluarga Kusuma ...."Aku punya ide," bisik Sutrisno di telinga Yoga.Yoga tertegun sejenak usai mendengar ide Sutrisno. Keduanya saling memandang, memutuskan dalam diam bahwa ide itu cukup bagus."Karena kamu begitu menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, aku akan berikan padamu!" ucap Yoga sambil menyerahkan sebutir Pil Ketenangan Jiwa pada pria itu."Hah? Apa?" gumam itu sambil menatap Yoga dengan raut tidak
Sutrisno terdiam menatap Yoga. Apa pria itu ingin memperdaya dirinya? Yoga benar-benar tidak tahu malu. Dia berencana untuk membuat dirinya menanggung semua bahaya!Sutrisno berucap, "Kalau memang ada rahasia, katakan langsung padaku. Kalau nggak ada, jangan mempermainkanku begini.""Mungkin memang ada rahasianya. Kamu cari saja sendiri!" balas Yoga.Sutrisno terdiam. Yoga ini mudah saja bicara. Akhirnya, Sutrisno menghela napas dan berkata, "Baiklah ...."Satu masalah selesai. Namun, Yoga masih harus menyelamatkan Nadya. Yoga membalas pesan dari nomor asing tadi.[ Aku akan memberimu Pil Ketenangan Jiwa. Tapi, kalau Nadya sampai celaka, kamu akan mati! ]Balasan dari orang itu segera datang.[ Taruh Pil Ketenangan Jiwa itu di meja bar Hotel Okane. ]Yoga berkendara menuju hotel itu dan meletakkan Pil Ketenangan Jiwa di tempat yang ditentukan.Pesan lain masuk ke ponsel Yoga.[ Kamu bisa pergi sekarang. Nadya ada di kamar 301 Hotel Pater! ]Yoga tersenyum sinis saat membaca pesan itu.
Di luar vila.Sutrisno yang baru masuk mobil tertegun sejenak saat melihat Yoga masih di kursinya."Sudah selesai?" tanya Yoga dengan datar."Ya. Ada yang aneh. Apa barusan kamu naik ke atas untuk mengobrol dengan Nadya?" tanya Sutrisno balik."Mengobrol apa?" tanya Yoga bingung."Aku merasa ada seseorang di atas. Terus juga ada suara-suara aneh, seperti ada yang bergulat sama Nadya. Kukira itu kamu," ujar Sutrisno sambil tersenyum canggung.Bibir Yoga berkedut-kedut. Dia lantas mendongak dan memandang ke lantai atas vila. Firasat buruk hinggap di hatinya.Bertepatan dengan itu, semua orang Keluarga Wibowo berlarian keluar. Mereka memandang sekeliling dengan panik."Nadya! Di mana kamu?""Jawab kami! Kamu di mana?""Nadya! Jangan marah. Jangan kabur dari rumah!"Orang-orang Keluarga Wibowo berteriak lantang dengan ekspresi gugup. Mereka menyadari Nadya menghilang setelah naik ke lantai atas dan tidak menemukan siapa pun di sana.Yoga menyipitkan mata. Kilat curiga melintas di sana. Jan
"Ini bukan hal baru. Dulu, ada banyak orang di dunia kultivator kuno yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi mereka semua mati," ucap Yoga dengan tenang."Kalau begitu, mungkin rumor itu ada benarnya. Buktinya, orang-orang sudah menginginkannya sejak dulu," kata Sutrisno sambil menggeleng dengan sentimental.Yoga memikirkan masalah ini dengan ekspresi serius. Kemudian, dia bertanya dengan dingin, "Siapa yang menyebarkan rumor itu?"Jika informasi ini tersebar ke makin banyak kultivator kuno, mereka pasti akan terus mengusik Yoga dan orang-orang di sekitarnya. Ini jelas adalah sebuah potensi ancaman."Siapa yang tahu? Tapi, rumor nggak mungkin muncul tanpa alasan. Apa Pil Ketenangan Jiwa benaran menyimpan rahasia untuk menguasai dunia?" tanya Sutrisno. Dia menatap Yoga dengan antusias, berharap bisa mendengar kebenarannya."Apa kamu pernah lihat orang yang berhasil menguasai dunia?" balas Yoga sambil memelototinya. Pertanyaan Sutrisno terasa sangat menggelikan di telinganya.Sutrisn