Muncul retakan-retakan yang menyerupai jaring laba-laba di permukaan tanah selebar jurang. Di tanah, banyak sekali orang yang terbaring dan menderita akibat suara benturan yang memekakkan telinga itu.Rafi merasa yakin bahwa pedangnya telah berhasil membunuh Yoga, sehingga sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman puas. Dia bahkan tidak repot-repot mengangkat kepalanya untuk memastikan."Bocah tengik, kamu sama sekali nggak ngerti kekuatan Pedang Nawala ini! Konon, pedang ini bisa membunuh semua kultivator prajurit. Kamu terlalu meremehkannya! Anakku, akhirnya aku sudah balaskan dendammu!"Rafi tertawa dengan bangga dan perasaan puas. Namun tiba-tiba, pedang di tangannya kembali bergerak. Rafi merasa kaget dan mendongak. Ternyata Yoga sedang berdiri menatapnya dengan tenang."Cuma begini?" Yoga melirik ke pundaknya dan melihat Pedang Nawala yang mendarat di sana. Selain pakaiannya yang koyak, pedang itu tidak menimbulkan luka sama sekali pada tubuhnya.Rafi membelalakkan matanya deng
"Rafi kalah? Gila! Sehebat itu?""Haha! Bunuh dia, hari ini benar-benar menakjubkan!""Semua orang Keluarga Kusuma ini juga, ayo kita bunuh! Bunuh! Bunuh!"Para manusia hantu menjadi semakin antusias dan semangat tempur mereka semakin membara. Seolah-olah dipenuhi dengan energi yang tak terbatas, mereka dengan ganas ke arah para murid Keluarga Kusuma dengan ganas.Murid-murid Keluarga Kusuma dihajar habis-habisan hingga mengalami kekalahan. Melihat Rafi tidak berdaya di hadapan Yoga, semua murid itu pun merasa putus asa. Siapa yang bisa membayangkan bahwa seorang ahli kultivator tingkat jumantara tidak berdaya untuk melawan?Pada saat ini, Yoga berjalan dengan perlahan ke arah Rafi."Ka ... kamu mau ngapain? Aku ini Rafi! Kamu berani bunuh aku?" tanya Rafi, "Kalau aku mati, kamu harus menanggung amarah dari Keluarga Kusuma!""Rafi sialan, kalau begitu sebaiknya kamu lebih cepat mati saja! Malah sesuai keinginanku!" teriak Yoga dengan angkuh sambil menatapnya dengan marah. Dia akan memb
Begitu sosok itu berbalik, wajahnya terlihat sama persis dengan Yoga."Lagi-lagi kamu!" seru Yoga dengan kaget. Ternyata "Yoga" yang satunya lagi!"Dia ... masih belum boleh mati sekarang," jelas Yogi."Nggak bisa. Aku punya dendam besar dengannya. Dia harus mati!" Yoga tidak mau menerima nasihat dari pria itu. Dia bahkan berencana untuk merebut Rafi.Yogi berkata, "Kalau dia mati sekarang, seperti yang dikatakannya, Keluarga Kusuma akan merusak peraturan dan memicu perang berdarah. Tiba saatnya nanti, wanita-wanitamu itu juga akan dalam bahaya."Yoga mengerutkan alisnya. Dalam hatinya bertanya-tanya, apakah hal yang dikatakan Rafi tadi benar-benar akan terjadi?Setelah berpikir sejenak, dia bertanya, "Lalu apa yang mau kamu lakukan?"Yogi berkata, "Serahkan orangnya padaku, aku akan berikan nyawanya padamu."Yoga: "Dia juga bunuh ayahmu?"Yogi terdiam, lalu menarik napas dan menjelaskan, "Aku cuma bisa bilang, aku punya dendam dengannya. Biarkan aku memanfaatkannya beberapa saat, sete
Setelah mendapat lokasi Farel, Yoga membawa sekelompok manusia hantu itu bergegas ke sana. Dalam perjalanan, Yoga kembali berpesan, "Bunuh anggota Keluarga Husin sebanyak mungkin. Jangan sampai ada yang tersisa.""Ingat, geledah semua barang bawaan mereka. Kalau ada harta, langsung ambil saja semuanya! Biar aku yang hadapi Farel, jangan ada yang ikut campur. Dia masih nggak boleh mati sekarang. Tapi, kalau ada di antara kalian yang mau tanggung konsekuensinya, aku juga nggak akan menghalangi kalian!"Pada saat bersamaan, Farel terus-menerus bersin tanpa henti. Hidungnya telah digosoknya berulang kali hingga memerah."Belum ada hasil?" tanya Farel dengan lantang sambil mengernyit."Sepertinya nggak ada makam besi hitam di sini dan naga itu juga sepertinya nggak pernah singgah," lapor salah seorang bawahan Keluarga Husin."Dasar pecundang! Cepat teruskan pencarian!" desak Farel.Para murid Keluarga Husin segera bersiap-siap untuk berganti lokasi. Namun tiba-tiba, muncul banyak sekali sos
Aura manusia hantu berbeda dengan manusia. Namun, ada sesuatu yang membuat aura mereka terasa familier."Aku nggak pernah bilang." Yoga tidak mau mengaku."Huh! Aku akan melepas topengmu dan melihat wajahmu!" Farel langsung menyerbu ke depan Yoga. Kemudian, dia melayangkan tinju yang mengandung kekuatan destruktif dahsyat. Terdengar deru angin yang menakutkan. Ruang di sekitar terdistorsi.Yoga menarik napas dalam-dalam. Dia ingin melawan dengan tubuhnya. Farel mengejeknya, "Dasar bodoh! Kamu nggak tahu sehebat apa kultivator prajurit tingkat jumantara!"Farel benar-benar senang melihat Yoga tidak melakukan perlawanan. Dasar cari mati! Orang-orang di sekitar pun terbelalak dengan terkejut. Kultivator prajurit tingkat jumantara tidak bisa dilawan secara langsung.Saat berikutnya, terdengar suara benturan yang menakutkan. Gelombang sampai menghancurkan awan di langit.Tinju Farel bergetar. Dia tampak ketakutan. Dia gagal melukai Yoga. Yoga seperti gunung besar yang tidak bisa dipindahkan
"Masih ada nggak?" desak Yoga.Farel menggertakkan gigi, menatap Yoga lekat-lekat. Tebersit keheranan pada ekspresinya. Di dunia bela diri kuno, sejak kapan ada orang sekejam ini?Apa mungkin orang ini berasal dari empat keluarga besar? Atau mungkin ada ahli bela diri top yang baru menampakkan diri?Farel terpikir akan banyak kemungkinan. Namun, dia tidak akan menyangka bahwa orang di depan adalah Yoga."Kalau nggak ada lagi, aku bakal lanjutkan." Yoga mengelus pergelangan tangan, lalu menggulung lengan baju sambil menghampiri Farel."Sebentar," ucap Farel segera dengan ekspresi berubah drastis."Ada apa?" tanya Yoga."Kamu sangat kuat. Kamu seharusnya menjadi terkenal di dunia bela diri kuno. Gimana kalau pergi ke dunia kultivator kuno bersamaku? Keluarga Husin bersedia memberimu sumber daya berlimpah!" undang Farel.Yoga tersenyum merendahkan. Farel ingin menundukkannya? Yoga menggeleng sambil menimpali dengan nada menyayangkan, "Nggak deh. Reputasi Keluarga Husin kurang baik.""Apa?
"Kamu masih punya apa?" tanya Yoga.Demi menyenangkan hati Yoga, Farel mengeluarkan sebuah tas kain dan berucap, "Di dalam sini ada pil yang bisa meningkatkan basis kultivasi. Ini pil langka."Yoga menerima dan melirik sekilas. Farel tidak bohong. Sepertinya ini pil yang digunakan Farel untuk menerobos basis kultivasi.Yoga sengaja menunjukkan ketidakpuasannya. Dia mengamati Farel lagi. Farel berkata dengan tidak berdaya, "Cuma itu yang kupunya sekarang. Aku datang terlalu terburu-buru tadi ...."Setelah merenung sejenak, Yoga berujar, "Aku punya dendam dengan Keluarga Bramasta dari dunia kultivator kuno. Kamu sudah tahu apa yang harus dilakukan, 'kan?""Ya. Aku akan menyuruh orang menyerang mereka," sahut Farel.Yoga mengangguk. Dia berhasil memeras Farel kali ini. Hanya saja, alangkah baiknya jika dirinya juga bisa membunuh Farel.Pada akhirnya, Yoga melepaskan Farel. Setelah terlepas dari Yoga, Farel langsung melarikan diri. Dia tidak sempat memedulikan orang-orangnya lagi. Para ang
Yoga sontak paham apa yang terjadi. Mereka menangkap Winola. Kinerja para manusia hantu ini cepat juga. Kelak, mereka bisa mendatangkan bantuan besar."Winola berhasil ditangkap. Aku pergi dulu," ujar Yoga. Kemudian, dia langsung pergi."Oke, aku juga mau pulang dan minta uang dari Keluarga Salim," timpal Sutrisno.Keduanya berpisah. Tidak berselang lama, Yoga tiba di lokasi orang Keluarga Bramasta dan langsung bersembunyi.Terlihat banyak darah dan mayat di sini. Pasti telah terjadi pertarungan sengit. Keluarga Bramasta menderita kerugian besar, tetapi tidak menemukan makam besi hitam."Cepat lepaskan aku! Aku dari Keluarga Bramasta! Kalau berani macam-macam, akan kuhabisi kalian semua!" pekik Winola sambil menatap para manusia hantu dengan galak."Kenapa memangnya? Asal kamu tahu, kami telah membunuh orang Keluarga Husin dan Keluarga Kusuma!" timpal Prajna dengan ekspresi angkuh."Apa?" Ekspresi Winola menegang. Tebersit kepanikan pada tatapannya. Ternyata Keluarga Husin dan Keluarga