Zoya mengintip dari balik dinding untuk melihat apakah ada Liev di lorong kampus. Dia merasa seperti pencuri yang mengendap-endap. Ini semua salah Liev kemarin.
Setelah merasa aman, Zoya pun keluar dari tempat persembunyiannya dan berjalan menyusuri lorong. Sayangnya baru beberapa langkah saja ada suara yang mengejutkan.
"Pagi, Mrs. Pegova."
Suara itu membuat tubuh Zoya seperti disengat listrik. Suara yang begitu familiar dan suara yang ingin dihindari justru didengar oleh Zoya. Wanita itu menoleh dan melihat Liev yang berdiri di hadapannya dengan senyuman lebar menghiasi wajah tampannya. Di samping pria itu ada Evelina dan Karl yang menatapnya bingung.
“Aku baru tahu kamu dekat dengan Mrs. Pegova, Liev.” Heran Evelina.
KKYYYAAA..... Liev yang polos berubah nakal wkwk....
Zoya melotot merasakan bibir Liev berada di atas bibirnya. Merasakan laki-laki melumat bibirnya dengan lembut membuat tubuh wanita itu bergetar. Zoya tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada tubuhnya. Dia berpikir kemungkinan karena dirinya sudah lama tidak merasakan ciuman lembut yang menggoda seperti ini. Atau mungkin juga karena Liev yang pandai berciuman hingga membuat lawan jenis meleleh dibuatnya. Sadar dengan situasinya sekarang, Zoya pun meletakkan kedua tangannya di depan dada Liev lalu mendorongnya. Nafasnya terengah-engah karena udara yang menipis di paru-parunya akibat ciuman laki-laki itu. “Ada apa, Mrs. Pegova? Mengapa kamu menghentikannya? Bukankah kamu sangat menyukainya?” tanya Liev dengan nada sinis. Zoya mengangkat satu tangannya untuk melayangkan tamparan keras mengenai pipi kiri Liev. 
Tatapan Karl tidak lepas dari Svetlana sejak jam kuliah pertama berlangsung. Bahkan setelah tiga jam kuliah, Karl masih terus memandang gadis berkacamata yang sibuk mendengarkan penjelasan dosen. Pasalnya ada sesuatu yang mengganggu pikiran laki-laki itu. Kemudian Karl meraih ponselnya yang diletakkan di atas meja. Dia membuka akun chatnya dengan Lucia. Setelah itu jemari Karl mengetikkan sebuah pesan untuk kekasihnya dalam dunia game. Ares Apa yang sedang kamu lakukan Lucia? Karl mengirimkan pesan itu. Kemudian tatapannya tertuju pada Svetlana. Dia bisa melihat gadis itu meletakkan pena di tangannya kemudian mengambil ponselnya. Karl bisa melihat Svetlana mengotak-atik smartphone miliknya. Setelah selesai, gadis itu meletakkan kembali benda pipih it
Karl berjalan keluar dari kelasnya. Tepat setelah melewati pintu kelas, Karl menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari keberadaan Svetlana. “Ke mana dia?” gumam Karl. Dia berjalan menyusuri lorong untuk mencari keberadaan Svetlana. Langkah Karl terhenti saat dia mendengar suara teriakan Svetlana. Segera Karl berlari menuju ke arah tangga. Dia bisa melihat seorang pria menyeret Svetlana keluar dari gedung kampus. Segera Karl berlari mengejarnya. Sayangnya dia sedikit terhalang karena beberapa mahasiswa mulai berkerumun di pintu untuk melihat apa yang terjadi. “Sialan.” Karl mengumpat kesal karena kesulitan untuk keluar. Mudah bagi Karl untuk mendorong mereka semua. Tapi Karl tidak mau membuat masalah pada orang-orang yang tidak mencari masalah dengannya. Karena it
Sampai di ruang kesehatan, Karl langsung meletakkan tubuh Svetlana yang kesakitan di atas ranjang periksa. Seorang pria mengenakan jas putih itu menatap Karl dengan bingung. Pria dengan tinggi tubuh sama dengan Karl itu adalah dokter jaga di ruang kesehatan itu. “Karl, kamu tidak beralih menyakiti gadis bukan?” tanya Czar curiga. Karl yang sudah akrab dengan pria itu langsung menendang kaki sang dokter. “Aku tidak serendah itu, Dokter Czar. Aku mana mungkin menyakiti gadis. Aku justru menyelamatkannya dari orang-orang brengsek yang membullynya. Sebaiknya kamu cepat memeriksanya. Laki-laki brengsek tadi sempat menendang perutnya.” “Baiklah. Tapi bantu aku membawa tasnya.” Czar melepaskan tas selempang milik Svetlana dan menyerahkannya kepada Karl. Dengan patuhnya laki
Svetlana membuka matanya dan langsung menegakkan tubuhnya sehingga berada dalam posisi duduk di atas ranjang periksa. Tapi detik berikutnya gadis itu meringis karena merasakan sakit di perutnya. Dia menyentuh perutnya yang terluka. “Seharusnya kamu tidak bergerak cepat seperti itu. Kamu hanya menyakiti perutmu.” Suara itu membuat Svetlana menoleh. Dia bisa melihat sang dokter yang menjaga ruang kesehatan itu duduk di depan meja kerjanya. Saat itulah Svetlana sadar di mana dia berada. “Dokter Czar, bagaimana aku bisa sampai di sini?” tanya Svetlana bingung karena terakhir yang dia ingat adalah dia diseret di belakang tempat parkir dan dipukul dan juga ditendang. Setelah itu Svetlana tidak ingat lagi karena terlalu fokus pada rasa sakit yang sangat menyakitkan. “Karl y
Svetlana menyentuh perutnya yang masih terasa sakit. Dia melakukan tindakan itu berkali-kali saat sedang bekerja. Orang-orang yang sibuk dengan urusannya sendiri tidak akan ada yang mempedulikan gadis itu. Tapi tidak dengan Irina. Bos tempat Svetlana bekerja itu terus mengamati gadis itu sejak dia datang terlambat bekerja. Irina merasa aneh karena Svetlana bukanlah orang yang menyepelekan waktu. Dia selalu datang bekerja tepat waktu. Karena itu dia merasa aneh saat Svetlana datang terlambat.Meskipun gadis itu mengatakan jika ada sedikit masalah di jalan, tapi Irina merasa masalah itu lebih besar dari yang diperkirakannya. Pasalnya Irina bisa melihat wajah Svetlana tampak pucat. Akhirnya saat Svetlana mendekati meja kasir untuk memberikan pesanan seorang pelanggan Irina meminta gadis itu untuk ikut dengan wanita itu menuju ruangannya.“Apakah aku melakuka
Zoya mengangkat kedua tangannya ke atas untuk meregangkan tubuhnya. Dia merasa pegal setelah duduk di depan komputer selama berjam-jam. Kemudian tatapannya tertuju pada jendela ruang dosen yang tampak sudah gelap.“Sial. Aku lupa dengan waktu lagi. Aku harus segera pulang.” Gumam wanita itu.Zoya bergegas mematikan komputernya dan segera membereskan barang-barangnya. Hari ini sang adik tidak bisa menjemputnya karena memiliki acara bersama teman-temannya. Beruntung rumah baru Zoya tidak jauh dari kampus.Setelah selesai membereskan barang-barangnya, dia bergegas keluar. Baru beberapa langkah keluar dari ruang dosen, Zoya pun berhenti. Ingatannya akan kejadian kemarin membuat tubuhnya menegang. Gara-gara kejadian kemarin, Zoya harus dihantui dengan kehadiran Liev. Bahkan tidak hanya ciuman yang diberikan o
Tubuh seorang pria yang ditangkap oleh Valdo bergulis di atas lantai dan berhenti tepat di depan kursi roda Leon. Tatapan mata Leon tertuju pada pria yang sudah babak belur dipukuli oleh anak buahnya.Pria yang kedua tangannya diikat itu langsung mendongak dan menatap Leon. “Jangan bunuh aku, Tuan. Tolong lepaskan aku.”Leon mengulurkan tangannya sehingga Valdo memberikan tongkat kayu panjang kepada pria itu. Leon menggunakan tongkat itu untuk menyentuh dahi pria itu.“Aku akan memberimu kesempatan hidup asalkan kamu memberitahuku siapa yang menyuruhmu membuntuti putriku dan apa tujuanmu.” Leon melepaskan tongkat itu dan memberikan kesempatan untuk pria itu berbicara.“Sergei yang menyuruhku. Dia membayarku untuk memata-matai gad