"Ngapain polisi mencari saya?" "Maaf Bu, saya tidak tau, sebaiknya Bu Fitri temui aja dulu, agar mengetahui maksud dan keperluan polisi tersebut," ucap satpam berkumis tebal tersebut. Fitri berlari ke arah mejanya, wanita yang sedang mengenakan rok span merah itu terlihat menghubungi seseorang. "Bang, ada polisi datang ke kantor, katanya hendak menemui Fitri, Abang dimana? Fitri takut Bang, sini temenin Fitri, Bang!" Fitri terlihat panik, aku hanya tersenyum menyaksikan dari meja kerjaku, baru di datangi saja dia sudah ketakutan seperti itu, bagaimana jika dia tau kalau aku laporkan dan nasibnya akan berakhir di balik jeruji besi, bagaimana jika pihak perusahaan tau kasus Fitri ini, bagaimana jika perusahaan tau jika Fitri dan Riki telah mesum di kamar mandi kantor, kalian akan menanggung segala resikonya. Tidak berapa lama, datang Bang Riki menghampiri Fitri dengan sedikit berlari. "Kenapa, sayang?" "Abang, Fitri takut, ada polisi di lobby." "Polisi? Ngapain?" "Tidak tau Ban
Entah apa yang lelaki itu inginkan, muak betul melihatnya. "Nur, catering yang dipesan Fitri, sudah datang, itu bagaimana? Kurir yang mengantar meminta bayaran, tapi Fitri kan tidak di kantor." Rina–salah satu rekan kerjaku bertanya padaku saat kaki ini baru saja menginjak ruangan divisi tempat aku bertugas. "Oh, iya ya, Fitri ingin merayakan atas kenaikan jabatannya, bagaimana ya …." "Bagaimana jika catering itu buat merayakan kenaikan jabatan kamu saja, Nur, bukankah itu ide yang cemerlang?"? Maya sudah berdiri di belakangku dan Rina. "Aku sedang tidak memegang uang, May. Lagian jika pun ada, lebih baik aku pakai untuk perobatan Mamak, tapi kasian juga ya, karyawan yang sudah dijanjikan oleh Fitri untuk makan siang bersama," ucapku sambil berfikir keras, aku bukannya pelit atau perhitungan, memang aku ada keinginan membawa Mamak berobat ke Penang Malaysia, untuk pemeriksaan penyakitnya untuk lebih lanjut, maka dari itu aku harus pandai dalam menabung, apalagi saat aku mengetahui
Hari sudah menjelang sore, Nur masih berkutat di meja kerjanya, apalagi tadi Bu Marta memberinya beberapa tabel keuangan yang harus Nur hitung dan selesai hari itu juga. "Nur, belum pulang?""Pengennya cepat pulang May, tapi ini pekerjaanku belum selesai," ucap Nur menatap Maya sambil tersenyum, lalu matanya kembali fokus pada deretan angka yang ada di layar laptopnya. "Duh, Ibu supervisor, semangat kali kerjanya, bisa-bisa nanti jadi kepala divisi, gantiin si buaya kadal.""Jangan gitu lah May.""Tapi emang pantes kok kau Nur, otakmu cerdas.""Terima-kasih ya May, kamu juga berpotensi kok May, aku doakan, secepatnya kau naik jabatan ya May.""Amin ya Allah, ya udah kalau gitu, aku pulang duluan ya Nur""Iya May, hati-hati ya."Satu persatu karyawan pun sudah meninggalkan kantor dan hanya tinggal beberapa karyawan saja yang tersisa, satu diantaranya adalah Nur. Sedangkan di tempat lain, Riki dan temanya bernama Doni menunggu tidak jauh dari kantor, sembari menunggu mereka sesekali
"Apa Mas? Fitri hamil? Baru saja rasa bahagia sedikit merasuk di sanubari saat Bang Raihan mengatakan jika mereka ingin bercerai, tapi ternyata rasa bahagia itu ditarik kembali dalam sekejap saja. "Jadi, alasan Bang Raihan menolongku, karena ingin mengatakan agar aku mencabut laporan, pantes saja tiba-tiba Bang Raihan ada ditempat kejadian, terima-kasih Bang atas pertolongannya, tapi untuk mencabut laporan, Nur merasa berat.""Tidak Nur, bukan, Abang memang hendak ke kantor Nur, mau mengambil barang-barang Fitri yang dititipkan di kantor satpam, masalah mencabut laporan, entahlah … semua terserah Nur saja, tapi, miris juga hati Abang jika darah daging Abang yang masih dalam kandungan berada di dalam penjara, tapi … Abang juga tidak yakin jika itu anak Abang, ya Allah, Abang benar-benar pusing Nur." Bang Raihan mengusap wajahnya dengan raut kegusaran. Bang Raihan merasa tidak yakin jika itu anaknya, sedangkan aku merasa tidak yakin jika Fitri sedang hamil, wanita itu penuh dengan kel
"Kamu baru pulang,Nur?" Ternyata Mamak belum tidur, wanita yang telah melahirkan aku ke dunia ini, menatap penuh selidik."Oh–iya mak, tadi lembur di kantor, Mamak kenapa belum tidur? " "Macam manalah Mamak mau tidur,Nur, di lingkungan ini sudah beredar berita yang tidak-tidak tentang dirimu, sedari tadi Mamak menunggumu pulang, untuk menanyakan apakah benar berita miring tentang dirimu, dari tadi Mamak kepikiran, tetapi hendak menghubungi kau, pulsa Mamak pun habis, hendak keluar rumah untuk membeli pulsa di konter si Jul, rasanya Mamak tidak punya muka."Perasaanku sudah tidak enak saat Mamak berkata seperti itu, pasti keluarganya Fitri sudah berbicara dan menyebarkan fitnah yang tidak-tidak tentang diriku, bahkan wanita itu sudah berada di dalam penjara, pun, masih saja terus menyakiti."Berita apa yang sudah beredar di lingkungan ini Mak, sampai membuat Mamak kepikiran seperti ini dan tidak mempunyai muka untuk keluar rumah bertemu dengan orang. ""Apa betul kau ingin merebut si
Bu Beti membusungkan dadanya karena merasa sudah menemukan ide yang sangat brilian, tetapi Fitri, merasa ide ibunya itu sangatlah konyol, selama ini , ia sudah membangun image bahwa dirinya wanita cantik dan modis, jadi saat Bu Beti mengatakan kalau ia harus berpura-pura menjadi orang gila, berarti dia harus tampil lusuh dan bau, hati kecilnya sangat memberontak."Tidak Mak, Fitri tidak mau berpura-pura gila, omongan adalah doa, kalau Fitri gila beneran, bagaimana?" Protes Fitri."Jadi, harus bagaimana? Sedangkan kau terus merengek hendak keluar dari tempat ini.""Bujuk lagi si Nur itu Mak, kalau perlu menyembah-nyembah di kakinya, untuk saat ini kita jangan mikirin gengsi atau yang lain, yang penting Fitri bisa keluar dari sini."" Iyalah,nanti Mamak coba, tapi kalau tidak berhasil, kau harus ikuti ide Mamak yang berpura-pura menjadi orang gila."" Iya Mak, sekarang Mamak telp lah Bang Raihan,katakan kalau Fitri lemah dan muntah-muntah terus, Mamak bilang karena efek hamil muda, siap
Pagi itu, baru saja Nur menapakkan tungkai kakinya ke dalam ruangan kantor, terdengar suara berisik dari beberapa karyawan, jika dulu kehadirannya selalu diabaikan,kini, melihat Nur, mereka menganggukkan kepala tanda menyapa dengan hormat." May. Ada apa, kok rame!"" Ada kepala divisi baru, ganteng, biasa lah, para gadis itu berisik kalau tau ada yang ganteng," jelas Maya sambil matanya menunjuk ke arah gerombolan wanita yang tadi berkumpul dan bergosip, memang sebelum jam 8 pagi, para karyawan wanita biasanya berkumpul di salah satu meja karyawan yang lain, ada yang sambil makan, dan ada yang sambil bersolek, lima menit sebelum jam delapan, biasanya sudah pada bubar. Nur hanya tersenyum sekilas dan mengabaikan."May, kau udah sarapan? Ini aku ada jajanan pasar, tadi beli waktu mau berangkat ke kantor.""Wiii, kue lapis, terima-kasih, Nur!" seru Maya sambil membuka jajanan pasar terbungkus plastik dilapisi kertas nasi berwarna coklat, kini mulut Maya sibuk mengunyah."Baru saja Nur d
"Jangan Buk, jangan bawa aku, ini bukan keguguran, aku cuma minta pembalut saja, paling juga dalam lima atau enam hari, darahnya ga keluar lagi." "Loh, berarti kau menstruasi? Ga hamil? Tadi katanya udah test pack.""Hamil Buk, tapi ini sudah biasa, nanti hilang sendiri." Fitri masih berkilah. "Berarti kau menstruasi, ada-ada saja kau ah, menambah pekerjaan kami saja.""Bukan menstruasi, ini flek penebalan dinding rahim, biasa itu Buk saat awal kehamilan.""Astaga, bikin darah tinggi berdebat sama kau, kau itu menstruasi, bukan hamil!""Hamil Buk.""Ya udah, ayo ikut ke dokter kandungan, jangan banyak lagi cakapmu.""Tapi, aku ti—""Diam!"Dua sipir wanita itu sudah kehilangan kesabaran menghadapi Fitri, mereka menyuruh Fitri terlebih dahulu untuk mengganti celana dan memakai pembalut, sebelum dibawa ke dokter kandungan. Fitri terlihat gelisah sepanjang perjalanan, duduknya miring kiri dan kanan, apalagi posisi tangan di borgol. "Kami sudah menghubungi suamimu, mungkin dalam perja