Svetlana memandang kotak biskuit di atas pangkuannya. Dadanya berdebar-debar karena ingin memberikan kotak biskuit itu. Satu-satunya cara yang bisa dilakukannya adalah dengan menitipkan kotak biskuit itu kepada Evelina. Karena bagi Svetlana, Evelina jauh lebih mudah didekati dibandingkan saudaranya.
“Apakah kotak itu untuk Karl?”
Suara itu membuat Svetlana terlonjak kaget. Dia mengelus dadanya yang berdebar kencang karena terkejut. Kemudian dia menoleh dan mendapati Evelina sudah duduk di sampingnya dengan senyuman lebar menghiasi wajah cantiknya.
“Maafkan aku. Aku tidak bermaksud mengejutkanmu. Habisnya kamu terlalu fokus pada kotak itu sehingga tidak sadar aku sudah di sampingmu.” Sesal Evelina melihat reaksi Svetlana.
“Tidak apa-apa.” Svetlana menggeleng-gelengkan
Apakah pada penasaran dengan reaksi Karl? Menurut kalian bagaimana ya reaksi Karl? a. Tampak heboh. b. Terlihat sok cool c. Biasa saja
Karl membuka pintu ruang kelas. Padahal dia yang berangkat lebih dahulu tapi harus datang terakhir di kelas. Jika bukan karena beberapa mahasiswa yang mencari masalah dengannya, Karl sudah bisa masuk ruang kelas sejak tadi."Karl, kemarilah!" Seru Evelina melambaikan tangannya.Akhirnya laki-laki yang saat ini mengenakan kaos hitam dengan jaket putih bergaris hitam di lengannya itu berjalan menghampiri Evelina. Saat melangkah, Karl menoleh ke arah Svetlana yang sedang memandangnya. Tatapan mata mereka bertemu namun detik berikutnya Svetlana langsung menunduk sehingga kontak mata mereka terputus.Karl sampai di kursi yang ada di samping Evelina. Kemudian tatapan Karl tertuju pada Aleksey yang serius mendengarkan penjelasan dosen. Lalu dia menol
“Apakah Mrs. Pegova tidak masuk hari ini?” tanya Liev yang datang ke ruang dosen dan tidak melihat keberadaan Zoya di ruangan itu.Seorang dosen pria menatap kursi yang biasa ditempati oleh Zoya. Kemudian tatapan pria itu kembali tertuju pada Liev. “Tadi Mrs. Pegova masuk. Tapi karena melihat wajahnya yang pucat dan badannya pun panas, kami menyuruhnya untuk pulang.”“Mrs. Pegova sakit?” Liev tampak terkejut mendengar ucapan pria itu.“Apakah kamu punya urusan penting dengannya, Liev?”Liev menganggukkan kepalanya. “Ya, Mr. Brown. Saya harus mengumpulkan tugas. Mrs. Pegova mengatakan saya harus mengumpulkan paling lambat hari ini. Apakah bisa memberitahu di mana rumahnya, Mr. Brown? Aku akan mengunjungi Mrs. Pegova di rumahnya.”“Ah, baiklah. Tunggu sebentar aku akan mencatatnya.” Pria itu mengotak-atik komputernya untuk mencari data mengenai Zoya. Setelah itu dia mencatata alamat yang tercantum di data Zoya. Lalu pria itu menyerahkan kertas itu kepada Liev.“Terimakash, Mr. Brown.” U
Deringan bel di pintu memenuhi apartemen kecil yang dibeli o0oleh Zoya. Wanita yang saat ini tengah terlelap di atas ranjang tampak terganggu dengan suara dengan suara bel itu. Perlahan dia membuka matanya dan menajamkan indera pendengarannya. Dia malas sekali harus bangun terutama karena tubuhnya terasa tidak nyaman hari ini. Wanita itu bisa merasakan tubuhnya lemah daripada biasanya. Zoya yakin itu adalah efek dari sakit yang dialaminya.Sayangnya jika Zoya tidak segera membuka pintu itu, maka deringan bel apartemennya tidak akan berhenti berbunyi. Akhirnya dia memaksakan diri untuk untuk turun dari ranjang. Menyibakkan selimut sebelum akhirnya kedua kakinya membawa wanita itu turun dari ranjang. Zoya melangkah dengan lemah menuju pintu. Namun dia merasakan kepalanya terasa berputar-putar. Bahkan wanita itu perlu menahan tubuhnya dengan bersandar pada dinding. “Sebenarnya siapa sih yang datang? Bukankah Darya bilang akan datang sore nanti karena dia masih ada urusan?” heran Zoya ya
Tubuh Zoya terhempas ke lantai dengan kasar. Terdengar bunyi benturan keras antara tubuhnya dengan lemari yang ditabrak punggungnya. Wantia itu meringis sakit merasakan efek benturan itu. “Sudah kukatakan jika kamu harus memberitahuku ke manapun kamu pergi. Kenapa kamu tidak bisa melakukannya, Zoya?” Tatapan Zoya tertuju pada seorang pria yang berdiri menjulang di hadapannyal. Pria tampan yang sudah menjerat Zoya dalam ketampanan yang memabukkan membuat wanita itu terjebak pada pusaran siksaan yang disembunyikan dengan baik di balik wajah tampan Czar Petrov. Tubuh Zoya menggigil ketakutan. Karena ini bukanlah pertama kalinya suaminya mengamuk. Dia sering memperlakukan Zoya dengan sangat kejam. Mirisnya tidak ada yang percaya jika Czar mampu melakukan hal yang kejam pada Zoya karena pria itu mampu menyihir semua orang hanya karena memiliki wajah tampan yang dikagumi banyak orang. “Maafkan aku, Czar. Aku bukannya lupa memberitahumu, tapi batrei ponselku habis. Aku benar-benar minta m
“Tidak perlu, Karl. Liev juga punya urusan. Kamu tenang saja. Ada Aleksey yang mengantarkanku.” Evelina berusaha meyakinkan Karl agar tidak terlalu mengkhawatirkan dirinya.“Baiklah. Aku akan membiarkan Aleksey mengantarkanmu. Tapi dengan satu syarat. Kamu jangan melepaskan jam yang sudah diberikan oleh Liev. Ingat di dalam jam itu ada alat pelacak sehingga baik aku ataupun Liev bisa melihat keberadaanmu.”Tatapan Evelina tertuju pada jam berwarna hitam dan putih yang melingkar di pergelangan tangannya. Liev memberikan jam itu setelah tahu bahaya yang mengancam sang adik.“Baiklah. Aku tidak akan melepaskannya. Tenang saja.”Karl menganggukkan kepalanya dengan puas. Lalu tatapannya tertuju pada Aleskey. “Baguslah. Dan untukmu, Gendut. Kamu harus menjaga Evelina dengan baik. Jangan biarkan orang lain membawanya. Jika terjadi hal buruk kamu harus segera menghubungiku. kamu mengerti?” Aleksey dengan ketakutan langsung menganggukkan kepalanya. “Ya, aku mengerti.”“Sudah, jangan menakuti
Langkah Pavel terhenti tepat di hadapan Karl yang masih duduk di atas motornya. Laki-laki itu mengamati Karl dari atas kepala sampai bawah kaki. Seakan sedang menilai Karl. “Jadi kamu yang bernama Karl?” tanya laki-laki dengan rambut ikal berwarna hitam.“Ya, aku adalah Karl. Kudengar dari Ravil kamu menantangku balapan.”Pavel menganggukkan kepalanya. “Ya, aku menantangmu balapan.”“Apa yang akan kudapatkan jika aku bisa memenangkan balapan ini? Jika tawarannya tidak menggiurkan aku tidak mau.” Tantang Karl.“Jika kamu menang, kamu bisa memiliki motorku. Motorku adalah….”Karl memotong ucapan Pavel. “BMW S1000RR HP4.” Karena menyukai motor sehingga Karl tahu segala jenis motor dalam sekali lihat. Termasuk motor yang dibawa oleh Pavel.“Kamu pasti bercanda, Karl. BMW S1000RR HP4 adalah motor mahal sekaligus cepat. Bahkan jauh lebih baik dari motor yang kamu pakai sekarang.” Ucap Ravil tidak percaya.Karl tersenyum sinis. “Tidak penting jenis kendarannya yang dipakai, Ravil. Yang mene
Meskipun selisih sedikit, tapi akhirnya Karl berhasil mencapai garis finish lebih dahulu dibandingkan Pavel. Seketika orang-orang yang menudukung Karl bersorak senang. Karl menghentikan motornya beberapa meter dari garis finish. Laki-laki itu melepaskan helm sehingga semu orang memberikan selamat.“Kamu benar-benar hebat, Bro.” Ravil menghampiri Karl dan memberikan pelukan ala sahabat. “Kamu bahkan bisa mengalahkan motor tercepat hanya dengan menggunakan motormu.”“Jadi kamu mengatakan motorku sangat jelek?” Karl menatap tajam sahabatnya itu.Ravil meringis tanpa dosa. “Sebagai sahabatmu yang paling jujur harus kukatakan motor BMW S1000RR HP4 jauh lebih baik dibandingkan motormu.”Karl memukul kepala sahabatnya. “Sialan.”Alih-alih kesakitan Ravil justru tertawa. “Tapi kamu benar, Karl.” Ravil berdehem untuk membuat suaranya terdengar bass seperti Karl. “Tidak penting jenis kendarannya yang dipakai, Ravil. Yang menentukan adalah kemampuan seseorang membawakan motor itu.”Karl hanya bi
Setelah meminum obat yang sudah dibelikan oleh Liev, Zoya hendak berbaring kembali. Namun Liev menghentikan wanita itu. Membuat Zoya menatap laki-laki itu dengan tatapan bingung.“Kenapa aku tidak boleh berbaring? Kepalaku masih terasa sakit.” Ucap Zoya menyentuh kepalanya yang sakit.“Bajumu basah karena keringat, Mrs. Pegova. Kamu bisa panas lagi jika tidur dengan menggunakan baju yang basah. Sebaiknya kamu mengganti bajumu lebih dahulu. Biarkan aku menggantikan spreinya.”“Tapi….”Liev memicingkan matanya mendengar Zoya hendak melayangkan protes. “Apakah kamu ingin aku yang menggantikan bajumu, Mrs. Pegova?”Seketika Zoya melotot kaget mendengar ucapan Liev. Segera dia mengambil bantal dan melemparkannya ke arah laki-laki itu. “Dasar Mesum. Aku cuma mau bertanya apakah kamu sudah pernah mengganti sprei sendiri?” Zoya ingat jika Liev berasal dari keluarga yang kaya. Jadi dia berpikir jika Liev adalah anak manja yang tidak melakukan pekerjaan rumah seperti mengganti sprei.Liev yang