Yoga merasa bahwa itu sudah cukup. Sekecil apa pun potongan besi hitamnya, tetap saja sangat kuat dan tak terbendung.Yoga bisa merasakan, pedang ini bisa mengembangkan roh senjatanya sendiri apabila makin sering digunakan. Dengan begitu banyak besi hitam di makam, banyak sekali senjata ajaib yang bisa diciptakan olehnya.Yoga menyandang Pedang Langit tiruan di punggungnya, lalu melompat keluar dari jurang dengan kekuatan seperti bom meriam yang menghantam tanah.Ketika melihat Yoga, Sutrisno yang setia menunggu di luar segera menghampiri dan bertanya, "Gimana?""Aku menemukan barang bagus, tapi sayangnya nggak ada barang menarik lainnya. Mungkin sudah diambil orang lain atau dimakan naga itu," jawab Yoga secara asal. Dia tidak ingin menjelaskan lebih jauh."Apa? Cuma itu? Kamu sudah pergi begitu lama, tapi nggak ada harta lain?" tanya Sutrisno yang terlihat kecewa. Kemudian, matanya tertuju pada pedang Yoga. Tiba-tiba, dia menjadi bersemangat."Eh ... bukannya itu Pedang Langit?" tany
Yoga melompat tinggi, bagaikan meriam yang terbang ke arah Winola. Sutrisno yang ingin menyusul juga mengejar ke arah yang sama. Namun, dia terlalu meremehkan kekuatan Yoga.Bam!Yoga mendarat dan menghantam tanah. Tanah tersebut langsung membentuk sebuah lubang yang sangat besar dengan kepulan asap membubung.Di depan sana, dua Pelindung Kebenaran yang tertawa sinis itu sedang bersiap-siap memperlihatkan sesuatu kepada Winola. Namun, pergerakan dari belakang mereka membuat mereka tertegun."Siapa?" Kedua Pelindung Kebenaran itu mencoba menebak. Mereka menatap Yoga dengan waspada."Ternyata ... dia?" Winola berbisik pelan dengan ekspresi terkejut. Dia tidak menyangka, orang yang menyelamatkannya adalah Yoga! Winola yang sudah putus asa kini melihat secercah harapan yang terasa hangat."Bocah! Enyah sana kalau nggak mau mati. Jangan sok jago!""Nggak ada yang bisa mengadang Pelindung Kebenaran!" Dua Pelindung Kebenaran itu menatap Yoga dengan lantang dan tegas.Sementara itu, Yoga menga
Seorang Pelindung Kebenaran berseru dengan lantang."Matilah!" Farel berseru dengan marah. Tinjunya menghantam Pelindung Kebenaran itu dan membuat badannya ambruk."Percuma kalian ini empat keluarga besar dari dunia kultivator kuno, bisa-bisanya menyerang kami diam-diam. Sungguh memalukan!" protes seorang Pelindung Kebenaran."Hei, orang terpojok, atas dasar apa kamu berkoar-koar di sini?" Salah satu kultivator prajurit dari empat keluarga besar berseru."Lancarkan Formasi Puja Dewa!" Tiba-tiba, terdengar suara dari kejauhan.Para Pelindung Kebenaran yang mendengarnya terdiam, lalu memasang ekspresi tegas. Mereka menggores pergelangan tangan dan membiarkan darah mereka menetes. Seketika, sebuah formasi raksasa terbentuk.Pada saat yang sama, ada energi mengerikan yang muncul dari dalam formasi itu. Sebelas kultivator prajurit menjadi panik, seolah-olah akan bertemu dengan musuh yang mengerikan. Semuanya sontak berwaspada."Apa? Apa ini?"Orang-orang lain yang melihat situasi ini juga m
Semua orang tak kuasa berdelik.Asal tahu saja, tubuh Yoga adalah yang terkuat dari semua orang ini. Bagaimanapun, tubuhnya adalah hasil perpaduan dengan Pedang Langit dan sudah diperkaya dengan ratusan senjata ajaib tingkat jumantara. Mana mungkin terluka begitu saja? Jelas-jelas, Yoga cuma sengaja memperlihatkan sedikit darah supaya terbebas dari bahaya."Kalau bukan kamu, rasanya nggak akan ada lagi yang bisa merusak inti formasi!" ucap Markus tak berdaya."Mana mungkin? Di sini ada kultivator prajurit lainnya!" tukas Yoga. Semuanya lantas tertegun dan mengalihkan pandangan mereka ke sebelas kultivator prajurit yang ada di kejauhan.Di medan perang.Bam!Lagi-lagi suara dentuman yang membuat orang-orang dari empat keluarga besar terluka. Tempat ini bagaikan ranjau tersembunyi yang akan meledak sewaktu-waktu.Sebelas kultivator prajurit itu tampak suram. Orang-orang dari empat keluarga besar panik. Mereka saling bertatapan, tapi tidak ada yang mau menyerang. Semuanya tidak berani mel
Jangkauannya semakin luas. Orang-orang dari empat keluarga besar semakin banyak berguguran. Bahkan, ada yang tidak sempat melarikan diri sehingga diserap ke dalam uap darah."Mundur!" Saking paniknya, orang-orang dari empat keluarga besar hanya bisa meneriakkan perintah dengan keras. Saat ini, mundur adalah satu-satunya jalan keluar."Tolong aku!""Jangan buang aku, tolong!""Aku nggak mau mati, aku nggak mau!"Pada akhirnya, banyak orang dari empat keluarga besar yang tidak sempat melarikan diri. Satu demi satu jiwa menghilang. Namun, selain panik, mereka tidak punya solusi lain.Sementara itu, sebelas kultivator prajurit yang sudah terluka parah juga tidak berani melawan karena takut kehilangan nyawa. Seiring meluasnya formasi, mereka pun mundur agar terhindar dari bahaya yang semakin menjadi-jadi. Pada akhirnya, mereka hanya bisa memandang makam besi hitam dari kejauhan."Apa makam besi hitam juga akan rusak kalau formasi ini terus meluas?" ujar Sutrisno dengan wajah pucat.Semua ya
Bimo terdiam. Benak Yoga begitu hening, seperti hamparan bintang di langit. Yoga berteriak dengan kaget, "Kamu benaran menggali kuburan leluhur mereka?"Bimo menjawab, "Lebih baik cepat selesaikan. Cuma salah satu sudut dari formasi, seharusnya nggak bakal membuatmu mati." Setelah itu, suara Bimo pun menghilang.Yoga kehilangan kata-kata. Tua Bangka ini jelas-jelas membuat masalah untuknya! Gara-gara menggali makam leluhur, Bimo diburu hingga ribuan tahun? Tidak heran! Merasa tidak berdaya, Yoga memutuskan untuk mencari cara melawan formasi ini.Tubuhnya sudah menjadi semakin merah dan transparan. Satu demi satu retakan muncul di permukaan tubuhnya, seperti tanah yang retak. Tubuhnya terasa sangat tidak nyaman."Mirip yang di bawah gunung berapi Negara Sakura waktu itu ...."Tiba-tiba.Seperti petir yang menyambar, dia teringat dengan sesuatu. Waktu itu, dia menyatu dengan Pedang Langit dan ditempa menjadi lebih kuat. Kali ini, sekalipun tidak ada Pedang Langit, dia sendiri juga adalah
Semua pandangan menyatu di arah yang sama. Pada saat ini, suhu tinggi sudah melelehkan tempat ini menjadi semacam kaca yang memancarkan cahaya kemilau. Yoga yang masih berada dalam formasi juga terlihat semakin transparan.Tubuhnya sudah memerah hingga menyerupai logam yang terbakar. Retakan yang ada di permukaan tubuhnya juga sudah sirna.Sebagai gantinya, ada kerak kokoh yang muncul dan melapisi tubuhnya. Saat terjatuh ke tanah, kerak-kerak itu mengeluarkan suara tabrakan logam yang nyaring. Tubuh Yoga pun telah menjadi semakin murni.Formasi ini telah membantu Yoga menempa dan memurnikan tubuhnya sehingga menjadi semakin kokoh. Pada saat yang sama, aura yang sangat kuat meluap.Hal ini membuat Yogi, Markus, dan Agnes yang ada di kejauhan terbengong.Markus berkomentar, "Bocah ini hebat juga. Bisa-bisanya menempa diri pakai cara begini!"Agnes membalas, "Ini memang takdir dan jodohnya. Tapi, dia memang cukup bernyali melatih dirinya dengan memanfaatkan kesempatan ini."Sementara itu,
Yoga menyerang ke seluruh penjuru bagai pemburu iblis yang turun dari langit. Suara Pelindung Kebenaran yang meledak terus terdengar dari sekelilingnya. Sementara itu, Pelindung Kebenaran yang lain ketakutan sampai tidak berani mendekat.Satu demi satu petir yang berkilauan menyembur dari tubuh Yoga. Seiring waktu, auranya juga semakin memadat, seolah-olah memenuhi ruang dan waktu yang berjalan saat ini."Hajar!" Yoga berteriak. Aura membunuhnya memancar. Kemudian, sosok tubuhnya terus bermunculan di berbagai titik di lokasi tersebut.Semua Pelindung Kebenaran terkesiap melihat jurus yang dipakai Yoga. Mereka sama sekali tidak bisa menebak tingkatan kultivatornya."Formasi Puja Dewa nggak pernah gagal sebelum ini. Siapa dia sebenarnya?""Terlalu kuat. Dia akan menjadi musuh kita kelak, ayo pergi!""Selama kita bisa bertahan hidup, pasti ada jalan keluarnya. Kita perlu memberi tahu soal orang ini kepada Pelindung Kebenaran lain!" Semuanya bersuara dengan tidak tenang.Kemudian, satu dem
"Jangan menahan diri lagi! Selama orang ini nggak mati, kita semua nggak akan tenang!"Sekejap kemudian, ketiga kultivator prajurit itu serentak menyerang Yoga dengan penuh amarah dan kebencian. Wajah mereka memancarkan kemarahan yang meluap-luap. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan niat membunuh.Namun, kekuatan Yoga saat ini sudah mencapai puncak kultivator jenderal tahap jumantara. Dia hanya tinggal selangkah lagi untuk menembus ke tingkat kultivator raja, bahkan bisa dibilang satu kakinya sudah berada di sana. Mana mungkin ketiga kultivator prajurit ini bisa menjadi lawannya?Dengan tenang, Yoga mengangkat tinjunya yang memancarkan kilatan petir terang. Listrik memelesat ke segala arah.Hanya dengan satu pukulan, ketiganya langsung terpental keras ke tanah. Kekuatan penghancur yang dahsyat itu membuat mereka muntah darah. Tubuh mereka dipenuhi luka-luka yang begitu mengerikan hingga membuat siapa pun bergidik ngeri.Ketiga kultivator prajurit itu menatap Yoga dengan wajah penuh k
Dalam sekejap, suasana di sekitar mereka menjadi tegang dan mencekam. Udara terasa begitu berat, seperti ditindih sesuatu yang menakutkan.Yoga dan yang lainnya segera menoleh ke arah suara itu dan memandang orang-orang yang baru tiba. Begitu melihat bahwa itu adalah tiga orang kultivator prajurit, mereka langsung mengernyit."Kalian balik lagi?" Yoga dan yang lainnya terkejut. Perlu diketahui, kemunculan sisik hitam sebelumnya yang menyelamatkan mereka dari serangan para kerangka. Fakta bahwa tiga orang ini berhasil sampai di sini pasti berkaitan dengan ledakan besar barusan."Farel di mana? Kenapa dia nggak bareng kalian?" tanya Yoga sambil menatap mereka dengan tenang."Hmph! Membunuhmu cukup dengan kami bertiga. Bersiaplah untuk mati!" ucap salah satu dari mereka dengan dingin sambil langsung menyerang Yoga.Winola dan Sutrisno langsung tertegun. Raut wajah mereka menunjukkan ekspresi kaget. Mereka tidak menyangka, para kultivator prajurit ini begitu tegas dan langsung mengejar mer
Semua orang segera bergerak maju karena ingin melihat apa yang tersembunyi di depan. Pada saat yang sama, mereka menemukan sebuah lubang yang dalam di tanah. Itu tepat di lokasi tempat para kerangka tadi berada."Gawat! Mayat Yoga dan yang lainnya nggak ada!" seru Farel. Dia langsung merasakan bulu kuduknya berdiri, seolah menyadari sesuatu.Ketika yang lain melihat situasi itu, mereka juga merasa ngeri dan heran. Di momen itu juga, mereka semua menyadari bahwa Yoga pasti telah melarikan diri."Mana mungkin? Kenapa mereka nggak mati?""Apakah kerangka-kerangka itu sengaja menghindari Yoga dan yang lainnya?""Sialan! Yoga pasti sudah pergi ke tempat lain. Kita nggak boleh membiarkan dia mendapatkan harta karun itu!"Semua orang mulai panik dan marah. Kalau Yoga berhasil menemukan harta itu, siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?Farel segera memberi perintah sebelum berbalik dan masuk ke dalam lubang, "Kalian kejar Yoga! Aku akan masuk ke dalam lubang ini!"Para kultivator p
Yoga menatap Sutrisno dengan ekspresi yang makin aneh. Wajahnya memancarkan campuran rasa bingung dan canggung. Lukisan Masa Pijat? Apakah dua orang senior itu benar-benar melakukan hal yang sekeren itu?Dengan ekspresi muram, Winola berucap dengan nada dingin, "Itu namanya Lukisan Masa Depan! Bukan masa pijat. Lukisan Masa Pijat cuma trik pemasaran dari tempat-tempat pijat itu.""Oh, begitu ya? Aku benar-benar nggak tahu soal itu," jawab Sutrisno dengan raut rajah kebingungan."Kamu diam saja dulu!" seru Yoga yang memberi Sutrisno tatapan tajam. Dia tidak ingin mendengar lagi ucapannya."Lukisan Masa Depan adalah karya mereka berdua. Itu adalah 60 gambar yang meramalkan masa depan. Banyak di antaranya telah terbukti benar-benar terjadi," jelas Winola.Winola menambahkan, "Mereka bahkan menyatakan bahwa sejarah manusia akhirnya akan menuju dunia yang damai, di mana nggak ada lagi perbedaan antara hitam dan putih, utara dan selatan, kota dan desa, aku dan kamu. Semuanya akan bersatu dal
Aura kuat yang terpancar dari sosok itu membuat ketiga orang tersebut merasakan getaran dalam hati mereka. Orang itu berada di posisi yang jauh lebih tinggi, bahkan jauh di atas mereka semua.Yoga menatap bayangan itu dengan rasa penasaran yang makin besar. Dia mengerucutkan bibirnya, lalu menunjuk ke arah sosok tersebut dan bertanya dengan penasaran, "Ini ... bukannya ... Tuan Bimo?""Betul sekali!" Winola dan Sutrisno mengangguk bersamaan dengan ekspresi serius.Yoga tiba-tiba menyadarinya. Tidak heran sosok itu terlihat sangat familier. Ternyata, yang tergambar di lukisan itu adalah Bimo. Seribu tahun yang lalu, orang tua ini ternyata begitu terkenal?Yoga meledek, "Lihatlah, begitulah penampilanmu dalam catatan sejarah. Bikin iri deh."Bimo menimpali dengan bangga, "Sekarang, kamu baru sadar lagi berhadapan sama tokoh yang begitu luar biasa, 'kan?"Namun, Yoga langsung membalas, "Tapi ujung-ujungnya tetap kalah, 'kan?"Bimo kehabisan kata-kata. Sebuah kalimat dari Yoga langsung mem
"Apa?" tanya Yoga yang terkejut. Dia memandang kedua orang itu dengan tatapan kosong.Sutrisno membalas dengan bingung, "Kamu nggak tahu?""Apa aku seharusnya tahu?" ucap Yoga sambil mengerucutkan bibirnya. Dia merasa bingung sekaligus tak berdaya. Ini pertama kalinya dia mendengar tentang semua ini."Nggak aneh. Hal-hal ini cuma disebutkan di dunia kultivator kuno. Di dunia bela diri kuno, hanya sekte-sekte besar yang punya catatan tentangnya," jelas Winola dengan ekspresi serius dan suara berat."Coba aku lihat!" ucap Yoga. Dia menjadi tertarik dengan apa yang mereka bicarakan. Dia langsung menatap lukisan di dinding dan mulai memeriksanya. Gambar-gambar itu terpahat dengan sangat hidup, meskipun lebih menyerupai fragmen-fragmen peristiwa yang tidak saling berhubungan."Ada yang bisa menjelaskan ini?" tanya Yoga sambil menoleh ke arah keduanya."Biar aku saja!" Sutrisno segera maju, lalu menunjuk gambar pertama dan mulai menjelaskannya kepada Yoga, "Gambar pertama ini menunjukkan awa
"Apa!" Farel luar biasa terkejut. Matanya dipenuhi rasa tak percaya. Mana mungkin? Anak ini ternyata sekuat itu? Hanya dengan satu serangan?Akan tetapi, Farel tidak mau mengakui kekalahan. Tatapan dinginnya menyapu ke arah Winola dan Sutrisno. Kalau memang harus menghabisi mereka, semuanya harus mati!"Nggak akan ada yang keluar hidup-hidup dari sini hari ini!" ucap Farel dengan dingin.Seketika, Farel bergerak. Dia mengulurkan tangannya dari kejauhan. Kekuatan yang luar biasa tiba-tiba meledak, lalu langsung menarik Winola dan Sutrisno ke arahnya.Berhubung kekuatan mereka tidak cukup, keduanya dengan mudah diseret mendekat. Farel mencengkeram leher mereka dengan kuat. Meski terus meronta, mereka sama sekali tidak bisa melepaskan diri."Yoga, aku mau lihat, apa kamu akan memilih untuk menyelamatkan mereka!" ucap Farel sambil tertawa keras, lalu melemparkan keduanya dengan kasar.Winola dan Sutrisno dilemparkan ke dalam lubang besar. Mereka langsung menuju kumpulan pasukan tengkorak y
Pasukan prajurit tengkorak bergerak serempak dan menciptakan kegemparan besar di seluruh ruangan. Mereka memegang pedang panjang dan senjata tajam, lalu menyerbu ke arah semua orang.Farel dan kelompoknya yang merupakan para kultivator prajurit, tentu tidak takut. Mereka segera terjun ke dalam pertempuran.Seseorang berseru kaget, "Aneh, makhluk-makhluk ini ternyata punya kekuatan setara sama kultivator dasar. Di luar nalar banget!"Orang lain bertanya dengan penuh takjub, "Ada begitu banyak kultivator dari dunia bela diri kuno mati di sini? Siapa sebenarnya yang melakukan ini?"Para prajurit tengkorak itu terus ditumbangkan satu per satu oleh kelompok Farel. Pada awalnya, mereka terlihat seperti mampu mengalahkan para tengkorak itu dengan mudah. Namun, jumlah tengkorak yang sangat banyak mulai menjadi masalah."Astaga! Apa yang sebenarnya terjadi? Tengkorak-tengkorak ini bisa kembali ke bentuk semula!" seru salah satu orang dengan wajah pucat ketakutan.Semua kultivator prajurit di te
"Apa kita sudah memicu jebakannya?" kata salah seorang lagi dengan cemas dan ragu.Saat ini, semua orang cemas karena merasa ada sesuatu yang tidak beres.Namun, raksa yang mengalir di langit itu hanya berkumpul dan mengisi lengkungan karena mutiara bercahaya yang tercabut saja. Setelah itu, raksanya tidak mengalir lagi."Sepertinya nggak ada apa-apa lagi. Syukurlah," kata salah seorang sambil menghela napas lega."Ayo pergi," kata Farel sambil mengernyitkan alis dan berusaha menahan amarahnya. Semua ini karena sekelompok sampah ini, sehingga jebakannya terpicu. Jika seluruh istana ini dipenuhi dengan raksa, mereka akan mati. Namun, sekarang yang paling penting adalah segera mencari harta karun itu.Semua orang segera melanjutkan perjalanan dengan langkah yang terburu-buru. Namun, mereka mendengar ada suara langkah kaki lainnya di tempat itu. Seorang kultivator prajurit memiliki indra yang lebih tajam, sehingga mereka bisa mendengar lebih banyak suara di ruangan tertutup seperti ini."