"Sengaja menuduhmu? Kalau begitu, kamu mau bagaimana menggantinya?" tanya Jason sambil menatap Janice dan tidak bergerak sedikit pun. Ekspresinya tetap dingin, tetapi tatapannya penuh dengan emosi.Janice mengabaikan tatapan Jason dan berkata dengan tenang, "Berapa harga tongkatmu? Kirimkan tagihannya padaku, aku akan menggantinya. Aku masih ada urusan, aku pergi dulu."Setelah berkata demikian, Janice mendorong lengan Jason yang menghalanginya dan bersiap untuk pergi.Jason tidak menghalangi Janice dan hanya mendengus. Tangannya yang bertumpu pada pilar terkepal erat. Tubuhnya yang tegak pun membungkuk, seolah-olah menahan rasa sakit yang luar biasa.Janice refleks mengangkat tangannya saat melihat kondisi Jason, tetapi dia kembali menahan diri dan memaksa dirinya berbalik.Namun, saat Janice baru saja melangkah, Jason langsung meraih pergelangan tangan Janice. Tubuhnya langsung menekan punggung Janice, sehingga napasnya bisa terasa jelas di telinga Janice. "Jangan pergi."Janice lang
"Minumlah."Saat menghidangkan teh ke hadapan Jason, Janice baru menyadari apa yang sudah dilakukannya. Dia berusaha menekan emosinya dan segera menjelaskan, "Aku hanya takut kamu membuat keributan dan menarik perhatian orang di luar."Setelah menatap wajah Janice selama beberapa detik, Jason mengambil cangkir itu dan berkata dengan pelan, "Memangnya aku nanya?"Janice menggigit bibirnya, lalu segera berdiri dan hendak pergi.Namun, Jason segera meraih pergelangan tangan Janice dengan tatapan muram dan berkata dengan nada datar, "Temani aku duduk dan minum teh sebentar."Janice menarik tangannya dengan tegas dan berkata dengan dingin, "Lepaskan aku. Lebih baik nggak. Kalau sampai terlihat orang lain, pasti akan berdampak bagi reputasi Pak Jason."Jason hanya menatap Janice dan tertawa, tetapi dia menurunkan kembali tangannya yang sudah terangkat.Janice berjalan ke pintu dan mencoba untuk membukanya, tetapi setelah ditarik beberapa kali pun pintu tetap tidak terbuka. Seolah-olah tering
"Apa aku harus kenal dia?" Jason mengangkat cangkir tehnya dan menyesapnya sedikit untuk meredam rasa tidak nyaman di tubuhnya."Dia ... rekan kerja baru. Dia sengaja minta aku datang ke sini untuk mentraktir," jawab Janice sambil melirik ke arah pintu.Jangan-jangan pintu ini dikunci Fiona?Jason menangkap maksudnya dan berkata dengan suara dalam, "Kalian pernah ada masalah sebelumnya.""Memangnya aku bisa bilang aku nggak tahu?"Janice masih merasa semua ini sangat aneh. Jason memutar cincin giok di jarinya, alisnya sedikit berkerut. "Orang yang mengunci pintu ini pasti tahu kita ada di sini."Mendengar hal itu, Janice langsung tersadar. Dia mengulurkan tangannya ke arah Jason. "Ponsel.""Kena tumpahan anggur, jadi rusak," jawab Jason."Pas sekali, ya?" Janice merasa ini terlalu kebetulan."Kalau begitu, mau coba geledah aku?" Jason mengangkat kedua tangannya.Di bawah cahaya lampu, cincin giok merah di jarinya terlihat mencolok, begitu juga cincin kawin di jari tengahnya. Janice men
Sesuai aturan, krematorium tidak mengizinkan keluarga untuk menyaksikan proses kremasi. Namun, Janice Sinclair membayar sejumlah uang agar bisa masuk ke ruang pembakaran. Dengan langkah goyah, dia menopang tubuhnya yang lemah di samping ranjang besi yang dingin.Udara di dalam ruangan terasa panas, dengan abu yang beterbangan di bawah cahaya matahari. Mungkin itu adalah sisa-sisa tulang yang sudah terbakar.Tak lama lagi, putri kesayangannya, Vega, juga akan berubah menjadi abu yang sama.Janice mengenakan gaun hitam panjang. Meski sudah memakai ukuran terkecil, gaun itu tetap tak bisa menyembunyikan tubuhnya yang kurus dan ringkih. Matanya yang sembap dan merah karena terlalu banyak menangis, kini terlihat begitu tenang seolah-olah air mata itu telah mengering.Dengan perlahan, dia menyentuh tangan kecil Vega yang kaku dan pucat di bawah kain putih itu. Di telapak tangan putrinya, Janice meletakkan dua bintang kertas berwarna merah muda yang dia buat sendiri."Vega, tunggu Mama, ya."
Dia telah kembali! Janice telah kembali ke masa lalu!Tanpa memedulikan ekspresi terkejut dari orang-orang di sekelilingnya, Janice mencubit dirinya sendiri dengan keras. Rasa sakit itu langsung menjalar ke seluruh tubuhnya dan air matanya menggenang di matanya."Apa yang kamu tangisi! Memangnya keluarga kami yang buat salah sama kamu?" Terdengar suara yang penuh wibawa dari kursi utama.Janice tersadar dan segera mendongak. Dia berhadapan dengan tatapan kesal dari Tuan Anwar yang sedang duduk di sana. Janice segera menundukkan kepala dan bersikap rendah diri seperti biasanya. Meski demikian, tubuhnya gemetaran karena menahan kegembiraan yang meluap.Terdengar bisikan yang mencemooh dari orang-orang di sekelilingnya."Masih muda begini sudah nggak tahu malu. Berani-beraninya dia racuni Jason dan menidurinya. Sekarang sudah jadi skandal heboh di kota ini. Dia itu jelas-jelas mau maksa Jason bertanggung jawab, tapi malah nggak berani ngaku. Entah gimana didikannya selama ini.""Bukan ora
Vania adalah putri keluarga kaya yang telah terpuruk. Tiga tahun lalu, Jason mengumumkan hubungannya dengan Vania kepada publik. Bahkan, dia mengadakan acara pertunangan tanpa menghiraukan pertentangan dari Anwar.Seketika, Vania menjadi wanita yang paling membuat orang iri di seluruh kota. Orang luar menganggapnya berpenampilan cantik, berhati baik, dan memiliki kepribadian yang anggun. Hanya Janice yang mengetahui sosok asli Vania yang sebenarnya.Jika tidak menjadi desainer, Vania mungkin bisa jadi aktris!Dengan kecerdikan dan kelicikannya, Vania tentu memahami maksud dari tuduhan Janice. Pernikahannya dengan Jason sudah tertunda selama tiga tahun dan dia sudah tak sabar untuk menjadi bagian dari Keluarga Karim.Sesuai dugaan ....Vania segera melangkah maju, lalu bersujud dengan tulus di tempat Janice berlutut sebelumnya."Ini salahku! Postur tubuhku hampir mirip sama Janice dan wajah kami juga agak mirip. Karena itulah, orang luar jadi salah paham."Namun, seseorang di samping me
Di bawah tatapan dingin Jason, Janice mencoba menenangkan diri dan menggigit bibirnya erat-erat. Namun, kenangan delapan tahun penderitaan dari kehidupan sebelumnya membuat ujung jari-jarinya bergetar dan dia tak bisa menahan diri untuk memalingkan wajahnya.Jason tak lagi melihat ke arahnya. Dia berkata dengan nada mengejek, "Mau hamil diam-diam?"Janice mengerutkan alisnya, lalu melirik sekilas ke arah Ivy. Obat itu dibeli oleh Ivy, tapi apakah Ivy belum juga mengurungkan niatnya untuk membuat Janice menikah dengan Jason?Namun, saat Janice melihat Ivy gemetar ketakutan di bawah tatapan dingin Jason, dia sadar bahwa ibunya tak mungkin berani berbuat apa pun di hadapan Jason. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?Janice mendongak dan melihat tatapan semua orang mengarah padanya. Di antara semua tatapan itu, ada satu yang paling mencolok, yaitu Vania. Senyuman di sudut bibir Vania terlihat seperti sedang mengejeknya, mengingatkan Janice pada mimpi buruk dari masa lalu.Benar saja, detik b
Ruang aula begitu luas, tetapi suasana di sekitar Jason terasa mencekam. Udara seolah-olah membeku dan menekan semua orang hingga sulit bernapas. Dia tetap diam, tapi semua orang tahu dia sedang marah.Jason mengeluarkan kotak rokok, lalu mengambil sebatang dan menyalakannya. Asap putih yang dihembuskannya menyelimuti wajahnya dan dia menatap Janice melalui kabut tipis itu dengan pandangan yang sulit diartikan."Pergi," katanya dengan dingin.Anwar yang juga tampak tidak senang, melambaikan tangannya dengan isyarat yang sama.Ivy segera membantu Janice berdiri.Namun, Janice menarik tangannya dan berdiri tegap di tengah aula. Dengan suara yang lantang, dia berkata, "Kalau keberadaanku di sini membuat semua orang nggak nyaman, aku akan segera pindah. Terima kasih atas perawatan Anda selama bertahun-tahun, Pak Anwar."Janice ingin pergi dengan bermartabat dan tanpa keraguan sedikit pun. Dia tidak lagi takut dan berhati-hati seperti di kehidupan sebelumnya. Setelah menyampaikan kata-katan
"Apa aku harus kenal dia?" Jason mengangkat cangkir tehnya dan menyesapnya sedikit untuk meredam rasa tidak nyaman di tubuhnya."Dia ... rekan kerja baru. Dia sengaja minta aku datang ke sini untuk mentraktir," jawab Janice sambil melirik ke arah pintu.Jangan-jangan pintu ini dikunci Fiona?Jason menangkap maksudnya dan berkata dengan suara dalam, "Kalian pernah ada masalah sebelumnya.""Memangnya aku bisa bilang aku nggak tahu?"Janice masih merasa semua ini sangat aneh. Jason memutar cincin giok di jarinya, alisnya sedikit berkerut. "Orang yang mengunci pintu ini pasti tahu kita ada di sini."Mendengar hal itu, Janice langsung tersadar. Dia mengulurkan tangannya ke arah Jason. "Ponsel.""Kena tumpahan anggur, jadi rusak," jawab Jason."Pas sekali, ya?" Janice merasa ini terlalu kebetulan."Kalau begitu, mau coba geledah aku?" Jason mengangkat kedua tangannya.Di bawah cahaya lampu, cincin giok merah di jarinya terlihat mencolok, begitu juga cincin kawin di jari tengahnya. Janice men
"Minumlah."Saat menghidangkan teh ke hadapan Jason, Janice baru menyadari apa yang sudah dilakukannya. Dia berusaha menekan emosinya dan segera menjelaskan, "Aku hanya takut kamu membuat keributan dan menarik perhatian orang di luar."Setelah menatap wajah Janice selama beberapa detik, Jason mengambil cangkir itu dan berkata dengan pelan, "Memangnya aku nanya?"Janice menggigit bibirnya, lalu segera berdiri dan hendak pergi.Namun, Jason segera meraih pergelangan tangan Janice dengan tatapan muram dan berkata dengan nada datar, "Temani aku duduk dan minum teh sebentar."Janice menarik tangannya dengan tegas dan berkata dengan dingin, "Lepaskan aku. Lebih baik nggak. Kalau sampai terlihat orang lain, pasti akan berdampak bagi reputasi Pak Jason."Jason hanya menatap Janice dan tertawa, tetapi dia menurunkan kembali tangannya yang sudah terangkat.Janice berjalan ke pintu dan mencoba untuk membukanya, tetapi setelah ditarik beberapa kali pun pintu tetap tidak terbuka. Seolah-olah tering
"Sengaja menuduhmu? Kalau begitu, kamu mau bagaimana menggantinya?" tanya Jason sambil menatap Janice dan tidak bergerak sedikit pun. Ekspresinya tetap dingin, tetapi tatapannya penuh dengan emosi.Janice mengabaikan tatapan Jason dan berkata dengan tenang, "Berapa harga tongkatmu? Kirimkan tagihannya padaku, aku akan menggantinya. Aku masih ada urusan, aku pergi dulu."Setelah berkata demikian, Janice mendorong lengan Jason yang menghalanginya dan bersiap untuk pergi.Jason tidak menghalangi Janice dan hanya mendengus. Tangannya yang bertumpu pada pilar terkepal erat. Tubuhnya yang tegak pun membungkuk, seolah-olah menahan rasa sakit yang luar biasa.Janice refleks mengangkat tangannya saat melihat kondisi Jason, tetapi dia kembali menahan diri dan memaksa dirinya berbalik.Namun, saat Janice baru saja melangkah, Jason langsung meraih pergelangan tangan Janice. Tubuhnya langsung menekan punggung Janice, sehingga napasnya bisa terasa jelas di telinga Janice. "Jangan pergi."Janice lang
Namun, Janice ingat Zachary pernah berkata Jason sangat tekun belajar saat berada di luar negeri dan bahkan banyak mata kuliah yang diselesaikan lebih cepat dari jadwalnya. Kalau begitu, kenapa Jason bisa punya banyak waktu untuk menggoda wanita?....Di Restoran Ivy Garden.Saat Janice dan Fiona memasuki ruangan pribadi, rekan kerja lainnya sudah duduk di sana terlebih dahulu."Janice, Fiona, ayo cepat duduk. Kenapa kalian lama sekali?"Mendengar pertanyaan rekan kerja lainnya, ekspresi Fiona menjadi muram karena merasa malu.Janice malah menjelaskan, "Nona Fiona baru kembali dari luar negeri, jadi masih belum terlalu familier dengan jalanan."Para rekan kerja tidak terlalu memikirkan hal ini. Mereka hanya menghiburnya, "Nanti juga terbiasa. Ayo cepat pesan makanan. Kami sudah kelaparan sekali."Janice menerima menu makanan itu sambil tersenyum, tetapi Fiona langsung duduk dan berbisik untuk memperingatkan, "Jangan pikir aku akan berterima kasih padamu. Aku paling benci sama wanita re
Fiona tidak langsung memberi tahu Janice di mana letak restorannya, hanya mengatakan dia ingin memberikan kejutan untuk semua orang.Lagi pula, Janice memang sudah bersiap untuk mengeluarkan banyak uang. Oleh karena itu, dia pun tidak banyak bertanya. Namun, saat menjelang waktu pulang kerja, dia menerima undangan dari Landon.[ Nanti aku akan menjemputmu. ][ Nggak usah. Berkat kamu, aku harus mengeluarkan bonus besarku untuk traktir rekan-rekanku. Tapi kamu malah traktir pemeran utamanya, nggak masuk akal, 'kan? Besok aku libur, aku masak untukmu saja. ]Janice mengetik dengan sangat cepat dan langsung mengirimnya dengan tanpa ragu.Sejak mengikuti saran dari Zachary, Janice pun menerima perasaan Landon dengan tenang. Meskipun mereka belum resmi bersama, keduanya mulai saling memahami dan sering berinteraksi. Seperti orang lain pada umumnya, mereka mengobrol dan kadang makan bersama. Hari-hari seperti ini terlihat tenang, tetapi dia merasa sangat nyaman.Di layar ponsel Janice, terli
Janice yang tidak bisa menahan diri pun langsung tertawa.Melihat Janice tertawa, Landon juga ikut tertawa sambil menyerahkan susu yang sudah ditusuk dengan sedotan ke tangannya.Jason yang sudah berdiri di luar pintu sejak tadi pun melirik ke arah Norman.Norman berdiri dengan ekspresi serius dan berkata dengan pelan, "Dia pantas menerimanya."Jason tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya memiringkan tubuhnya dan menatap ke arah Janice yang berada di dalam ruangan.Namun, dia malah melihat Janice menatap Landon dengan mata yang jernih, Landon benar-benar sudah masuk ke hati Janice. Meskipun tidak langsung menerima pernyataan cinta Landon, Janice juga tidak menolak dan bahkan membiarkan Landon mencium tangannya.Pada saat itu, Jason baru tahu ternyata begini rasanya disingkirkan dari hati seseorang. Jelas-jelas jarak mereka begitu dekat, tetapi dia merasa pahit sampai dadanya terasa sesak.Dia hanya merasakan perasaan ini sekali saja, tetapi dia sudah membuat Janice merasakan hal ini berka
"Pak Landon?" panggil Janice sambil mengangkat kepala dan menatap pria yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu.Landon memegang sebuah termos di tangannya. Saat melihat kotak makanan di atas meja, dia tersenyum dan berkata, "Sepertinya ada orang yang berpikiran sama denganku."Namun, tak disangka, Zachary langsung mengangkat kotak makanan yang dibawanya dan berkata, "Pak Landon, aku hanya datang untuk menjenguk Janice. Ini adalah makanan yang aku siapkan untuk ibunya. Kamu datang tepat waktunya."Janice tertegun sejenak, lalu membelalakkan matanya sebagai isyarat agar Zachary tidak salah paham.Zachary hanya tersenyum dan berkata, "Aku pergi dulu, kalian ngobrol saja."Namun, sebelum Janice sempat berbicara, Zachary sudah membawa barang-barangnya dan pergi. Dia pun menatap Landon dengan canggung dan berkata, "Maaf, kamu ... baik-baik saja, 'kan?"Janice menyadari Landon masih mengenakan pakaian pasien di balik mantelnya. Air laut sangat dingin, orang biasa tidak akan sanggup menahann
Janice menundukkan kepala dan menatap tisu yang diremas di tangannya, lalu berkata dengan ambigu, "Kalau kali ini aku nggak bisa membantu ibuku, dia pasti dalam bahaya besar. Jadi, kamu dan Bu Elaine ...."Setelah mengatakan itu, Janice berhenti sejenak karena tidak sanggup melanjutkan perkataannya. Bagaimanapun juga, Zachary sudah menyatakan perasaannya di depan publik, Zachary tidak mungkin bisa bersama Elaine yang sudah menyakiti Ivy.Namun, adegan pernikahan Zachary dan Elaine di kehidupan sebelumnya terus menghantui pikiran Janice. Dia tetap tidak mengerti mengapa pria yang sangat mencintai Ivy bisa begitu cepat menikah dengan Elaine saat jasad Ivy masih belum lama terkubur. Meskipun biasanya terlihat lembut, Zachary bisa langsung mengerti maksud di balik perkataannya."Kamu pikir aku akan melupakan ibumu dan hidup tenang bersama Elaine?" kata Zachary.Janice merespons dengan pelan karena mengingat kedua orang ini memang pernah memiliki perasaan sebelumnya. Jika Zachary melunak da
"Apa?" Arya melepas masker medisnya dengan kasar, lalu bertanya dengan marah, "Siapa yang percaya itu?"Di tempat tidur, Jason duduk bersandar pada bantal dan menyalakan sebatang rokok. Melalui lapisan tipis asap, matanya menyiratkan kegelapan yang mendalam."Kamu kira Janice cuma perlu menangkap satu pria seperti itu untuk bisa menangkap Elaine? Kamu tahu berapa banyak pria yang dimiliki Elaine?"Arya tertegun di tempat, mulutnya bahkan menganga tanpa sadar. "Maksudmu?""Yang dikatakan Elaine nggak salah. Pria-pria itu semua dilatih secara profesional dan orang yang melatih mereka adalah Elaine sendiri. Kalau nggak, gimana dia bisa begitu mudah diterima di kalangan sosial para nyonya kaya?" Jason mengetuk ujung rokoknya, menjatuhkan abu.Arya mengangkat alis. "Jadi, dia juga merangkap jadi mucikari? Seorang presdir besar seperti dia ternyata ....""Mengendalikan para wanita dari keluarga terpandang yang menikah demi status, tapi hidup kesepian. Ini adalah cara paling sederhana, kenapa