Svetlana menyentuh perutnya yang masih terasa sakit. Dia melakukan tindakan itu berkali-kali saat sedang bekerja. Orang-orang yang sibuk dengan urusannya sendiri tidak akan ada yang mempedulikan gadis itu. Tapi tidak dengan Irina. Bos tempat Svetlana bekerja itu terus mengamati gadis itu sejak dia datang terlambat bekerja. Irina merasa aneh karena Svetlana bukanlah orang yang menyepelekan waktu. Dia selalu datang bekerja tepat waktu. Karena itu dia merasa aneh saat Svetlana datang terlambat.
Meskipun gadis itu mengatakan jika ada sedikit masalah di jalan, tapi Irina merasa masalah itu lebih besar dari yang diperkirakannya. Pasalnya Irina bisa melihat wajah Svetlana tampak pucat. Akhirnya saat Svetlana mendekati meja kasir untuk memberikan pesanan seorang pelanggan Irina meminta gadis itu untuk ikut dengan wanita itu menuju ruangannya.
“Apakah aku melakuka
Zoya mengangkat kedua tangannya ke atas untuk meregangkan tubuhnya. Dia merasa pegal setelah duduk di depan komputer selama berjam-jam. Kemudian tatapannya tertuju pada jendela ruang dosen yang tampak sudah gelap.“Sial. Aku lupa dengan waktu lagi. Aku harus segera pulang.” Gumam wanita itu.Zoya bergegas mematikan komputernya dan segera membereskan barang-barangnya. Hari ini sang adik tidak bisa menjemputnya karena memiliki acara bersama teman-temannya. Beruntung rumah baru Zoya tidak jauh dari kampus.Setelah selesai membereskan barang-barangnya, dia bergegas keluar. Baru beberapa langkah keluar dari ruang dosen, Zoya pun berhenti. Ingatannya akan kejadian kemarin membuat tubuhnya menegang. Gara-gara kejadian kemarin, Zoya harus dihantui dengan kehadiran Liev. Bahkan tidak hanya ciuman yang diberikan o
Tubuh seorang pria yang ditangkap oleh Valdo bergulis di atas lantai dan berhenti tepat di depan kursi roda Leon. Tatapan mata Leon tertuju pada pria yang sudah babak belur dipukuli oleh anak buahnya.Pria yang kedua tangannya diikat itu langsung mendongak dan menatap Leon. “Jangan bunuh aku, Tuan. Tolong lepaskan aku.”Leon mengulurkan tangannya sehingga Valdo memberikan tongkat kayu panjang kepada pria itu. Leon menggunakan tongkat itu untuk menyentuh dahi pria itu.“Aku akan memberimu kesempatan hidup asalkan kamu memberitahuku siapa yang menyuruhmu membuntuti putriku dan apa tujuanmu.” Leon melepaskan tongkat itu dan memberikan kesempatan untuk pria itu berbicara.“Sergei yang menyuruhku. Dia membayarku untuk memata-matai gad
Di ruang kerja Leon, pria itu berhadapan dengan putra sulungnya yang siap menerima pelajaran ciuman ala pria dewasa. Leon tidak pernah memberikan pelajaran seperti ini. Bahkan dulu saat dia masih remaja, Leon tidak pernah diajari ayahnya hal tentang berciuman. Leon hanya mempelajarinya sendiri dan juga terkadang melihatnya dari video dewasa yang terkadang ditontonnya. Karena itu sebenarnya Leon tidak tahu bagaimana cara mengajari putranya tentang ciuman ala pria dewasa. “Nak, aku tidak tahu apakah pelajaranku ini benar atau tidak. Karena aku mengetahui tentang ciuman dengan mempelajarinya sendiri. Aku tidak tahu apakah hal ini sesuai dengan standar wanita yang kamu sukai.” Liev menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tidak maslaah, Dad. Aku juga akan menelitinya lebih dalam lagi setelah mendengar pelajaran darimu.” Leon
Aleksey menyisir rambutnya sembari bersiul. Hari ini berbeda dari biasanya, Aleskey tampak sangat memperhatikan penampilannya. Tangannya menyentuh kacamata baru yang dibelikan oleh Evelina. Seketika bibirnya menyunggingkan senyuman.“Sepertinya ada sesuatu yang membuatmu sangat senang, Tuan muda.” Ucap Viktor berjalan masuk membawakan sarapan untuk Aleskey.Aleksey menoleh ke arah pelayan yang selalu menjaganya. “Viktor, bolehkah aku bertanya sesuatu?”Pria itu menegakkan tubuhnya dan menatap sang tuan muda. “Tentu saja, Tuan muda. Apa yang ingin kamu tanyakan?”“Jika ada seorang gadis mengatakan jika dia menyukaiku berkali-kali apakah menurutmu dia memang menyukaiku? Maksudku dengan penampilanku yang sekarang seperti babi gendut
Svetlana memandang kotak biskuit di atas pangkuannya. Dadanya berdebar-debar karena ingin memberikan kotak biskuit itu. Satu-satunya cara yang bisa dilakukannya adalah dengan menitipkan kotak biskuit itu kepada Evelina. Karena bagi Svetlana, Evelina jauh lebih mudah didekati dibandingkan saudaranya. “Apakah kotak itu untuk Karl?” Suara itu membuat Svetlana terlonjak kaget. Dia mengelus dadanya yang berdebar kencang karena terkejut. Kemudian dia menoleh dan mendapati Evelina sudah duduk di sampingnya dengan senyuman lebar menghiasi wajah cantiknya. “Maafkan aku. Aku tidak bermaksud mengejutkanmu. Habisnya kamu terlalu fokus pada kotak itu sehingga tidak sadar aku sudah di sampingmu.” Sesal Evelina melihat reaksi Svetlana. “Tidak apa-apa.” Svetlana menggeleng-gelengkan
Karl membuka pintu ruang kelas. Padahal dia yang berangkat lebih dahulu tapi harus datang terakhir di kelas. Jika bukan karena beberapa mahasiswa yang mencari masalah dengannya, Karl sudah bisa masuk ruang kelas sejak tadi."Karl, kemarilah!" Seru Evelina melambaikan tangannya.Akhirnya laki-laki yang saat ini mengenakan kaos hitam dengan jaket putih bergaris hitam di lengannya itu berjalan menghampiri Evelina. Saat melangkah, Karl menoleh ke arah Svetlana yang sedang memandangnya. Tatapan mata mereka bertemu namun detik berikutnya Svetlana langsung menunduk sehingga kontak mata mereka terputus.Karl sampai di kursi yang ada di samping Evelina. Kemudian tatapan Karl tertuju pada Aleksey yang serius mendengarkan penjelasan dosen. Lalu dia menol
“Apakah Mrs. Pegova tidak masuk hari ini?” tanya Liev yang datang ke ruang dosen dan tidak melihat keberadaan Zoya di ruangan itu.Seorang dosen pria menatap kursi yang biasa ditempati oleh Zoya. Kemudian tatapan pria itu kembali tertuju pada Liev. “Tadi Mrs. Pegova masuk. Tapi karena melihat wajahnya yang pucat dan badannya pun panas, kami menyuruhnya untuk pulang.”“Mrs. Pegova sakit?” Liev tampak terkejut mendengar ucapan pria itu.“Apakah kamu punya urusan penting dengannya, Liev?”Liev menganggukkan kepalanya. “Ya, Mr. Brown. Saya harus mengumpulkan tugas. Mrs. Pegova mengatakan saya harus mengumpulkan paling lambat hari ini. Apakah bisa memberitahu di mana rumahnya, Mr. Brown? Aku akan mengunjungi Mrs. Pegova di rumahnya.”“Ah, baiklah. Tunggu sebentar aku akan mencatatnya.” Pria itu mengotak-atik komputernya untuk mencari data mengenai Zoya. Setelah itu dia mencatata alamat yang tercantum di data Zoya. Lalu pria itu menyerahkan kertas itu kepada Liev.“Terimakash, Mr. Brown.” U
Deringan bel di pintu memenuhi apartemen kecil yang dibeli o0oleh Zoya. Wanita yang saat ini tengah terlelap di atas ranjang tampak terganggu dengan suara dengan suara bel itu. Perlahan dia membuka matanya dan menajamkan indera pendengarannya. Dia malas sekali harus bangun terutama karena tubuhnya terasa tidak nyaman hari ini. Wanita itu bisa merasakan tubuhnya lemah daripada biasanya. Zoya yakin itu adalah efek dari sakit yang dialaminya.Sayangnya jika Zoya tidak segera membuka pintu itu, maka deringan bel apartemennya tidak akan berhenti berbunyi. Akhirnya dia memaksakan diri untuk untuk turun dari ranjang. Menyibakkan selimut sebelum akhirnya kedua kakinya membawa wanita itu turun dari ranjang. Zoya melangkah dengan lemah menuju pintu. Namun dia merasakan kepalanya terasa berputar-putar. Bahkan wanita itu perlu menahan tubuhnya dengan bersandar pada dinding. “Sebenarnya siapa sih yang datang? Bukankah Darya bilang akan datang sore nanti karena dia masih ada urusan?” heran Zoya ya
Kebun binatang adalah destinasi wisata yang cocok untuk keluarga. Karena itulah Karl membawa Svetlana dan Stefan ke sana. Karl mendorong kereta bayi di mana Stefan duduk di dalamnya tampak begitu bersemangat. Bahkan kedua tangannya memukul-mukul pahanya yang gendut dan terus terkekeh saat melihat sesuatu yang menarik.Langkah mereka terhenti saat melihat ada dua cabang jalan. Karl dan Svetlana melihat papan yang menunjukkan tujuan kedua jalan itu. Jika memilih jalan ke kiri, maka mereka akan masuk ke dalam dunia air. Kalau jalan kalan ke kanan, mereka akan meneruskan perjalanan mereka menjelajahi kebun binatang.“Bagaimana jika kita melihat dunia air lebih dahulu. Baru setelah itu kita melanjutkan perjalanan?” Karl memberikan usul.Svetlana menganggukkan kepalanya. “Ide yang bagus. Kalau begitu ayo kita pergi ke dunia air.”Karl tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Kemudian dia mendorong kereta bayi Stefan dan berjalan bersama dengan Svetlana. Tiba-tiba dari arah berlawana ada b
Sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan universitas Lomonosov Moscow State. Aleksey yang duduk di belakang mengambil tasnya.“Jam berapa saya harus menjemput, Tuan muda?” tanya Viktor yang mengendarai mobil itu.Tatapan Aleksey tertuju pada pria itu. “Jam dua siang. Akrena aku akan pergi bersama Evelina setelah selesai kuliah.”Viktor tersenyum melihat sang tuan muda tampak bahagia saat membicarakan tentang kekasihnya.Pria itu menganggukkan kepalanya. “Baik, Tuan muda. Saya akan menjemput anda dan Nona Matvey jam 2 siang. Sampai jumpa nanti, Tuan muda.”Aleksey menganggukkan kepalanya. “Sampai jumpa nanti, Viktor.”Laki-laki itu berjalan keluar dari mobilnya. Dia menyampirkan tas ransel di bahu kanannya. Aleksey terlihat begitu tampan dengan mengenakan kaos putih dan dipadukan dengan kemeja hitam kotak-kotak putih yang sengaja tidak dikancingkan. Celana hitam dan sepatu sneakers putih membuat penampilan laki-laki itu semakin menawan. Sehingga tidak heran jika banyak tatapan tertuj
Tahun ajaran baru menjadi acara paling sibuk untuk BEM. Tidak hanya banyak kegiatan yang harus mereka urus, tapi juga harus memberikan banyak pengarahan bagi mahasiswa-mahasiswa baru. Tapi sesuatu paling ditunggu semua mahasiswa baru. Suasana kampus seketika menjadi riuh saat Ketua dan Wakil Ketua BEM datang. Wajah tampan Liev dan Roman menjadi bagian favorit para mahasiswa. "Kak Liev, bisakah aku foto denganmu?" tanya salah satu gadis cantik yang menatap Liev dengan malu-malu. Liev menyunggingkan senyuman membuat semua mahasiswi terpesona. "Baiklah. Kita bisa foto bersama. Berikan ponselmu." Liev mengulurkan tangannya. Gadis itu memberikan ponselnya kepada Liev. Laki-laki itu membuka aplikasi kamera kemudian berpose bersama gadis itu. Liev menekan tombol untuk mengambil beberapa foto mereka. Setelah itu Liev mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya. "Terima kasih, Kak Liev." Gadis itu memandang fotonya bersama dengan Liev. Bibirnya menyunggingkan senyuman senang. "Kak Liev,
“Bahkan kamu juga tidak punya waktu untuk Aleksey-mu?”Evelina memicingkan matanya ke arah laki-laki itu. "Siapa kamu? Kenapa kamu tahu soal Aleksey?"Laki-laki itu menyunggingkan senyumannya. "Karena aku aku adalah Aleksey."Evelina terdiam mendengar ucapan laki-laki itu. Namun detik berikutnya, Evelina melayangkan tamparan yang membuat semua orang terkejut melihatnya. Termasuk Irina yang berdiri di dekat Evelina. Dada gadis itu naik turun dengan cepat menunjukkan berapa emosinya dirinya. "Apa kamu sedang merendahkan Aleksey-ku? Apa kamu tidak tahu seperti apa Aleksey yang aku sayangi? Jangan pernah menyamakan dirimu dengan Aleksey-ku. Karena kalian tidak akan pernah sama." Evelina tidak bisa menahan tangisnya. Dia pun berbalik dan bergegas berlari keluar. Saat laki-laki itu hendak keluar, Karl menahan bahunya. Tatapan tajam yang membunuh dilayangkan Karl ke arah laki-laki itu. "Bos, aku tidak ingin membuat keributan. Jadi aku akan keluar sebentar mengurus bocah sialan yang membua
“Bos, apakah tidak apa-apa membiarkan mereka bekerja di sini?” tanya Svetlana kepada Irina yang duduk di meja kasir.Tatapan Irina tertuju pada Evelina dan Karl yang sedang berjalan mondar-mandir dalam kafe untuk melayani pengunjung. “Tidak masalah. Lagipula mereka mendatangkan keuntungan untukku.” Irina tersenyum penuh arti.Svetlana memicingkan matanya ke arah sang bos. “Apa maksudmu mendatangkan keuntungan untuk mereka, Bos?”Irina menghela nafas berat. Kemudian tatapannya tertuju pada karyawannya itu. “Svetlana apakah kamu tidak menyadari jika pacarmu itu tampan? Kamu lihat banyak para gadis datang ke kafe ini untuk melihat ketampanan pacarmu.”Svetlana menoleh dan melihat Karl yang sedang meletakkan cangkir kopi di atas meja. Dia bisa melihat gadis yang dilayani itu memandang Karl dengan tatapan terpesona. Entah kenapa hal itu membuat Svetlana merasa sangat kesal.“Bos, bukankah menyebalkan memanfaatkan ketampanan pacarku untuk meningkatkan pengungjung kafe?” Svetlana tampak cem
“Tidak masalah. Karena sebenarnya kita berpacaran di dua dunia.” Svetlana menoleh dan seketika wajahnya berubah pucat saat melihat Karl berdiri tidak jauh darinya. Bibir laki-laki itu menyunggingkan senyuman. “A-apa yang membawamu kemari, Karl? Bagaimana dengan Stefan?” tanya Svetlana.“Stefan sedang bersama dengan ibumu.” Karl berjalan menghampiri Svetlana. Membuat gadis itu melangkah mundur. Namun dia tidak bisa melangkah terlalu jauh karena pantatnya menyentuh meja dapur. Karl yang sudah berada di dekat Svetlana langsung meletakkan kedua tangannya menyentuh meja dapur itu untuk memerangkap gadis itu. Svetlana yang gugup tampak kesulitan menelan ludahnya sendiri.“Kamu tidak akan menyakiti perasaanku karena sebenarnya aku adalah Ares, Svetlana. Atau aku harus memanggilmu Lucia?”Seketika Svetlana melotot kaget mendengar ucapan Karl. “Ka-kamu tahu jika aku adalah Lucia?”Karl menganggukkan kepalanya. “Ya, aku tahu.”“Sejak kapan?”“Sebenarnya aku sudah mulai curiga saat dulu kamu
Ares : Karena semalam tidak bisa bermain bersama, bagaimana jika malam ini?Svetlana membaca pesan itu dan mengela nafas berat. Pasalnya seharusnya semalam dia bermain game bersama dengan Ares. Tapi karena Karl berada di rumahnya sehingga gadis itu tidak memiliki kesempatan untuk bermain game. Gadis itu tidak tahu apakah dia bisa main bersama Ares malam ini atau tidak.Svetlana : Aku tidak bisa janji. Tapi jika bisa, aku akan menghubungimu.Ares : Apakah kamu sangat sibuk? Atau kamu sedang menjalin hubungan dengan seseorang? Sepertinya aku sulit sekali menghubungimu.Gadis itu langsung melotot membaca pesan itu. Dia tidak menyangka jika Ares akan menebak situasinya dengan tepat sasaran. Svetlana hendak membalas pesan dari kekasih dalam gamenya, tiba-tiba gadis itu kembali dikejutkan dengan pesan dari Ares yang baru saja masuk.Ares : Kamu mengatakan jika kamu tidak mau pacaran di dunia nyata. Tapi sekarang kamu justru pacaran di dunia nyata. Apakah kamu tidak menyayangiku lagi, Lucia?
Sedikit pelajaran yang dimaksud oleh Karl adalah membiarkan Ravil dan kedua anak buahnya berlari hanya dengan menggunakan celana pendek. Di belakang mereka ada enam anjing German Shepherd yang terlihat garang sedang mengejar mereka. Akhirnya Karl bisa mengeluarkan anjing peliharaan milik keluarga Matvey.Anjing German Shepheard memiliki indera penciuman yang tajam. Sehingga ketika Karl menyodorkan pakaian mereka ke hidung anjing dengan rambut berwarna coklat hitam itu, mereka akan terus mengejar orang yang memiliki bau yang sama. Mereka tidak akan berhenti sampai mendapatkannya. Karena itu ketika Ravil memutuskan untuk berbelok dan memisahkan diri dari anaki buahnya, tetap saja ada dua anjing yang mengejarnya. Karena dua anjing itu sudah menciu bau Ravil. Tentu saja pemandangan ini menjadi bahan tertawaan orang. Termasuk Zoya, Liev dan semua orang yang berada di kafe itu. Zoya tidak menyangka Ravil yang biasanya terlihat begitu arogan dan menampilkan penampilan terbaiknya sekarang b
Ravil tampak kesal karena perkiraannya meleset. Dia begitu senang saat Zoya mengatakan akan menemuinya. Tapi dia tidak menyangka jika Zoya tidak datang sendirian. Tidak hanya membawa Liev tapi juga membawa beberapa anggota mafia Zeno yang dipimpin oleh Valdo. Sebenarnya Zoya sendiri juga tidak tahu akan berakhir seperti ini. Dia juga terkejut saat melihat Liev datang bersama beberapa pria yang mengenakan setelan gelap.Zoya mencondongkan tubuhnya untuk berbisik di telinga Liev. "Apakah tidak masalah membawa banyak orang seperti ini? Mereka bahkan memenuhi kafe ini.""Tenang saja, aku sudah menyewa kafe ini. Jadi tidak masalah dengan pemilik kafe." Tatapan Liev tertuju pada Irina yang mengacungkan dua jempol tangannya. Setelah mengetahui jika Zoya akan menemui mantan suaminya yang berbahaya, Karl menyarankan Liev untuk menyewa kafe tempat Svetlana bekerja. Dengan begitu Karl juga bisa ikut mengawasi pertemuan itu. "Zoya, tidak bisakah kita membicarakannya di tempat yang lebih tenang