Share

Part 4

last update Huling Na-update: 2023-06-06 09:55:32

Ada perasaan takut dan puas saat menggertak Fitri seperti itu, perasaan takut akankah ia nanti bertindak lebih menyakitkan terhadapku, perasaan puas saat batin ini sudah begitu tersiksa dan terluka dan ada keinginan untuk membalasnya. Aku mengira setelah ia menikah dan bertambahnya usia kami ia tidak membayangiku lagi dengan lisannya yang pedih perih itu, tetapi ternyata tidak, ia bak anak baru gede yang kalau bicara tanpa disaring terlebih dahulu, aku bagaikan seonggok daging yang bisa ia perlakukan seenaknya, jika penampilanku kolot, ya memang seperti ini penampilan yang diajarkan keluarga, menutup aurat, untuk bersolek? Aku bukan tipe wanita yang suka menebar pesona, mungkin bisa dikatakan aku ini introvert. 

Tanpa terasa tergenang lagi air mata ini, pandanganku mengabur seiring jatuhnya air mata membasahi pipi. 

Brugh

Tanpa sengaja tubuh ini menabrak seseorang.

"Kamu menangis Nur?"

"Eh, Bang Riki," ucapku sambil mengapus air mata dengan ujung jilbabku. 

"Bedakmu luntur, Nur." 

"Maklum Bang, bedak murah harga lima ribuan."

"Sebenarnya kau cantik Nur, tanpa make up juga kau juga sudah cantik, maafkan aku telah menyakiti hatimu ya, kemaren Fitri sibuk merayuku, apakah aku bisa mengulang ajakan makan siang?" 

"Enggak Bang, aku sudah tidak ada minat."

"Tapi aku masih berminat untuk menjadikanmu kandidat calon istriku?"

"Kandidat?"

"Iya, aku memang mencari calon istri tapi bukan seperti Fitri yang hanya modal diajak belanja sudah bisa menikmati tubuhnya, kasihan sekali suaminya, istrinya bebas dicelup oleh lelaki manapun," ucap Bang Riki dengan terkekeh, sungguh jijik sekali aku mendengarnya. 

"Bagaimana, Nur? Kita coba untuk pengenalan, siapa tau Nur adalah pemenang hati Abang."

"Ga Bang, emang Abang raja arab atau sultan Brunai pakai kandidat segala, kayak sayembara aja, Nur mundur Bang, lillahi ta ala Nur ikhlas Bang Riki menikah sama yang lain asal jangan sama Nur."

"Hahahaha ... cukup sombong juga kau Nur, tapi aku malah suka dan malah membuatku lebih tertantang, biasanya cewek selalu klepek-klepek tiap kali aku ajak kencan, kau malah abang jadikan kandidat kok menolak."

"Kayak ayam Bang, klepek-klepek."

"Abang tunggu nanti saat jam makan siang, nanti sore Bang Riki ajak Nur ke counter Make up di mall ternama biar ga abu-abu monyet wajah Nur, kandidat calon istri abang harus glowing."

"Ga bang, Nur bawa bekal, mau abu-abu monyet atau kuning busuk tak apalah Bang, asal jangan sama Bang Riki, tak perlu repotlah menunggu, mending abang jenguk si Fitri, entah apa yang abang lakukan semalam padanya sampai ia tidak enak badan."

"Tuh si Fitri emang binal, ketagihan dia sama abang sampai minta tambah-tambah, untung Abang mempunyai stamina gladiator jos kandos sampai pagi pun abang bor, beruntung sekali nanti istri abang, bisa puas tiap malam, apakah Nur mau menjadi orang yang beruntung itu?" 

"Enggak lah Bang!" Hiii memuakkanlah laki-laki ini, ganteng-ganteng pekok.

"Hahaha, Nur ini ternyata lucu juga ya, semakin ditolak semakin penasaran Abang, biasanya cewek malah nagih-nagih, ini Nur dengan terang-terangan menolak, apakah kau cemburu Nur?"

"Apalah Abang ini, Nur tidak cemburu, lagian cemburu untuk apa?"

"Karena kemarin Abang jalan sama Fitri."

"Ya Allah, mau Bang Riki jalan sama Fitri, genderuwo atau wewe gombel, sedikitpun Nur ga cemburu," ucapku, sambil meninggalkan Riki dan masuk ke dalam ruangan kerjaku

"Abang tunggu nanti jam makan siang, Nur!" 

Bang Riki berteriak, aku hanya menggeleng kuat, sungguh lelaki tidak tau malu, ternyata Allah menunjukkan belangnya sebelum aku sempat jatuh terlalu dalam, bodohnya lah dirimu Fitri, sudah dapat berlian malah selingkuh sama batu empang. 

Saat jam kerja agak sedikit tenang, apalagi Fitri tidak masuk kerja hari ini, kadang setan-setan di dalam hati menginginkan dia sakit terus agar aku bisa tenang dan tanpa terasa waktu jam makan siang pun tiba. 

Aku mengambil kotak makan siang yang aku bawa. 

"Nur Nur … kamu itu seperti anak sekolah saja pake bawa bekal makan siang, ayo makan siang sama Abang." Aku menoleh malas pada lelaki itu, sudah berulang kali aku menolak, kenapa dia begitu agresif, aneh. 

"Bang Riki lihat sendiri kan, Nur ini sedang makan, tolong jangan mengganggu, kalau tidak Nur teriak." 

"Oke, oke, Abang tidak akan menganggu, tapi nanti, boleh kan kita pulang bareng, kebetulan rumah kita searah, rumah Nur kan di depan ruman Fitri kan?"

"Nggak Bang, Nur bisa pulang sendiri."

" Nur, aku memang pernah tidur dengan banyak wanita, tetapi aku ingin berubah, aku ingin wanita baik-baik yang menjadi istriku, ya seperti Nur ini, maafkan Abang jika tadi berbicara vulgar, izinkan Abang mengenal Nur lebih jauh, entah kenapa ada perasaan berbeda di hati Abang tentang Nur, ini feeling yang positif, Abang janji akan setia pada Nur."

Uhuk

Uhuk 

Uhuk. 

Mendadak tenggorokanku terasa gatel sekali. 

"Ini Nur, minum dulu." Bang Riki menyodorkan air mineral padaku, ku tolak secara halus, 

"Bang, sudahlah, ya Allah, cari saja wanita lain Bang."

"Tidak bisa, hari Abang udah yakin jika Nur lah orangnya, sampaikan pada orang tua di rumah, kapan Abang bisa melamar adinda Nuri Fatmala?"

Mendadak tubuh ini panas dingin seumur-umur Baru kali ini ada seorang lelaki yang berkata langsung di depanku ingin melamar diriku, sempat kupandang sebentar wajah

Bang Riki. tidak, pasti lelaki ini sedang bercanda, lagian jika  memang dia serius, tidak mungkin aku menikah dengan lelaki yang sudah tidur dengan banyak wanita, tidak menutup kemungkinan jika nanti menikah dengannya, ia juga akan melakukan hal yang sama, karena tabiat itu susah untuk dirubah. Tapi, karena diri ini seorang wanita yang haus akan kasih sayang lelaki, diperlakukan seperti ini, dilamar secara mendadak, jujur membuatku sedikit melambung, buru-buru aku menyadarkan diri agar tidak terlena. 

"Sudah cukup Bang, jangan coba merayu lagi," ucapku menunduk, wajahku memanas, mungkin saat ini wajahku bukan abu-abu monyet lagi. Mungkin seperti kepiting rebus gosong, laju detak jantung tidak dapat dikendalikan, keringat dingin mulai mengucur apalagi Bang Riki menatapku syahdu, aku baru menyadari ruangan ini sepi hanya ada aku dengan Bang Riki karena karyawan yang lain sedang makan siang, mendadak tremor, baru kali ini aku dipandang dengan begitu lekat oleh seorang lelaki yang mengatakan ingin melamarku.

"Kecantikanmu sungguh alami Nuri, Abang yakin engkaulah yang pantas untuk menjadi ibu dari anak-anak Abang kelak."

Ya Allah, aku berharap seseorang ada yang masuk dalam ruangan ini, rayuan Bang Riki semakin berat dan sedikit sukses membuatku melayang. 

"Nur," ucap Bang Riki pelan, dengan sengaja ia menyentuh tanganku. 

"Bang, jangan lancang ya!" 

"Maaf Nur, maaf, Abang tidak bermaksud lancang. Subhanallah, disentuh tangannya saja reaksi Nur sudah seperti itu, dari lubuk hati yang paling dalam, Abang yakin Nur lah istri yang selama ini Abang cari. Tolong, jangan patahkan hati Bang Riki, secepatnya kabarin Abang, kapan Abang bisa melamar Nur, karena yang berhak untuk menjadi istri Bang Riki adalah wanita soleha dan syariah seperti Nur."

"Cukup Bang, keluar dari ruangan ini, tolong Bang."

Bang Riki bukannya menjauh, malah melangkah mendekat, sepertinya aku bisa pingsan, belum pernah aku sedekat ini dengan pria, aku takut terlena dengan semua perkataan manis Bang Riki, apalagi ia sangatlah tampan, ingin rasanya berlari, tetapi kaki ini tidak dapat dilangkahkan, hanya diam dan gemetaran, berharap semoga para karyawan yang sedang makan siang cepat kembali masuk ke dalam kantor. 

Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
jangan mau nur itu cuma akal nya Rizky nuri
goodnovel comment avatar
nata Johi
mantap ceritanya
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Pembalasan Wanita Terhina   Part 5

    "Menjauh Bang, jangan sampai aku teriak!""Tenang Nur, tenang, oke, Abang mundur, baik, Abang keluar ruangan ya, tapi ingat Nur, Bang Riki tidak main-main, Abang serius mau melamar Nur." Setelah berkata seperti itu, Bang Riki segera keluar ruangan, aku memastikan lelaki aneh itu telah keluar ruangan lalu meneguk air yang ada di atas meja kerjaku, deru jantung ini sudah tidak beraturan, apakah memang benar bang Riki ingin melamarku, bekal makanan yang baru beberapa sendok aku makan masih tersisa banyak, hilang sudah selera makanku, satu persatu karyawan sudah mulai kembali ke ruangan, tepat sepuluh menit lagi jam makan siang berakhir, Bang Riki kembali datang. "Makan Nur, ini masih anget, kasihan calon istrimu makan makanan yang sudah dingin, ini juga ada milo hangat," ujarnya lalu balik ke ruangan kerjanya, beberapa karyawan yang sudah kembali sempat melirik, aku hanya menunduk, apakah Bang Riki menunjukkan keseriusannya, kalau diperlakukan romantis seperti ini, lama-lama aku bisa m

    Huling Na-update : 2023-06-06
  • Pembalasan Wanita Terhina   Part 6

    Sakit, perih dan luka yang kucoba untuk kututup selama ini, menganga kembali, rasanya air mata ini sudah cukup deras mengalir karena lisan dari Fitri, semakin aku diam, dia semakin merajalela ingin menyakiti bahkan sekarang ingin menghancurkanku, aku Nuri Afrida, terlalu berharga untuk disakiti dan dihancurkan seperti itu, kali ini aku tidak akan tinggal diam, perlakuan Fitri terhadapku sungguh di luar batas kesabaran, aku ingin rasa sakit yang selama ini ia berikan kepadaku, ia juga merasakan, sudah cukup air mata ini mengalir akibat perlakuannya, aku menyeka kembali air mata ini dan menguatkan hatiku agar tidak menangis lagi dan berusaha untuk tegar dan kuat untuk membalaskan setiap detail perbuatan Fitri terhadap diriku. "Kamu kenapa menangis lagi Nur, katakan pada abang, siapa yang menyakitimu, abang tidak rela jika calon istri abang sedih." Bang Riki ternyata sudah berdiri di depanku, ingin rasanya aku tendang saja lelaki ini. "Pergilah dari hadapan Nur, Bang." "Kenapa Nur, ap

    Huling Na-update : 2023-06-21
  • Pembalasan Wanita Terhina   Part 7

    Cepat aku kembali mengenakan jilbab yang jatuh begitu saja di lantai teras rumahku. Fitri mencoba menarik kembali. "Astaghfirullah, lepaskan Fit," ucapku sambil memegangi jilbabku karena takut lepas kembali, rambut bagian depanku sudah terlihat.""Makanya balikkan! Kau ga tau itu khusus dibelikan Bang Riki untukku." Kakiku sudah siap untuk menendang Fitri, tapi kulihat Bang Raihan sudah pulang dari Masjid, aku urung menendang betina di depanku ini, ada rencana lain yang ingin kujalankan. "Lepaskan Fitri, ya Allah! Jangan tarik jilbabku!" Sengaja aku berteriak dengan kencang agar Bang Raihan tau kelakuan istri dajalnya. " Apanya kau Nur, teriak kayak orang gila!"Astaghfirullah Fitri, auratku terlihat gara-gara kau menarik jilbabku, ya Allah ... lepaskan Fit." Kembali aku berteriak. "Fitri! Lepaskan!" Fitri kaget karena suaminya sudah berdiri di depannya. "Ba–Bang, sudah pulang dari mesjid Bang," ucapnya gagap. "Ada apa ini, kenapa kalian berantem." " Untung Abang datang cepat

    Huling Na-update : 2023-06-21
  • Pembalasan Wanita Terhina   Part 8

    "Mak, Nur berangkat dulu ya, tadi, udah Nur gorengkan telur dadar, Mak makanlah dulu, nanti jam 10, Wak Biah nganter catering, tak perlulah lagi Mak masak, jangan sampe telat makan, nanti asam lambung Mak, kumat lagi.""Iya Nur, hati-hati ya, semoga Allah selalu melindungimu, Nur.""Amin, Mak juga ya." Setelah salim sama Mamak, dengan sedikit tergesa aku melangkah ke depan karena ojek online sudah menunggu, semenjak ada kejadian maling motor salah satu warga, jadi, Kepling (kepala lingkungan) melarang pedagang dan ojek online masuk ke dalam area gang bambu runcing, sampai batas waktu yang tidak ditentukan, jadilah kami yang tidak memiliki kendaraan agak sedikit repot berjalan ke depan jika mau memesan ojek online. "Nur, tunggu!" Aku tau itu suara Fitri, semakin kupercepat langkah kaki ini, tidak aku pedulikan, sudah ku siapkan mental dan hatiku untuk berhadapan dengannya nanti saat dikantor, jika wanita itu mencari gara-gara, tekadku sudah bulat untuk melawan. "Budek! Pel*cur!"De

    Huling Na-update : 2023-06-21
  • Pembalasan Wanita Terhina   Part 9

    "Calon istri Abang, mau kemana?" Riki memanggilku saat hendak keluar gerbang, lelaki itu barusan memarkirkan mobilnya. Aku tidak memperdulikan ucapan kadal itu, terus aku melangkah lalu naik ke becak motor yang biasa mangkal tidak jauh dari kantor menuju kantor polisi terdekat, setelah membuat laporan dengan memberikan bukti video, lalu tim penyidik membuat surat agar aku melakukan visum di rumah sakit sebagai alat bukti penyidikan. Bagian wajah merupakan salah satu bagian yang rentan mengalami cedera apabila terkena trauma tertentu. Benturan atau tamparan yang cukup keras dapat menyebabkan cedera atau kerusakan pada jaringan tubuh. Kerusakan ini tergantung dari seberapa kuat trauma tersebut, Fitri cukup keras menamparku hingga meninggalkan memar di bagian pipi. Tepat jam setengah jam dua belas siang urusanku selesai, tinggal menunggu surat panggilan yang akan ditujukan pada Fitri, kemungkinan ia tidak akan bisa mengelak, karena aku memiliki bukti yang sangat kuat, Maya juga tadi m

    Huling Na-update : 2023-06-21
  • Pembalasan Wanita Terhina   Part 10

    Aku dan Maya saling pandang dan tersenyum penuh arti. "Video? Video apa lagi?" Wajah Bang Raihan memucat, Maya menyodorkan ponselnya kepada Bang Raihan. SatuDua"Astaghfirullah … Ya Allah …." Bang Raihan mengucap istighfar tanpa henti, tidak berapa lama, ia meletakkan ponsel tersebut ke meja lalu memejamkan matanya, terlihat ia memijat kepalanya dan berjalan ke arah luar. "Sport jantung tuh, lakinya si Fitri," bisik Maya. "Kasihan aku melihatnya May, lelaki sebaik dia dapat wanita seperti Fitri."."Lagian, masa sih sebelum menikah bukan diselidiki dulu bagaimana bibit, bobot dan bebetnya, main nikah aja, rasain dah tuh, dapat istri solehot.""Entahlah May, tapi waktu awal taaruf dengan Bang Raihan, Fitri sempat menutup aurat beberapa bulan, setelah menikah tidak berapa lama si Fitri kembali lagi ke jalan yang salah dengan memakai pakaian sexi.""Oh, jadi sepertinya Bang Raihan ini tertipu pada topeng si Fitri, kasihan sekali lah."" Sssttt …," ucapku pada Maya karena Bang Raiha

    Huling Na-update : 2023-06-21
  • Pembalasan Wanita Terhina   Part 11

    Tok. Tok. Tok. "Nur! Keluar Nur, ayo keluar!"Terdengar suara Fitri mengetuk pintu, ternyata wanita itu masih belum puas sehingga malam begini ia ingin mengajak ribut, males aku meladeninya segera aku matikan lampu teras, berharap wanita itu segera pergi dan membiarkanku beristirahat malam ini, tidak terdengar lagi suara ketukan pintu dan suara Fitri memanggil setelah aku mematikan lampu teras, karena yang aku ketahui, walaupun gayanya sok preman, Fitri merupakan orang yang penakut akan hal-hal yang berbau gaib, karena sudah merasa sangat lelah, aku segera membersihkan diri, sholat isya lalu beranjak untuk tidur. *****"Nur, bangun Nur, sudah jam berapa ini!"Samar terdengar suara Mamak sampai aku tersadar lalu dengan lemas bangun dari tempat tidur, ada yang beda yang aku rasakan pagi ini, kepalaku terasa berat, tulangku terasa ngilu. "Iya Mak," ucapku sambil membuka pintu dengan suara serak. "Kenapa kau Nur.""Enggak tau Mak, enggak enak badan Nur.""Ya Allah, kau demam Nur, y

    Huling Na-update : 2023-06-21
  • Pembalasan Wanita Terhina   Part 12

    "Ngapain polisi mencari saya?" "Maaf Bu, saya tidak tau, sebaiknya Bu Fitri temui aja dulu, agar mengetahui maksud dan keperluan polisi tersebut," ucap satpam berkumis tebal tersebut. Fitri berlari ke arah mejanya, wanita yang sedang mengenakan rok span merah itu terlihat menghubungi seseorang. "Bang, ada polisi datang ke kantor, katanya hendak menemui Fitri, Abang dimana? Fitri takut Bang, sini temenin Fitri, Bang!" Fitri terlihat panik, aku hanya tersenyum menyaksikan dari meja kerjaku, baru di datangi saja dia sudah ketakutan seperti itu, bagaimana jika dia tau kalau aku laporkan dan nasibnya akan berakhir di balik jeruji besi, bagaimana jika pihak perusahaan tau kasus Fitri ini, bagaimana jika perusahaan tau jika Fitri dan Riki telah mesum di kamar mandi kantor, kalian akan menanggung segala resikonya. Tidak berapa lama, datang Bang Riki menghampiri Fitri dengan sedikit berlari. "Kenapa, sayang?" "Abang, Fitri takut, ada polisi di lobby." "Polisi? Ngapain?" "Tidak tau Ban

    Huling Na-update : 2023-06-21

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan Wanita Terhina   Menjalankan Niat Jahat

    Sehari sebelum lamaran, Nirmala dan ibunya sudah kembali ke rumah mereka, jangan ditanya rasa hati Bu Herlina, doa yang ia langitkan di sepertiga malam untuk anaknya, diijabah sama Allah, kini, Roni sudah kembali ke jalan yang benar, bukan lagi secara membabi buta marah-marah tidak jelas tanpa mencari tahu masalahnya dari dua belah pihak, padahal selama ini Bu Herlina selalu berkata pada Roni agar bertabayyun dalam menyikapi masalah, mencari kejelasan tentang sesuatu masalah hingga jelas dan benar keadaannya, karena selama ini, Roni hanya mendengar kata istrinya. Bu Herlina senang jika rumah tangga anaknya akur dan Roni begitu menyayangi istrinya tapi lihat dulu istri yang bagaimana, jika mempunyai istri seperti Melda yang banyak mudharatnya dan yang lebih parahnya tega berselingkuh, memfitnah dan ingin menghabisi nyawa Nirmala, jadi lebih baik dilepas/dicerai."Nirmala, kalau bisa nanti setelah lamaran, jangan terlalu lama jaraknya ke acara pernikahan, kalau bisa lebih cepat lebih b

  • Pembalasan Wanita Terhina   Sudah Waktunya Bercerai

    Roni tidak langsung pulang kerumah, tiba-tiba saja hatinya dilanda rasa curiga yang datang menyerang begitu saja, saat itu Roni masih berada di rutan, tepatnya di parkiran, pikirannya berkecamuk, ia juga heran, biasanya ia selalu percaya pada Melda, tapi tidak kali ini.Roni kembali masuk ke dalam bukan untuk menemui Melda tetapi menemui sipir untuk meminta ponsel Melda yang dititipkan di bagian loker, siapa tau dengan memeriksa ponsel Melda, ia menemukan titik terang tentang kecurigaan yang baru saja datang menghinggap. "Saya ingin mengambil ponsel istri saya," ucap Roni."Maaf Pak, semua barang napi diberikan saat napi selesai masa jabatannya, eh, apa nih, Pak? Oh iya, iya, bisa diatur Pak. Selow saja Bapak," ucap penjaga sambil senyum sumringah menerima sejumlah uang dari Roni. Kini, ponsel dengan logo apel terbelah berwarna gold itu berada di genggaman Roni, ia tidak memeriksa ponsel itu sekarang, melainkan nanti saat di rumah. Bagai disayat sembilu, bagai mendengar petir di s

  • Pembalasan Wanita Terhina   Babak Belur Dan Mati Kutu

    Roni terlihat keluar dari sebuah Bank sambil menenteng tas berisi sejumlah uang, ia dikawal oleh beberapa anggota ormas kelapa burung garuda. Lelaki berdarah Batak–Melayu itu terlihat masuk ke dalam mobil fortuner berwarna dark grey menuju kediaman AKP( Ajun Komisaris Polisi) Tegar Nasution. Maksud kedatangan Roni ke tempat AKP Tegar, untuk memberi uang sogok agar istrinya– Melda dapat keluar dari jeruji besi atas kasus yang menjeratnya, tak tega rasa hati Roni melihat kondisi Melda yang semakin hari badannya semakin menyusut, kulit glowingnya kini tampak menghitam disertai munculnya beberapa flek di area pipi, padahal Roni kerap kali membawakan semua kebutuhan Melda saat berada di dalam penjara, peralatan mandi, skincare, kosmetik tapi semua nihil dan tak berhasil membuat Melda tampak cantik, yang ada semakin tak terawat dan tak sedap dipandang mata. Melda tidak serasi dengan air yang ada di rutan tersebut, apalagi di dalam rutan ia harus bekerja bahkan kerap disiksa oleh beberapa

  • Pembalasan Wanita Terhina   Kolaborasi Balas Dendam

    Pov Mela. Cantik, kaya, dan mendapatkan suami tampan dan tajir plus sholeh, sudah pasti menjadi impian semua wanita, tapi stock lelaki kaya di kampungku ini amatlah sedikit maklum karena rata-rata penduduknya masih berada di bawah garis kemiskinan, entah kenapa, padahal daerahku ini penghasil sawit yang lumayan tinggi di sumatera ini, bahkan pabrik kelapa sawit juga ada di daerah ini, apa karena tingkat pendidikan rendah? Adapun lelaki kaya yaitu Bang Roni–abang iparku, tapi aku tidak seberuntung Kak Melda, kakak kandungku yang bisa mendapatkan lelaki kaya, banyak yang mengatakan jika wajah Kak Melda lebih cantik daripada aku, tapi, menurutku sama cantiknya. Kak Melda berubah jadi cantik juga setelah bekerja di Pekan baru, katanya dia bekerja di sebuah perusahaan eksport import minyak, tapi aku tak yakin, secara Kak Melda cuma tamatan SD. Syarat masuk perusahaan itu pasti harus mengantongi ijazah perguruan tinggi. Ah, tidak perlu aku permasalahkan dia bekerja apa di Pekanbaru sana

  • Pembalasan Wanita Terhina   Melamar Di Depan Umum

    Dia lagi, dia lagi, batin Raihan kesal. "Kenapa kau menatapku seperti itu? Kau tidak suka jika aku memeluk calon suamiku, biasa aja lah melihatnya, nanti buta pulak mata kau itu karena tatapanmu kayak, setan! " Mela berbicara dengan nada judes pada Nirmala"Perasaan aku biasa saja menatapmu, kau Lah yang sinis melihatku.""Ya wajarlah aku sinis, ngapain kau dekat-dekat calon suamiku, apa selama ini kau buta, tidak bisa melihat tatapan mesra Bang Raihan padaku."Nirmala malas menanggapi Mela, wanita secantik purnama itu pun beranjak hendak pergi. "Nirmala, tunggu." Raihan mencegah. "Biarin saja dia pergi, Bang. Ada Mela disini," ujar Mela seraya bergelayut manja di lengan Raihan. "Jaga sikapmu, Mela.""Sikap apa? Sikap apa, Bang. Jangan sebut namaku Mela jika tidak bisa membuat Abang bertekuk lutut padaku!""Ya Allah!" Raihan menjerit seraya menutup wajahnya karena Mela menaburkan sesuatu ke wajahnya lalu mengenai mata. Melihat Raihan yang seperti kesakitan, cepat Nirmala berlari m

  • Pembalasan Wanita Terhina   Cinta Ditolak, Dukun Bertindak

    "Mela, hei! Jangan bertindak nekat, jauhkan pisau itu dari lehermu.""Enggak. Enggak mau. Sebelum Abang janji akan menikahiku, kalau perlu pakai perjanjian hitam di atas putih.""Ga mungkin Mela, menikah ga segampang itu.""Gampang kok, tinggal panggil penghulu, udah beres. ""Menikah harus dengan pasangan yang sesuai hati kita, tidak ada keterpaksaan diantara lelaki dan perempuan.""Aku ga terpaksa, aku ikhlas, Bang.""Tapi aku yang terpaksa." Mau tidak mau Raihan harus jujur, agar wanita itu mengerti, tapi yang namanya Mela, mungkin urat malunya juga sudah putus, dia malah berteriak seperti orang kesurupan. "Tidak! Tidaak! Aku akan bunuh diri sekarang.""Apalagi, cepatlah kau bunuh diri," ucap Afis dengan geram. "Diam kau, aku tidak bicara sama kau, marbot setan!""Astaghfirullah," ucap Raihan lalu mengajak Afis untuk meninggalkan tempat itu. "Bang Raihan! Bang Raihan! Baaaaanng!" Raihan terus keluar dan tidak memperdulikan Mela. Mela yang melihat Raihan keluar setelahnya mende

  • Pembalasan Wanita Terhina   Ikatan Persaudaraan

    Mela menghubungi nomor Raihan sambil berjalan mundur agar jaraknya jauh dengan Roni. "Bang Roni, aku bukan, Kak Melda." "Melda Sayang," ucap Roni lagi dengan parau sambil tangannya berusaha menggapai tubuh Mela. Sambungan telepon tersambung. "Bang, Bang Raihan, tolong Bang! Aku hendak di nodai Bang Roni, tolong Bang!""Posisi kamu dimana?" tanya Raihan. "Di rumahnya, tolong Bang Raihan, sepertinya Bang Roni sangat menginginkanku karena kecantikanku yang pari–"Tut tut tut sambungan telepon dimatikan, sebelum Mela menyelesaikan ucapannya. Mela mendengus kesal, lalu melemparkan Roni dengan benda apapun yang bisa ia raih. Bugh. Botol parfum milik Melda berhasil mendarat dengan indah di kening Roni, lelaki setengah mabuk itu ambruk dan tergolek di lantai. "Bang. Bang." Mela memanggil, tapi Roni tanpa reaksi, lalu ia berjalan mendekat memeriksa kondisi lelaki itu, ia meraba hidung, ternyata masih ada nafas. "Huh, pake pingsan segala, padahal kan seru tuh kalau saat aku sedang din

  • Pembalasan Wanita Terhina   Calon Istri?

    "Ampun Mak! Ampun!" pekik Syifa. Terdengar suara tangisan Syifa memilukan hati, Nirmala mencoba untuk menolong tapi ponselnya berdering dan nama Abdul yang tertera di layar. "Assalamualaikum Dul, kamu dimana?""Kak, Kak Nirmala, tolong aku kak.""Dul, kamu dimana?""Masih mending Pak Dedi mau sama kau Syifa, kita ini orang miskin, jangan bermimpi terlalu tinggi, Mamak saja umur 15 tahun sudah menikah." Bu Salamah masih terdengar meracau sambil sesekali terdengar suara Syifa menjerit, mulut dan tangan Bu Salamah bekerja, mulut menyakiti hati, tangan menyiksa badan gadis kecil itu. Nirmala posisinya sudah di luar, karena tadi Bu Salamah sempat mendorongnya keluar dengan penuh emosi, lalu menutup pintu dengan kasar. Dalam keadaan bimbang, harus menolong siapa, Nirmala memprioritaskan Abdul terlebih dahulu, setelahnya baru dia mengurus masalah Syifa. Dengan perasaan sedih merintih, Nirmala melangkah dengan gamang meninggalkan kediamanan Syifa. "Aku tidak tau kak, tapi, disini gelap,

  • Pembalasan Wanita Terhina   Pernikahan Dini

    "Ya Allah … apalagi ini, pelakor?""Iya, kau lah pelakor, kau tau sedang makan sama siapa?" Mela berdiri dengan mengangkat dagu sambil tangan dilipat ke dada. "Sama, Bang Raihan.""Kau tau Bang Raihan itu, siapa? Nirmala memutar bola mata malas menanggapi Mela lalu mengangkat bahu, matanya fokus menatap makanan yang terhidang, ia tidak ingin berakhir sakit, sebisa mungkin ia harus makan karena kegiatannya akan padat, apa yang Raihan katakan tadi memang benar, ia tidak boleh menzalimi tubuhnya sendiri dengan tidak menjaga kesehatan, ketika rasa lapar dibiarkan, maka penyakit akan ramah menghampiri, beda konteks jika sedang berpuasa. "Heh! Aku sedang mengajak kau bicara! Jangan diam saja, sombong kali kau jadi manusia.""Mela, apa-apaan kau? Jangan mempermalukan dirimu sendiri seperti ini, lebih baik kau pulang saja." Raihan jengah juga dengan tingkah Mela yang menunjuk-nunjuk Nirmala seolah dialah nyonya besar yang sedang berbicara pada kacungnya. "Apa Bang? Abang menyuruhku pula

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status