Share

Part 5

"Menjauh Bang, jangan sampai aku teriak!"

"Tenang Nur, tenang, oke, Abang mundur, baik, Abang keluar ruangan ya, tapi ingat Nur, Bang Riki tidak main-main, Abang serius mau melamar Nur." 

Setelah berkata seperti itu, Bang Riki segera keluar ruangan, aku memastikan lelaki aneh itu telah keluar ruangan lalu meneguk air yang ada di atas meja kerjaku, deru jantung ini sudah tidak beraturan, apakah memang benar bang Riki ingin melamarku, bekal makanan yang baru beberapa sendok aku makan masih tersisa banyak, hilang sudah selera makanku, satu persatu karyawan sudah mulai kembali ke ruangan, tepat sepuluh menit lagi jam makan siang berakhir, Bang Riki kembali datang. 

"Makan Nur, ini masih anget, kasihan calon istrimu makan makanan yang sudah dingin, ini juga ada milo hangat," ujarnya lalu balik ke ruangan kerjanya, beberapa karyawan yang sudah kembali sempat melirik, aku hanya menunduk, apakah Bang Riki menunjukkan keseriusannya, kalau diperlakukan romantis seperti ini, lama-lama aku bisa meleleh, tapi kuper tebal lagi imanku, kuingat lagi kalau lelaki itu penganut s*x bebas, kembali aku menggeleng kuat. 

Kebab yang tergeletak di meja begitu menggoda, makanan itu tidak berdosa dan sepertinya memanggilku untuk segera aku lahap, waktu istirahat tersisa 8 menit lagi, tanpa menunggu lama segera aku memakannya, lalu meneguk milo yang masih hangat, sangat nikmat, apalagi ruangan ini begitu dingin oleh air conditioner. 

"May, Bang Riki mendekatimu?" 

Kaget, tiba-tiba Maya sudah berdiri di depan meja kerjaku. 

"May, sini, aku mau cerita bentar." 

Maya menarik kursinya agar mendekat ke meja kerjaku. 

"Iya May, entah kenapa ia menunjukkan keseriusannya, aku juga heran dengan sikapnya."

"Tapi, kemarin dia jalan sama Fitri? Apa itu tidak mengganggumu, sebaiknya pikirkan lagi Nur, jangan sampai karena kebelet menikah siapa pun jadi."

"Ya nggak lah May."

"Kau tertarik sama, Bang Riki?" 

"Sempat sih May, cuma setelah tau boroknya, aku mundur alon-alon, bisa makan ati aku punya laki kayak gitu, tadi dia bilang mau berubah, entahlah May, sempat deg-deg an juga aku."

"Kalau sempat deg-deg an, berarti kau masih ada rasa suka."

"May, gimana ya, suka sih enggak cuma tadi, ih--ngeri kali aku May, Bang Riki kek mau nerkam aku, selama ini ga ada laki-laki yang begitu sama aku, wajarlah aku deg-deg an."

"Ya udah sholat istikharah Nur, siapa tau Riki berubah."

"Pasti, pasti berubah." Bang Riki sudah berdiri di depan kami. 

"Bang Riki, Nuri ini wanita baik-baik, janganlah main-main sama dia, masih banyak perempuan gatal diluar sana yang bisa Abang gombalin, tapi jangan Nur." Maya membelaku, ada perasaan hangat di hati, Maya, terima-kasih.

"Maka dari itulah, aku ingin serius sama Nuri, karena dia wanita baik-baik, kalau perempuan gatal ngapain aku jadikan istri, setiap orang punya masa lalu, masa laluku pernah tidur dengan beberapa wanita, aku akui itu salah, kini, aku ingin berubah agar bisa mempersunting Nur," ucap Bang Riki dengan serius, ya Allah, andai dia tidak memiliki masa lalu tidur dengan beberapa wanita apalagi ia pernah bermesum dengan Fitri,  mungkin aku langsung mengiyakan, tapi, masa lalu Bang Riki teramat sulit untuk aku terima. 

"Bang Riki, bukannya Nur jual mahal, tapi Nur tidak bisa menjadi calon atau kandidat yang Bang Riki katakan, masih banyak wanita baik yang lain, tolong jangan Nur."

"Bang Riki orang yang pantang untuk menyerah, Nur pikirkan saja dulu, niat ini tulus dari hati yang paling dalam, di zaman sekarang ini, susah untuk mencari wanita seperti Nur, Abang tidak ingin seperti membeli kucing dalam karung, Nur wanita yang baik dan sholeha, ya sudah, jam istirahat telah selesai, nanti sore jika diizinkan, Abang ingin mengantar Nur pulang, sekalian mau silaturahmi sama ibunya Nur." 

Telah berucap seperti itu bang Ricky keluar dari ruangan kerjaku dan kembali ke ruangannya jujur saat ia berkata seperti itu ada getaran yang aku rasakan tetapi aku kembali mengingat lagi tentang masa lalu nya yang sulit untuk aku terima, mungkin benar apa yang Maya katakan aku harus salat istikharah untuk meminta petunjuk.

"Nur, sepertinya Bang Riki serius loh itu, ya ampun Nur, kamu yang dilamar aku yang deg-deg an, gentleman sekali Bang Riki itu."

"Lelaki gentleman itu tidak tidur dengan banyak wanita, May."

"Iya, benar juga apa yang kamu katakan, sekarang minta petunjuk saja sama Allah," ucap Maya lalu kembali ke meja kerjanya. 

Aku hanya berdoa kepada Allah semoga hatiku tidak luluh dan terlena oleh rayuan Bang Riki, karena dari lubuk hati yang paling dalam aku tidak bisa menerima masa lalunya. Walaupun ada desiran hangat di hati ini saat ia meyakinkanku bahwa dia ingin berubah dan serius denganku, biarlah aku serahkan kepada Allah, semoga Allah memberi petunjuk padaku dan memberiku kekuatan iman dan semoga Allah memberiku jodoh yang terbaik. 

Kembali aku melanjutkan pekerjaanku, satu jam berlalu, tenggorokan ini terasa kering, air putih di meja sudah habis, segera aku mengambil air mineral sebentar di pantry, karena mengerjakan laporan dalam keadaan haus sungguh membuat fokus menjadi pecah. 

"Iya Sayang, tadi aku udah berusaha menggombal perawan tua itu, walaupun rasanya ingin muntah." 

Aku menghentikan langkahku, jantungku berdebar dengan kencang,  Bang Riki sedang berbicara dengan seseorang melalui sambungan telepon. 

"Mana mungkin aku pakai hati, heii—dia bukan tipeku, yang penting setelah mendapatkan perawannya dan memfoto dirinya ketika tidak mengenakan sehelai benangpun, aku meninggalkannya, biar dia stres kan, sesuai permintaan kamu." 

Ya Allah, sama siapa Bang Riki berbicara dan siapa yang ia maksud, perawan tua? Menggombal? Itu sudah pasti aku yang dimaksud, kutajamkan lagi pendengaranku untuk mendengar pembicaraannya lebih lanjut walaupun detak jantungku bertalu-talu.

"Iya Sayang, iya, akan aku lakukan apa yang kamu inginkan asalkan kita bisa seperti tadi malam, aku begitu tergila-gila dengan punyamu yang sempit dan menjepit, walaupun sudah menikah, engkau pandai merawat diri, hahaha jelas bedalah dengan Nur, kamu bagaikan bintang korea dan Nur bagaikan nenek, pakaiannya, duh—ya ampun, jadul banget."

Allahu Akbar! Allahuakbar!

Pandangan ini memburam, fix, pasti yang berbicara dengan Bang Riki di telepon itu adalah Fitri, berarti Fitri berencana untuk menghancurkan masa depanku, Ya Allah! Aku tidak menyangka jika teman sedari kecil tega berbuat kejam dan keji kepadaku, aku mengira dia hanya membully dan menjatuhkan mentalku saja. Tetapi ternyata tidak, dia ingin merusakku secara keseluruhan, lahir dan batin. Sungguh aku benar-benar tidak menyangka, jika sudah begini, apakah aku harus diam memaafkan? Tidak! tidak akan! Mata ini memanas, ternyata orang disekitarku itu jahat dan kejam seperti bina*ang, jahat sekali kau Fitri, apa salahku padamu, bukankah hidupmu sudah sempurna, mengapa kau tega ingin menghancurkan diriku yang tidak berdaya ini, tungkai kakiku terasa lemas, cepat aku berpegangan pada tembok agar tidak jatuh, sebelum Bang Riki tahu jika aku telah menguping pembicaraannya dengan Fitri, aku harus segera pergi, dengan terseok tungkai kaki ini melangkah dan kembali masuk ke dalam ruangan kerja, berulang kali aku harus menghapus lajunya air mata yang tanpa bisa aku bendung lagi. 

 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
syukur deh nur tahu keburukan Rizky dan rencana Rizky dan fitri
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status